"Ini kurang lebih kayak it's an homage to my little self yang lebih ke imajinatif banget. Tapi at the same time it's also love letter untuk teman-teman gue yang memiliki masa kecil yang tidak sebahagia itu," ungkap Kristo.
6 Fakta Karakter Omara Esteghlal di Film Tinggal Meninggal, Merasa Kesepian

- Gema merupakan penghormatan untuk masa kecil sutradara Kristo Immanuel yang imajinatif dan suka "bermimpi di siang bolong".
- Gema mencerminkan cara unik orang Indonesia menggunakan humor dan satir untuk menyampaikan kesedihan atau kritik.
- Gema memiliki lapisan emosi yang sangat kompleks. Dia bisa sedih karena marah, seolah menyembunyikan kesedihan dengan tampak senang, namun akhirnya menjadi awkward.
Film komedi gelap Tinggal Meninggal karya sutradara Kristo Immanuel menghadirkan karakter unik bernama Gema yang berhasil mencuri perhatian penonton. Diperankan dengan apik oleh Omara Esteghlal, Gema menjadi representasi kompleks dari generasi muda yang mencari jati diri di tengah tekanan sosial.
Sosok Gema digambarkan sebagai karakter yang penuh lapisan emosi, mulai dari yang lucu hingga menyentuh hati. Keunikan Gema terletak pada kemampuannya menjadi cermin bagi penonton. Karakter Gema terkesan aneh namun relatable, lalu juga jenaka namun menyimpan kesedihan mendalam.
Berikut Popmama.com telah merangkum beberapa fakta menarik karakter Omara Esteghlal di film Tinggal Meninggal secara lebih lengkap.
Penasaran? Yuk, disimak!
Kumpulan Fakta Karakter Omara Esteghlal di Film Tinggal Meninggal
1. Gema merupakan penghormatan untuk diri kecil sang sutradara

Karakter Gema yang dimainkan oleh Omara Esteghlal ternyata terinspirasi dari masa kecil sutradara Kristo Immanuel yang sangat imajinatif.
Dalam sebuah wawancara, Kristo mengaku bahwa dirinya sering berbicara sendiri sejak kecil dan suka "bermimpi di siang bolong". Memori masa lalunya itu kemudian dituangkan ke dalam karakter Gema.
Lebih dari sekadar nostalgia pribadi, Gema juga diciptakan sebagai surat cinta untuk banyak orang yang memiliki masa kecil kurang bahagia.
2. Quirk melipat lidah yang tidak ada dalam naskah asli

Salah satu ciri khas unik Gema terlihat dari kemampuannya melipat lidah. Menariknya, detail ini sama sekali tidak ada dalam naskah asli. Ide brilian ini muncul spontan saat sesi reading ketika Omara Esteghlal menunjukkan kemampuannya melipat lidah di depan sutradara.
Melihat hal tersebut, aktor lain yang bernama Jared mencoba meniru dengan tingkat keberhasilan 60 persen. Kristo langsung mendapat inspirasi untuk memasukkan detail ini ke dalam film sebagai simbol kemiripan dan koneksi antar karakter.
Keputusan ini menciptakan momen "sweet but weird" yang sangat sejalan dengan tema film. Elemen ini jadi sesuatu yang manis namun aneh di saat bersamaan.
3. Representasi cara orang Indonesia mengekspresikan kesedihan

Gema menjadi cerminan budaya Indonesia yang unik dalam menghadapi kesedihan. Karakter ini menggambarkan bagaimana masyarakat kita terbiasa menggunakan humor dan satir untuk menyampaikan hal-hal yang menyedihkan atau tidak disukai.
Menurut Omara Esteghlal, Gema merepresentasikan cara orang Indonesia berkomunikasi secara tidak langsung.
Sifat jenaka Gema menunjukkan interpretasi bagaimana seseorang bisa menunjukkan sisi pribadinya melalui komedi. Sisi ini seperti yang sering terlihat di media sosial ketika orang mengkritik dengan cara satir.
4. Karakter dengan layers emosi yang kompleks

Tantangan terbesar dalam menciptakan Gema adalah menemukan keseimbangan sempurna antara keunikan dan relatabilitas. Sutradara menginginkan karakter yang eksentrik namun universal. Terkesan aneh di dunianya sendiri, tetapi penonton bisa merasa "ini gue banget".
Omara Esteghlal mengungkapkan bahwa directing dari Kristo sangat detail dengan berbagai lapisan emosi.
"Gema nanti lo sedih, tapi lo sedih gara-gara lo marah karena lo ditinggalin. Tapi sebenarnya lo juga nggak mau keliatan sedih depan orang-orang jadi somehow lo keliatannya agak senang. Bukan senang yang senang banget, sehingga lo akhirnya awkward. Habis itu lo bingung dan lo mau cabut," kenang Omara.
Kompleksitas ini membuat Gema terasa sangat manusiawi. Dia mainnya "subtle tapi nggak subtle" dengan insecurity tersembunyi di balik kemarahan yang besar.
Dengan kesulitan tersebut, Kristo mengatakan bahwa tidak ada aktor yang bisa memerankan karakter Gema selain Omara.
5. Simbol krisis identitas generasi modern

Gema dan karakter-karakter lain dalam film Tinggal Meninggal seolah menggambarkan krisis identitas yang dialami banyak orang, terutama dalam konteks masyarakat Indonesia dengan berbagai batasan kultur dan budaya.
Film ini mengkritik bagaimana semua orang ingin memiliki identitas tertentu. Apalagi ada yang ingin jadi "orang paling jutek" atau "paling edgy", padahal sebenarnya hanya berlindung di balik identitas tersebut sebagai tameng.
"Kayak oh gue paling edgy nih biar orang lihat gue sebagai edgy. Padahal kan berlindung di balik keanehan itu, cuman kita mencari tameng gitu," jelas Omara tentang tema yang diangkat.
6. Menggunakan komedi sebagai mekanisme pertahanan diri

Aspek paling menarik dari Gema adalah penggunaan humor sebagai defense mechanism. Sutradara sengaja mendesain momen-momen dramatis agar tidak terlalu dalam, mirip dengan orang yang ketika ditanya tentang hal sedih malah merespons dengan candaan.
Kristo menjelaskan bahwa ini terinspirasi dari fenomena nyata, seperti orang yang ditinggal papanya malah membuat jokes "Hey Y Team". Ini sebuah cara menertawakan kesedihan yang menurutnya tidak mudah dan cepat untuk dilakukan.
"Karena temanya memang menertawakan kesedihan. Jadi memang aku secara sengaja dari awal mendesain film ini tuh momen-momen dramanya atau momen-momen sedihnya tuh aku nggak mau diperdalam gitu," ungkap Kristo.
Itulah rangkuman dari beberapa fakta menarik tentang karakter Omara Esteghlal di film Tinggal Meninggal. Keunikan dan kompleksitas karakter ini membuktikan bahwa sinema Indonesia mampu menghadirkan tokoh-tokoh yang mendalam dan relatable bagi penonton lokal.
Penasaran dengan karakter Gema, Ma? Jangan lewatkan film Tinggal Meninggal yang sudah resmi tayang mulai 14 Agustus di bioskop, ya.



















