"Perempuan sekarang jauh lebih mandiri secara finansial. Jadi itu bukan lagi alasan untuk bertahan di pernikahan yang tidak sehat," jelas Putri Rahmadanti.
3 Alasan Seseorang Cepat Memutuskan untuk Bercerai, Ini Kata Psikolog

- Perempuan semakin mandiri secara finansial, membuat pernikahan tidak lagi dipertahankan demi alasan ekonomi.
- Stigma perceraian semakin berkurang, individu lebih memprioritaskan kesehatan mental dibanding penilaian sosial.
- Konflik yang menumpuk membuat batas toleransi makin rendah, hal kecil bisa menjadi pemicu keputusan bercerai.
Perceraian kini tak lagi dipandang sebagai keputusan yang tabu. Di tengah perubahan sosial, ekonomi, dan cara pandang terhadap kesehatan mental, semakin banyak individu yang berani mengakhiri pernikahan yang dirasa tak lagi sehat.
Psikolog klinis dan hipnoterapis Putri Rahmadanti, M.Psi., Psikolog, C.Ht menjelaskan bahwa ada beberapa faktor utama yang membuat seseorang lebih cepat mengambil keputusan untuk bercerai dibanding generasi sebelumnya.
Berikut Popmama.com rangkum penjelasannya mengenai alasan seseorang cepat memutuskan untuk bercerai.
1. Perempuan semakin mandiri secara finansial

Salah satu faktor terbesar adalah meningkatnya kemandirian finansial, terutama pada perempuan. Kondisi ini membuat pernikahan tidak lagi dipertahankan semata-mata demi alasan ekonomi.
Secara global, hal ini juga sejalan dengan laporan Pew Research Center dan OECD, yang menyebut bahwa meningkatnya partisipasi perempuan di dunia kerja berbanding lurus dengan menurunnya toleransi terhadap hubungan yang penuh tekanan. Ketika kebutuhan dasar bisa dipenuhi sendiri, kualitas hubungan menjadi faktor utama, bukan lagi ketergantungan ekonomi.
2. Stigma perceraian semakin berkurang

Jika dulu perceraian dianggap aib keluarga, kini pandangan itu perlahan berubah. Banyak individu lebih berani memprioritaskan kesehatan mental dibanding penilaian sosial.
"Dulu perceraian itu aib, sekarang tidak. Individu lebih mementingkan kesehatan mental mereka sendiri dan sadar kalau hubungan itu sudah tidak baik untuk dirinya," ujar Putri Rahmadanti.
Pandangan ini juga diperkuat oleh American Psychological Association (APA) yang menekankan bahwa bertahan dalam hubungan penuh konflik justru berisiko menimbulkan stres kronis, depresi, hingga trauma psikologis. Karena itu, perceraian kini lebih sering dipandang sebagai bentuk perlindungan diri, bukan kegagalan hidup.
3. Konflik yang menumpuk membuat batas toleransi makin rendah

Putri Rahmadanti menilai bahwa konflik dalam rumah tangga saat ini cenderung lebih cepat membesar. Hal-hal kecil yang dulu bisa ditoleransi kini menjadi pemicu keputusan besar.
"Konflik sekarang meningkat. Hal-hal kecil bisa jadi besar dan membuat keputusan bercerai lebih cepat diambil," jelasnya.
Hal ini sejalan dengan temuan The Gottman Institute, yang menyebut bahwa konflik berulang tanpa upaya perbaikan akan mengikis rasa aman emosional dalam hubungan. Ketika salah satu atau kedua pihak tidak mau berubah, konseling tidak berjalan efektif, dan konflik terus berdampak pada kesehatan mental, perceraian sering kali dianggap sebagai jalan keluar paling realistis.
Itulah tadi informasi mengenai alasan seseorang cepat memutuskan untuk bercerai. Semoga membantu!



















