Eksklusif: Kata Dokter soal Meal Replacement Lebih Efektif untuk Diet

dr. Liliana menjelaskan kalau sejak banyak tren diet berkembang, sudah banyak produk meal replacement ada di pasaran. Produsen dari produk tersebut biasanya menyasar para pejuang diet agar tidak robet dalam menyiapkan makanan.

Namun apakah hal ini efektif dan mendukung diet untuk kebutuhan kalori harian? Ternyata tidak selalu lho. Meski isinya diklaim lengkap dari karbohidrat, lemak hingga protein tetapi ada banyak bahan penyerta dalam setiap kemasannya bisa  mengkhawatirkan.

"Kita harus melihat juga dari mekanisme tubuh, secara fisiologis manusia ketika mencium aroma makanan langsung memicu berbagai enzim di mulut, perut dan sebagainya. Meski sudah lengkap kandungannya, alangkah baiknya kalau tetap mengonsumsi makanan utuh atau biasa," pungkasnya.

Meski lebih baik makanan utuh atau biasa, meal replacement ini tetap bisa dimanfaatkan. Apalagi saat kita sedang bepergian ke luar kota atau luar negeri dan sedang dalam program diet.

"Kita bisa menggunakan meal replacement saat bepergian keluar kota keluar negeri tapi tetap ingin diet. Namun, perlu diingat sifatnya hanya tambahan (darurat) dan bukan untuk menggantikan makanan. Misalnya dikonsumsi hanya pas jam makan malam saja, jadi dalam sehari hanya satu kali pada salah satu waktu makan," terangnya.

Meal replacement ini bisa membantu program diet tetapi tidak untuk dikonsumsi secara terus-menerus. Karena tetap yang terpenting adalah tubuh mendapatkan asupan gizi yang baik dari makanan utuh.

"Ketika ke luar kota atau luar negeri daripada gelap mata dan makan terlalu banyak kalori ada baiknya kita langsung pakai produk itu. Artinya kita tidak melewatkan asupan karbohidrat, protein, dan lemak yang dibutuhkan. Ini bisa membantu untuk menjaga berat badan terjaga setelah pulang ke rumah," ungkapnya.

dr. Liliana mengingatkan soal tingginya berbagai kandungan tambahan dalam setiap kemasan yang ada pada meal replacement. Alasan itu pula yang membuat meal replacement sebaiknya tidak dikonsumsi setiap saat, apalagi menggantikan makanan utuh.

Kandungan dari lemak jenuh, natrium hingga kalori penting menjadi pertimbangan. Selain itu ketika akan mengonsumsi meal replacement juga melihat kandungan kalori pada labelnya. Biasanya produsen membuatnya dengan kandungan yang berbeda dari 200 hingga 300 kali untuk sekali makan.

"Jadi kalau dia makan atau minum 3 kali sehari apakah semuanya sudah ada dan bisa tercukupi? Misalnya program dietnya 800 kalori mungkin bisa. Kembali lagi kita harus melihat apakah efeknya itu malah buruk, misalnya efek dari rasa laparnya itu nantinya," pungkasnya.

Pejuang diet biasanya mempertimbangkan tingginya kalori dalam makanan. Ini yang kadang membuat takut untuk mengonsumsi makanan utuh sehingga menggantinya dengan meal replacement.

Terlihat rendah kalori tapi efeknya ternyata bisa merambat ke kenyamanan perut. Karena menurut dr. Liliana meal replacement ini hanya bisa menahan lapar sekitar 2 jam saja.

Setelah itu tubuh mungkin akan craving yang berlebihan. Ini justru yang dihindari karena program diet bisa gagal di tengah jalan.

"Tidak seperti makanan utuh, meal replacement hanya sampai 2 jam habis itu lapar lagi. Akhirnya cari sesuatu lagi untuk dikonsumsi. Dibandingkan dengan kita makan biasa yang penuh dengan sayur, lauknya ada, nasi ada itu lebih enak dan kenyang. Dibandingkan meal replacement yang misalnya pas lapar tambah lagi, kalorinya jadi bertambah juga," jelasnya.

Dengan banyaknya pasien yang datang ke dr. Liliana, berulang kali ia menyarankan sebaiknya melakukan program diet dengan mengonsumsi makanan bergizi seimbang.

Misalnya dari satu piring maka setengahnya bisa diisi sayuran. Lalu setengah sisanya dibagi lagi antara karbohidrat, lemak dan protein. Tubuh juga akan lebih kenyang, tetapi tetap bisa makan enak.

"Saya menganjurkan untuk makan biasa, justru berat badannya semakin turun. Dari sana baru disesuaikan untuk kandungan lemaknya boleh ada seberapa, atau kita ganti dagin sapi dengan dada ayam. Prosesnya juga diubah dari digoreng menjadi rebusan. Karena meal replacement tidak bisa menggantikan kebaikan kandungan dari makanan-makanan itu," jelasnya.

Itulah fakta mengenai meal replacement untuk diet, ternyata lebih baik mengonsumsi makanan utuh ya. Tinggal disesuaikan dengan program diet masing-masing setiap orangnya. Lebih aman tentu diawasi dokter!

PODCAST POPMAMA TALK EP.4
dr. Liliana, Sp. G. K

Editor in Chief - Sandra Ratnasari 
Senior Editor - Novy Agrina
Editor - Onic Metheany
Host - Novy Agrina
Reporter - Putri Syifa Nurfadilah, Sania Chandra Nurfitriana
Social Media - Irma Erdiyanti
Design - Aristika Medinasari
Photographer - Krisnaji Iswandani
Videographer - Krisnaji Iswandani & Hari Firmanto
Stylist - Putri Syifa Nurfadilah
Makeup Artist -  Putri Syifa Nurfadilah
Wardrobe - NASL by Nagita Slavina