"Sebenarnya 2015 awalnya dulu idenya adalah bikin series-nya dulu. Karakternya sudah ada, premisnya sudah ada tentang empat perempuan imigran Indonesia dengan kepribadian berbeda yang tinggal di bawah satu atap di Queens, New York," jelas Zaidy dalam konferensi pers.
7 Fakta dan Sinopsis Serial Ratu Ratu Queens: The Series

- Serial Ratu Ratu Queens: The Series tayang eksklusif di Netflix mulai 12 September 2025 dalam format 6 episode.
- Serial ini diproduksi Palari Films dan disutradarai Lucky Kuswandi. Ide serial ini sudah ada sejak 2013, jauh sebelum film Ali & Ratu-ratu Queens dibuat pada 2021.
- Mengisahkan empat perempuan Indonesia berbeda latar belakang yang tinggal bersama di Queens, New York: Party (pelayan restoran ilegal), Chinta (menghadapi perceraian), Ance (sopir taksi single mom), dan Biyah (rela kerja apa saja).
Netflix Indonesia kembali menghadirkan karya berkualitas melalui serial Ratu Ratu Queens: The Series yang resmi tayang pada 12 September 2025.
Serial drama komedi yang diproduksi oleh rumah produksi ternama Palari Films ini mengangkat tema universal tentang perjuangan perempuan diaspora Indonesia di New York yang jarang mendapat sorotan.
Dengan judul yang catchy dan penuh makna, serial ini mengundang penonton untuk menyaksikan realitas pahit-manis kehidupan imigran Indonesia. Disutradarai oleh Lucky Kuswandi dan dibintangi sejumlah aktris papan atas Indonesia, Ratu Ratu Queens: The Series menjanjikan pengalaman menonton yang menghibur sekaligus menyentuh hati.
Berikut Popmama.com telah merangkum beberapa fakta dan sinopsis serial Ratu Ratu Queens: The Series secara lebih lengkap.
Penasaran? Yuk, disimak!
Sinopsis Ratu Ratu Queens: The Series

Serial Ratu Ratu Queens: The Series mengajak penonton masuk ke dalam kehidupan empat perempuan Indonesia yang tinggal bersama di sebuah apartemen di Queens, New York.
Dalam satu atap, berkumpullah Party (32), Chinta (35), Ance (41), dan Biyah (35) dengan latar belakang dan masalah hidup yang berbeda-beda. Kisah ini menjadi cerminan nyata perjuangan diaspora Indonesia yang mencoba bertahan hidup di negeri orang.
Party harus berjuang mempertahankan apartemennya sambil bekerja ilegal sebagai pelayan restoran untuk menafkahi keluarga di kampung. Chinta yang terbiasa hidup nyaman tiba-tiba harus menghadapi perceraian dengan suaminya yang kaya raya.
Ance, sopir taksi tangguh, berjuang sebagai mama tunggal untuk memberikan masa depan cerah bagi putri remajanya, Eva. Sementara Biyah, ia rela melakukan pekerjaan apa pun termasuk jadi maskot hot dog.
Cerita tidak hanya bermain di ranah komedi ringan, tetapi juga menyisipkan elemen drama dan konflik batin yang mendalam. Dengan mengangkat tema solidaritas, persahabatan, dan mimpi bersama membuka restoran. Serial ini menawarkan sajian emosional yang relatable bagi banyak penonton.
1. Ide yang sudah ada sejak 2013 dan viral di media sosial

Konsep Ratu Ratu Queens: The Series ternyata sudah muncul sejak 2013, jauh sebelum film Ali & Ratu-ratu Queens dibuat.
Muhammad Zaidy selaku produser mengungkapkan bahwa ide awalnya memang untuk format serial.
Pengumuman serial ini langsung mendapat sambutan meriah di media sosial. Netizen memberikan respons positif terhadap tema yang diangkat. Terutama karena mengangkat sudut pandang yang jarang disorot dalam perfilman Indonesia.
2. Terinspirasi dari kisah nyata diaspora

Muhammad Zaidy menegaskan bahwa tokoh-tokoh dalam Ratu Ratu Queens: The Series bukan sekadar fiksi belaka. Para karakter seperti Party, Chinta, Ance, dan Biyah terinspirasi dari karakter-karakter nyata diaspora Indonesia di Amerika.
"Empat 'Queens' ini adalah terinspirasi dari karakter-karakter nyata yang sudah diadaptasi tentunya," tutur Zaidy.
Happy Salma yang memerankan Chinta juga mengonfirmasi hal ini.
"Ini benar-benar terinspirasi dari kisah nyata dan sudut pandang perempuan imigran itu juga sangat menarik," lanjutnya.
3. Mengisi kekosongan narasi perempuan diaspora

