Film Good Boy Ambil Sudut Pandang Anjing di Rumah Berhantu

- Good Boy menghadirkan kisah horor dari perspektif seekor anjing, bahkan menawarkan pengalaman sinematik yang unik.
- Tidak mengandalkan jumpscare, film ini membangun ketegangan melalui atmosfer dan ekspresi alami hewan.
- Selain menegangkan, film Good Boy juga menghadirkan kisah emosional tentang kesetiaan dan kasih sayang antara manusia dan hewan.
Film horor dengan latar rumah berhantu memang sudah menjadi genre klasik yang tak pernah kehilangan penggemar. Biasanya, kisahnya selalu berpusat pada manusia yang dihantui oleh masa lalu kelam, arwah penasaran, atau kekuatan jahat yang bersembunyi di balik dinding tua.
Namun kali ini, ada sesuatu yang benar-benar baru dan segar. Good Boy, film debut sutradara Ben Leonberg, membalikkan seluruh perspektif genre ini dengan menempatkan seekor anjing sebagai saksi sekaligus “pahlawan” dalam kisah menyeramkan tersebut.
Film ini bukan sekadar mencoba tampil beda, tetapi benar-benar menghadirkan cara baru dalam merasakan ketakutan. Melalui sudut pandang seekor anjing bernama Indy, penonton diajak melihat dunia dengan cara yang lebih instingtif, lebih sensitif, dan bahkan lebih emosional.
Tak hanya mengandalkan efek kejut atau suara menggelegar, Good Boy justru membangun atmosfer tegang dari hal-hal yang sering luput dari perhatian manusia, seperti tatapan seekor hewan peliharaan yang tampak “melihat sesuatu” di sudut ruangan kosong.
Nah, dalam artikel ini Popmama.com telah menjelaskan seputar film Good Boy ambil sudut pandang anjing di rumah berhantu.
Yuk, disimak!
1. Kisah horor dari sudut pandang seekor anjing

Jika biasanya tokoh utama dalam film horor adalah manusia, film Good Boy justru menempatkan seekor anjing bernama Indy sebagai pusat cerita.
Indy adalah anjing jenis Nova Scotia Duck Tolling Retriever yang pindah bersama pemiliknya, Todd (Shane Jensen), ke rumah keluarga mereka di tengah hutan New Jersey. Dari sinilah, semua kengerian bermula.
Melalui kepekaan alami seekor anjing, penonton diajak melihat hal-hal yang tak bisa ditangkap manusia seperti bayangan, suara misterius, dan kehadiran makhluk tak terlihat. Perspektif rendah dari mata Indy menjadikan pengalaman menonton terasa intens dan personal.
2. Pendekatan sinematik yang berbeda dan menegangkan

Sutradara Ben Leonberg membuat keputusan berani dengan menempatkan kamera sejajar dengan pandangan seekor anjing. Tidak ada narasi batin, suara, atau dialog dari Indy, seperti yang sering ditemui dalam film keluarga.
Justru ekspresi wajah, tatapan, dan gerakan tubuh Indy menjadi “bahasa” utama untuk membangun ketegangan. Hal ini membuat penonton ikut merasakan rasa takut dan kewaspadaan alami dari perspektif hewan, sebuah pendekatan sinematik yang langka dalam film horor modern.
3. Horor yang dibangun secara perlahan dan realistis

Film Good Boy tidak mengandalkan jumpscare murahan. Ketegangan hadir secara perlahan, melalui atmosfer rumah yang hening dan penuh tanda tanya.
Indy sering terlihat menatap sudut kosong, mendengar langkah kaki yang tak terlihat, hingga mencium aroma yang mengarah pada “jejak” arwah anjing masa lalu.
Seiring kondisi kesehatan Todd yang makin menurun karena pengaruh kekuatan gaib, suasana mencekam berkembang menjadi drama survival yang emosional antara manusia dan hewan yang saling melindungi.
4. Akting dan sinematografi yang memikat

Penampilan Shane Jensen sebagai Todd patut diacungi jempol. Ia berhasil menampilkan perubahan karakter yang perlahan dikuasai entitas jahat tanpa terasa berlebihan.
Sementara itu, sinematografi film ini sangat menonjol. Pencahayaan gelap, warna natural, serta efek suara ambient yang menyeramkan membuat rumah di tengah hutan terasa benar-benar hidup atau justru “berpenghuni”.
Semua elemen ini berpadu menciptakan sensasi ketegangan yang merayap dari awal hingga akhir film.
5. Horor yang tak hanya menakutkan, tetapi juga menyentuh

Di balik kesan seram serta mengerikan yang disuguhkan, Good Boy juga menyimpan pesan emosional tentang kesetiaan dan cinta antara manusia dan hewan peliharaan.
Indy bukan hanya saksi dari teror yang menghantui rumah itu, tetapi juga pejuang yang berusaha melindungi pemiliknya dengan segala cara.
Pendekatan ini menjadikan Good Boy lebih dari sekadar film horor biasa, ia adalah kisah menyentuh tentang rasa takut, kesetiaan, dan keberanian dalam menghadapi kegelapan.
Itulah rangkuman seputar film horor rumah berhantu dari sudut pandang anjing yang menegangkan. Good Boy adalah angin segar dalam genre horor rumah berhantu.
Dengan sudut pandang seekor anjing yang unik, sinematografi yang memukau, serta kedalaman emosi yang jarang ditemukan dalam film horor, film ini wajib ditonton bagi siapa pun yang mencari pengalaman menegangkan sekaligus menyentuh.
Good Boy tayang di jaringan bioskop Indonesia mulai 8 Oktober 2025. Jangan lewatkan pengalaman horor tak biasa ini, ya.



















