7 Fakta Dion Wiyoko dan Marissa Anita di Film A Normal Woman

- A Normal Woman menampilkan Marissa Anita sebagai Milla, perempuan sosialita yang mengalami tekanan batin hingga muncul ruam misterius dan halusinasi.
- Dion Wiyoko memerankan Jonathan, suami dari keluarga kaya yang tampak ideal namun tidak peduli dengan kondisi mental istrinya.
- Film ini menjadi kolaborasi ketiga Marissa Anita dengan sutradara Lucky Kuswandi, menyajikan drama psikologis penuh simbol dan kritik sosial tentang peran dan ekspektasi terhadap perempuan.
Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Netflix merilis film orisinal Indonesia berjudul A Normal Woman pada 24 Juli 2025. Disutradarai oleh Lucky Kuswandi dan ditulis bersama Andri Cung, film ini langsung menarik perhatian berkat ceritanya yang penuh simbol, sinematografi artistik serta akting luar biasa dari Marissa Anita, Dion Wiyoko, dan Gisella Anastasia.
Dengan balutan genre psychological thriller dan body horror, film ini menyentuh tema berat tentang identitas, tekanan sosial serta luka emosional dalam masyarakat kelas menengah ke atas.
Berikut ini Popmama.com telah merangkum beberapa fakta Dion Wiyoko dan Marissa Anita di film A Normal Woman.
Yuk, disimak!
Kumpulan Fakta Dion Wiyoko dan Marissa Anita di Film A Normal Woman.
1. Marissa Anita memerankan Milla, sosialita Jakarta yang hidupnya perlahan runtuh

Milla adalah seorang perempuan usia 36 tahun yang tampak menjalani kehidupan sempurna yakni menikah dengan laki-laki dari keluarga kaya, memiliki rumah megah, dan tinggal di lingkungan elite.
Namun di balik itu semua, Milla tertekan oleh tuntutan keluarga mertuanya dan mulai merasa tidak terhubung dengan anaknya sendiri.
Situasi makin memburuk ketika wajah Milla mulai mengalami ruam misterius, dan ia terus-menerus merasakan gatal yang mengganggu secara fisik maupun emosional.
Tak hanya itu, Milla mulai mengalami halusinasi yang membuatnya merasa ada sosok lain di dalam rumahnya, termasuk anak perempuan asing bernama Grace yang kerap muncul di pikirannya. Marissa Anita berhasil membawakan transformasi psikologis ini dengan akting yang penuh lapisan emosi.
2. Dion Wiyoko tampil sebagai Jonathan, suami "modern" yang ternyata dingin dan tidak peduli

Karakter Jonathan yang diperankan oleh Dion Wiyoko adalah potret laki-laki urban yang tampak suportif di permukaan, namun sebenarnya pasif dan tunduk pada dominasi mamanya.
Ia tumbuh dalam budaya patriarkal yang menekan perempuan, bahkan ketika itu berarti membiarkan istrinya tenggelam dalam penderitaan mental.
Dion menampilkan nuansa baru dalam aktingnya yang berbeda dari peran-peran romantis sebelumnya. Kali ini, ia memerankan sosok suami yang gagal secara emosional, hanya fokus pada citra sosial, dan terkesan menjadikan Milla sebagai bagian dari "aksesori" hidupnya.
3. Film ini mengangkat simbol penyakit sebagai representasi luka batin perempuan

Ruam yang dialami Milla bukan hanya penyakit kulit biasa. Dalam film A Normal Woman, penyakit itu menjadi simbol dari konflik batin, tekanan sosial, dan rasa terisolasi yang dialaminya sebagai perempuan. Ketika Milla tak mampu mengungkapkan apa yang sebenarnya ia rasakan, tubuhnya mulai "berbicara" melalui rasa sakit.
Film ini menggambarkan bagaimana perempuan sering kali dipaksa tampil "normal", padahal di balik itu mereka menyimpan trauma yang mendalam. Lewat karakter Milla, film ini menunjukkan betapa kerasnya dunia yang menuntut perempuan selalu tampak bahagia dan sempurna.
4. Kolaborasi pertama Marissa Anita dan Dion Wiyoko dalam drama thriller intens

Meski keduanya dikenal sebagai aktor kawakan di perfilman Indonesia, A Normal Woman menjadi film pertama yang mempertemukan mereka sebagai pasangan suami istri dalam konteks psikologis yang sangat dalam.
Chemistry yang dibangun bukan dalam bentuk romantisme, tetapi dalam ketegangan batin, diam yang menyiksa, dan gestur tubuh yang menyiratkan alienasi satu sama lain. Penampilan mereka mendapat pujian dari kritikus karena terasa autentik dan sangat "hidup".
5. Film ketiga Marissa Anita bersama sutradara Lucky Kuswandi

A Normal Woman bukanlah kolaborasi pertama antara Marissa Anita dan Lucky Kuswandi. Sebelumnya, mereka telah bekerja sama dalam film Selamat Pagi, Malam (2014), di mana Marissa memerankan seorang perempuan urban yang tersesat dalam hiruk-pikuk malam Jakarta, dan dalam Ali & Ratu Ratu Queens (2021), yang membawa tema keluarga lintas budaya di New York.
Dalam A Normal Woman, chemistry keduanya semakin matang. Lucky memberi ruang bagi Marissa untuk mengekspresikan emosi secara subtil, dan Marissa pun tampil sangat mendalam, memainkan karakter yang perlahan-lahan kehilangan kontrol atas tubuh dan pikirannya.
Kolaborasi ini membuktikan bahwa keduanya memiliki visi yang selaras dalam menciptakan karakter perempuan yang kompleks, kuat, dan emosional.
Itulah deretan fakta Dion Wiyoko dan Marissa Anita dalam film A Normal Woman. Disutradarai oleh Lucky Kuswandi, film ini menyuguhkan drama psikologis yang penuh simbol, emosi, dan kritik sosial. Penampilan Marissa Anita sebagai Milla yang rapuh namun kuat, serta Dion Wiyoko sebagai suami yang pasif namun menyimpan konflik batin, menjadi kekuatan utama film ini.
Lewat visual yang estetis dan narasi yang intens, A Normal Woman mengajak penonton menyelami sisi gelap dari tekanan sosial yang sering kali disembunyikan di balik kehidupan yang tampak “normal”.
Film ini bukan sekadar kisah rumah tangga, tetapi juga cermin dari perjuangan batin perempuan dalam mencari kebebasan diri.