Salah satu alasan kuat pembuatan Ratu Ratu Queens: The Series untuk mengangkat cerita yang jarang disorot. Zaidy menjelaskan bahwa kisah diaspora perempuan Indonesia berusia 30-40 tahun hampir tidak pernah diceritakan.
"Biasanya kalau bicara diaspora, lebih banyak cerita laki-laki atau anak muda. Padahal, banyak perempuan yang merantau, berjuang, dan menemukan komunitas baru. Itu yang ingin kami tonjolkan," ungkapnya.
"Mungkin ada sebagian orang yang melihat, 'Enak banget tinggal di sana.' Padahal gak semudah itu. Kesulitan tinggal di sana sebagai perempuan diaspora itu betul-betul digambarkan. Kerja kerasnya sampai berdarah-darah dan bisa nggak ada yang nolongin," jelas Asri Welas.
4. Riset mendalam langsung di New York

Untuk memastikan autentisitas cerita, tim produksi melakukan riset langsung di New York. Andri Cung, penulis naskah yang meneruskan estafet dari Gina S. Noer, dibawa langsung ke Queens.
"Pas awal-awal sekali (pakai Google Maps). Tapi pas udah masuk penulisan, produserku yang baik hati dan sutradaraku yang baik hati bilang, 'Mari ke New York. Let's go to New York and see dengan mata kepala kamu sendiri.' It helps a lot," ungkap Andri Cung.
Riset ini membantu tim produksi menangkap detail-detail kehidupan diaspora yang tidak bisa didapat hanya dari penelusuran online.
5. Tantangan syuting di musim panas New York

Lucky Kuswandi sebagai sutradara mengungkapkan tantangan unik selama proses produksi di New York. Tim harus berhadapan dengan cuaca ekstrem musim panas yang sangat terik.
"Syuting di New York di tengah musim panas yang sangat terik, sampai-sampai cari payung pun susah. Tapi semua itu nggak ada artinya ketika kita bisa menikmati proses kreatifnya," kata Lucky.
Meski menghadapi berbagai kendala teknis, dedikasi seluruh kru dan pemain berhasil menghasilkan karya berkualitas yang autentik
6. Para pemain mengeksplorasi karakter lebih dalam

Keempat aktris utama mengungkapkan kepuasan mereka bisa mengeksplorasi karakter masing-masing lebih mendalam dibandingkan di film sebelumnya.
"Pas lagi reading pertama kali untuk seri ini kita pun merasa, 'Ya ampun. Ini ternyata deep banget ya.' Karena kita lihat sepintas tentang kami (para ratu) dan karakternya hanya untuk melengkapi dan menghibur di film," kata Nirina Zubir.
Sementara itu, Tika Panggabean mendalami peran Ance sebagai single mom asal Batak.
"Ance itu single mom yang kehilangan suaminya, jadi merasa harus menanggung semua sendiri. Dia jadi keras, sat-set, nggak suka basa-basi. Tapi sebenarnya di balik itu ada cinta kasih yang susah dia ekspresikan," cerita Tika Panggabean.
Lewat serial ini, Happy Salma kembali berakting setelah hampir sepuluh tahun vakum
"Karakter saya adalah perempuan yang selalu mencari kebahagiaan, tapi tidak pernah benar-benar merasa fit in. Bahasa Inggrisnya pas-pasan, sering jadi bahan tertawaan, jadi ada rasa terintimidasi," kata Happy Salma.
7. Serial 6 episode eksklusif di Netflix

Serial Ratu Ratu Queens: The Series hadir dalam format mini series dengan total enam episode yang tayang eksklusif di Netflix mulai 12 September 2025.
Serial ini tidak hanya menampilkan empat aktris utama Indonesia, tetapi juga didukung pemain internasional seperti Michael Notardonato, Yoshi Sudarso, dan Luna Allegra yang berperan sebagai Eva.
"Kalau ada empat perempuan imigran Indonesia di Amerika yang bisa bertahan, mudah-mudahan ini memberikan inspirasi yang baik bagi perempuan-perempuan," begitulah harapan Tika Panggabean.
Itulah rangkuman terkait beberapa fakta dan sinopsis serial Ratu Ratu Queens: The Series. Serial yang menjanjikan pengalaman menonton menghibur sekaligus menyentuh hati.
Serial ini layak ditonton sebagai salah satu karya berkualitas Netflix Indonesia di tahun 2025.


















