Baca artikel Popmama lainnya di IDN App
For
You

Sang Mama Asyik Pacaran, Anak 3 Tahun Tewas saat Ditinggalkan Pergi

www.japantimes.co.jp
www.japantimes.co.jp

Ketika memiliki anak yang masih berumur satu sampai lima, memang perlu pengasuhan yang ekstra untuk tumbuh kembangnya. Namun, berbeda dengan anak di Jepang yang tewas di kamar apartemen akibat ditinggalkan sendirian selama seminggu oleh sang Mama.

Sang Mama pergi bukan tanpa alasan, ia pergi untuk menemui kekasihnya di luar kota Jepang. Bagaimana nasib sang Mama saat ini?

Berikut Popmama.com telah merangkum fakta terkait kasus yang menggemparkan Jepang baru-baru ini.

1. Kronologis kematian sang Anak di apartemen

Ilustrasi - patrika.com
Ilustrasi - patrika.com

Seperti dilansir dari The Asahi Shimbun, Saki Kakehashi (26) tega meninggalkan putrinya yang berusia tiga tahun bernama Noa selama seminggu.

Mama asal Tokyo tersebut meninggalkan putrinya saat pergi berpesta dengan pacarnya ke Kota Kagoshima.

Perlu diketahui sebelumnya bahwa Saki tinggal sendirian dengan putrinya, setelah pada tahun 2016 ia menceraikan suaminya.

Selama Saki pergi dari tanggal 5 Juni hingga 13 Juni 2020, ia hanya meninggalkan teh dan permen untuk putrinya di apartemen mereka di Ota Ward. Saki juga meletakkan sofa di pintu agar Noe tidak meninggalkan ruangan.

Ketika Saki pulang, ia menemukan Noa tidak sadarkan diri. Hingga akhirnya, ia menelepon ambulans. Sesaat kemudian, Noa dikonfirmasi meninggal di rumah sakit.

Menurut hasil otopsi rumah sakit, Noa meninggal karena dehidrasi dan kelaparan. Hingga akhirnya, Pengadilan Distrik Tokyo menjatuhkan sanksi 11 tahun penjara untuk Saki. Ia didakwa karena kelalaian sebagai wali yang mengakibatkan kematian.

2. Temuan dokter tentang ruam di bokong Noa

Pexels/Szabina Nyíri
Pexels/Szabina Nyíri

Sesampainya di rumah sakit, Noa sudah tidak bernapas. Bahkan dari hasil autopsi, ia kelaparan dan perutnya hampir kosong.

Dokter juga menemukan ruam di bokongnya Noa karena popoknya tampaknya tidak diganti untuk waktu yang lama.

Jaksa mengklaim Saki mencoba menyembunyikan fakta bahwa Noa ditinggalkan sendirian dengan mengoleskan salep pada ruam di bokongnya. Ia pun menggantinya dengan popok baru tepat sebelum menelepon 199 atau ambulans.

3. Kesaksian Saki Kakehashi di pengadilan tentang pelecehan anak yang menimpanya dulu

Ilustrasi - Pixabay/qimono
Ilustrasi - Pixabay/qimono

Selama di pengadilan, Saki Kakehashi bersaksi di pengadilan bahwa dia pernah mengalami pelecehan sebagai seorang anak.

Dia mengatakan bahwa ketika dia bersekolah di sekolah dasar, orangtuanya menikamnya dengan pisau dan memasukkan kepalanya ke dalam bak mandi.

Pada kesempatan lain, orangtuanya juga mengikatnya di kantong sampah dan meninggalkannya selama berhari-hari tanpa makan.

Ia mengatakan orangtuanya akhirnya ditangkap karena dicurigai mengabaikan pengasuhan.

4. Simpulan pengadilan tentang masa kecil yang dialami Saki Kakehashi

Pexels/sora-shimazaki
Pexels/sora-shimazaki

Dengan memperhatikan latar belakang perempuan tersebut dan kurangnya kasih sayang saat tumbuh dewasa, pengadilan menyimpulkan bahwa dia mengembangkan tiga sifat karakter.

Pertama, yakni ketidakpercayaan terhadap orang lain, kedua ketidakmampuan untuk mengungkapkan perasaannya yang sebenarnya kepada orang lain, dan ketiga semangat yang berlebihan untuk memenuhi harapan orang lain.

Terlepas dari itu semua, keputusan untuk meninggalkan putrinya, sehingga dia bisa menghabiskan waktu bersama pacar sudah salah. Apalagi hal ini bukan kali pertama ia melakukannya.

Pada Mei tahun lalu, misalnya, Saki meninggalkan Noa sendirian selama empat hari saat dia pergi menemui pacarnya.

5. Perlunya membangun sistem dukungan korban pelecehan anak

pexels/Anete Lusina
pexels/Anete Lusina

Pada konferensi pers setelah putusan, salah satu hakim menggarisbawahi perlunya membangun sistem dukungan bagi korban pelecehan anak.

"Orang-orang yang tidak dapat meminta bantuan sendiri adalah orang-orang yang membutuhkan bantuan segera. Kita harus memikirkan bagaimana kita bisa mengatasi masalah ini," katanya.

Menurutnya, pemerintah Jepang juga terhambat oleh kurangnya data resmi tentang bagaimana rantai pelecehan anak terjadi di rumah-rumah di seluruh negeri.

6. Profesor psikologi klinis angkat bicara terkait kasus Saki Kakehashi

Freepik/Ipopba
Freepik/Ipopba

Seorang profesor psikologi klinis di Universitas Prefektur Yamanashi yang bersaksi di pengadilan dalam pembelaan Saki, bernama Satoru Nishizawa menanggapi kasus yang tengah ia alami.

Menurutnya salah satu penyebab perilaku Saki itu karena dia tidak mendapatkan terapi sejak dini untuk mengatasi trauma nya sendiri akibat dianiaya saat tumbuh dewasa.

Akibatnya, dia mengatakan bahwa dia "haus akan cinta" ketika dia ditempatkan di pusat kesejahteraan anak setelah mengalami pelecehan oleh orangtuanya.

Nishizawa mengatakan dia memperhitungkan bahwa sekitar 30 persen korban pelecehan anak, akhirnya melakukan pelecehan itu sendiri.

7. Perlunya akses korban mengatasi traumanya

Pixabay/Wokandapix
Pixabay/Wokandapix

Dalam kesempatan yang sama Nishizawa juga menyerukan peninjauan kembali sistem pendukung yang ada. Dia mengatakan para korban memerlukan akses ke terapi untuk mengatasi trauma mereka.

Para korban juga mesti diperlakukan dengan cara yang membuat mereka merasa dihargai di pusat kesejahteraan anak.

Terlepas dari kasus Saki di atas, ia juga ternyata korban sistemik dari orangtuanya dulu. Namun, putusan sudah dijatuhkan. Semoga Mama bisa mengambil hikmah dari peristiwa di atas, ya.

Share
Topics
Editorial Team
Dimas Prasetyo
EditorDimas Prasetyo
Follow Us

Latest in Life

See More

Beras Harus Dicuci sebelum Dimasak, Ini Manfaatnya bagi Kesehatan!

19 Des 2025, 19:10 WIBLife