“Bayangin, di bawah umur aja begitu br*ngs*knya bersikap.” ucap Sahroni.
5 Alasan Rumah Ahmad Sahroni Dirusak dan Barangnya Dijarah

- Ahmad Sahroni menyebut orang yang mengusulkan pembubaran DPR sebagai "mental orang t*l*l sedunia" dan mendukung penangkapan demonstran anak di bawah umur dengan sebutan "br*ngs*knya bersikap", sehingga memicu kemarahan publik.
- Di tengah gelombang protes akibat pernyataannya, Ahmad Sahroni justru pergi ke Singapura. Ini dinilai publik sebagai bentuk pelarian dari tanggung jawab sebagai wakil rakyat.
- Koleksi mobil sport dan barang branded yang sering dipamerkan kontras dengan kesulitan ekonomi rakyat, seolah menambah kemarahan yang berujung pada penyerangan dan penjarahan rumahnya.
Ahmad Sahroni adalah salah satu anggota DPR RI yang dikenal cukup menonjol dalam politik nasional. Berkarier sebagai politikus Partai NasDem dan sebelumnya menjabat sebagai Wakil Ketua Komisi III DPR RI, namanya kerap menjadi sorotan karena aktivitas dan pernyataannya yang kontroversial.
Di penghujung bulan Agustus 2025, rumah Ahmad Sahroni di Tanjung Priok, Jakarta Utara, diserang oleh massa yang mendesaknya dengan amarah publik. Peristiwa ini tentu memicu spekulasi luas tentang penyebab di balik kerusuhan dan penjarahan tersebut.
Berikut ini Popmama.com telah merangkum beberapa alasan rumah Ahmad Sahroni dirusak dan barangnya dijarah secara lebih lengkap.
Yuk, disimak alasannya!
1. Pernyataan “Rakyat T*l*l” yang bikin luka hati banyak orang

Semua bermula dari pernyataan Ahmad Sahroni dalam menanggapi desakan pembubaran DPR. Ia menyebut orang-orang yang mengusulkan hal itu sebagai “mental orang t*l*l sedunia.”
Kalimat ini dengan cepat viral di media sosial. Banyak yang menilai ucapan tersebut arogan, merendahkan rakyat, dan tidak pantas keluar dari mulut seorang wakil rakyat. Sejak saat itu, gelombang protes terhadap dirinya semakin membesar.
2. Pernyataan dinilai mengkriminalisasi suara rakyat, termasuk anak-anak

Tidak lama berselang, Ahmad Sahroni kembali jadi sorotan karena mendukung polisi menangkap demonstran anarkis, “sekalipun di bawah umur.”
Kalimat kasar ini membuat publik terkejut. Banyak yang menilai ia seakan melegitimasi kriminalisasi terhadap anak-anak yang ikut aksi. Sejumlah aktivis HAM mengecam ucapannya karena bertentangan dengan prinsip perlindungan anak.
Di media sosial, tagar protes pun bermunculan. Bagi rakyat, ucapan ini menambah luka baru setelah pernyataan “tolol,” seolah menegaskan bahwa suara rakyat tidak lagi punya tempat di mata wakilnya.
3. Gaya komunikasi yang dinilai elitis dan tak peka

Sejumlah sikap dan gestur Ahmad Sahroni di ruang publik juga sering dipandang elitis. Alih-alih meredam kritik dengan dialog, ia justru lebih sering tampil dengan nada tegas yang terkesan “menggurui”.
Bagi rakyat, gaya seperti ini semakin menjauhkan dirinya dari kesan wakil rakyat yang seharusnya bisa mendengar, merangkul, dan berempati.
Alhasil, publik melihatnya sebagai simbol pejabat yang lebih sibuk menjaga wibawa ketimbang merangkul aspirasi.
4. Kabur di saat kegaduhan akibat pernyataan kontroversial

Di tengah gelombang protes yang semakin membesar, publik dikejutkan oleh kabar bahwa Ahmad Sahroni justru pergi ke luar negeri. Beberapa media melaporkan ia berangkat ke Singapura, tepat ketika kegaduhan akibat pernyataannya soal “tolol” dan “brengsek” sedang panas-panasnya dibicarakan.
Kabar ini dengan cepat menyulut amarah baru. Banyak warganet menilai langkah tersebut sebagai bentuk “kabur” dari tanggung jawab, bukan menghadapi kritik yang datang.
Bagi masyarakat, seorang pejabat publik seharusnya berdiri di garda depan saat ada konflik, bukan justru menghilang ketika situasi memanas. Peristiwa ini akhirnya membuat citra Sahroni semakin jatuh di mata rakyat.
5. Gaya hidup mewah yang sering dipamerkan

Selain ucapannya yang keras, gaya hidup Ahmad Sahroni juga kerap jadi sorotan. Koleksi mobil sport, motor besar, hingga barang-barang branded sering ia tampilkan di media sosial maupun pemberitaan.
Bagi sebagian masyarakat, sikap ini dianggap tidak peka, apalagi ketika rakyat sedang berjuang menghadapi kesulitan ekonomi. Kontras antara pejabat yang hidup glamor dan rakyat yang serba pas-pasan membuat publik makin geram.
Alhasil timbulah aksi anarkis warga yang geram dengannya dan merusak dan menjarah rumah Ahmad Sahroni.
Itulah rangkuman dari beberapa alasan rumah Ahmad Sahroni dirusak dan barangnya dijarah. Semoga masalah dan kerusuhan ini bisa segera diselesaikan.



















