“Sebenernya itu challenging buat kita-kita yang sekarang hidup di jaman sosial media gitu ya,” ujar Okin.
Indonesia Summit 2025: Okin Bahas Tantangan Ekspektasi Fans di Sosmed

- Okin mengungkap tantangan figur publik di era media sosial yang serba terbuka.
- Menurut Okin ekspektasi fans sering kali terbentuk dari citra dunia maya.
- Ia juga menambahkan bahwa privasi kini lebih terbatas, selebritas harus siap menghadapi konsekuensi.
Indonesia Summit 2025 menghadirkan sederet pembicara inspiratif dari berbagai bidang, termasuk figur publik dan konten kreator yang dekat dengan generasi muda. Salah satu sesi yang menarik perhatian adalah sesi talkshow Fandom Revolution: How Millennials & Gen Z Are Redefining Celebrity Culture yang digelar pada Kamis (28/8/25) di The Tribrata Dharmawangsa.
Dalam kesempatan ini, Okin, musisi sekaligus figur publik yang kerap jadi sorotan, membagikan pandangannya mengenai ekspektasi penggemar di era media sosial. Jawabannya panjang, reflektif, sekaligus menggambarkan perubahan besar dalam interaksi antara publik dan idola.
Berikut ini Popmama.com telah merangkum cerita Okin bahas tantangan ekspektasi fans di sosmed.
Yuk, disimak!
Rangkuman Cerita Okin Bahas Tantangan Ekspektasi Fans di Sosmed
Hidup di Era Media Sosial Lebih Menantang

Okin menjelaskan bahwa kehidupan figur publik sekarang jauh lebih sulit dibandingkan dulu. Jika di masa lalu aktivitas pribadi tidak banyak terekspos, kini hampir setiap langkah bisa direkam dan dibagikan ke publik.
Ia menambahkan bahwa hal ini membuat selebritas harus lebih hati-hati menjaga sikap, karena apa pun bisa dengan cepat menjadi konsumsi publik.
Ekspektasi Penggemar Terbentuk di Dunia Maya

Menurut Okin, media sosial membentuk ekspektasi yang tinggi dari penggemar. Banyak orang menganggap bahwa kepribadian selebritas di dunia maya sama persis dengan keseharian mereka.
“Kadang kita lagi capek, terus ketemu orang, lalu dibilang ‘kok aslinya nggak se-asik di sosial media’. Habis itu langsung ditulis di Twitter,” ungkapnya.
Okin menegaskan bahwa hal ini sering menjadi tekanan tersendiri, karena publik figur juga manusia biasa yang punya kondisi berbeda-beda.
Dulu Lebih Bebas, Sekarang Lebih Terpantau

Okin juga membandingkan situasi sekarang dengan era 20–30 tahun lalu. Menurutnya, figur publik di masa lalu bisa lebih bebas menikmati kehidupan pribadi tanpa khawatir direkam orang.
“Lo ibaratnya mau jalan sama siapa, orang juga nggak ada yang tau. Kalau dulu mungkin lebih gampang dibanding sekarang,” jelas Okin.
Kini, dengan adanya media sosial dan kamera di mana-mana, ruang gerak selebritas jauh lebih terbatas. Setiap aktivitas bisa berubah menjadi konsumsi publik dan memicu penilaian yang berbeda dari penggemar.
Harus Siap dengan Konsekuensi

Okin menekankan bahwa berada di dunia hiburan di era media sosial berarti siap dengan segala konsekuensi. Mulai dari privasi yang berkurang hingga sorotan publik yang tak pernah berhenti.
“Ya, itulah challenge-challenge yang harus kita hadapi. Setiap hal bisa dipantau orang,” tutup Okin.
Bagi Okin, adaptasi dan kesadaran diri menjadi kunci agar tetap bisa bertahan menghadapi ekspektasi tinggi dari penggemar.
Itulah cerita Okin bahas tantangan ekspektasi fans di sosmed. Melalui sesi talkshow di Indonesia Summit 2025, Okin membuka mata banyak orang tentang realita kehidupan seorang figur publik di era media sosial.
Ia menggambarkan bagaimana tantangan, ekspektasi, hingga keterbatasan privasi kini menjadi bagian tak terpisahkan dari dunia hiburan.
Meski penuh tekanan, Okin percaya bahwa tantangan tersebut adalah konsekuensi yang harus dihadapi. Dengan kesadaran diri, kejujuran, dan kemampuan beradaptasi, seorang figur publik bisa tetap bertahan sekaligus menjaga hubungan sehat dengan para penggemar.



















