Benarkah Pil KB Bisa Meningkatkan Risiko HPV? Simak Penjelasannya!

- Metode kontrasepsi hormonal bisa membuat sel serviks lebih mudah terinfeksi HPV, namun belum ada kesimpulan pasti karena penelitian masih berjalan. Pil KB bukan penyebab utama HPV, tetapi bisa menjadi faktor tambahan jika tubuh sudah terpapar virus.
- Tidak semua jenis KB hormonal memiliki risiko yang sama.
- Penggunaan pil KB oral memiliki efek yang paling konsisten terhadap risiko HPV, sementara IUD hormonal tidak menunjukkan hubungan dengan peningkatan risiko HPV. Faktor lain seperti kontak seksual tanpa kondom dan gaya hidup juga mempengaruhi risiko seseorang terkena HPV.
Penggunaan pil KB menjadi salah satu metode kontrasepsi yang banyak dipilih karena praktis dan efektif mencegah kehamilan. Namun, belakangan muncul kekhawatiran mengenai kaitannya dengan risiko infeksi HPV. Hal ini membuat banyak perempuan bertanya-tanya, apakah benar pil KB dapat meningkatkan kemungkinan terkena virus tersebut?
Sebelum merasa khawatir atau memutuskan berhenti menggunakan pil KB, penting untuk memahami faktanya terlebih dahulu. Popmama.com sudah merangkum apakah pil KB bisa meningkatkan risiko HPV? Yuk simak penjelasannya!
1. Apakah ada hubungan antara pil KB dengan risiko HPV?

Dilansir dari Cleveland Clinic, beberapa penelitian menunjukkan bahwa kontrasepsi hormonal bisa membuat sel serviks lebih mudah terinfeksi HPV, namun para ahli menegaskan bahwa belum ada kesimpulan pasti karena penelitian masih terus berjalan. Jadi, pil KB bukan penyebab utama HPV, tetapi bisa menjadi faktor tambahan jika tubuh sudah terpapar virus.
Dilansir dari Healthline, ada sekitar 9 dari 10 infeksi HPV dapat hilang sendiri dalam dua tahun bila daya tahan tubuh kuat. HPV sendiri bisa menular melalui hubungan seksual vaginal, anal, oral, atau kontak kulit ke kulit yang intim.
Sementara jika virus bertahan lama di tubuh, HPV bisa menyebabkan perubahan sel pada serviks. Dalam jangka panjang, perubahan ini bisa berkembang menjadi kanker jika nggak terdeteksi. WHO dan National Cancer Institute menyebutkan bahwa lebih dari 95 persen kasus kanker serviks berhubungan dengan infeksi HPV.
Beberapa studi juga menemukan kemungkinan hubungan antara penggunaan pil KB jangka panjang dan risiko HPV berisiko tinggi. Cleveland Clinic mencatat bahwa penggunaan pil KB lebih dari lima tahun dapat dikaitkan dengan peningkatan risiko kanker serviks pada perempuan yang sudah memiliki infeksi HPV aktif.
Meski begitu, pil KB tetap aman digunakan selama dilakukan dengan pemantauan dan tindakan pencegahan. Pap smear rutin, vaksin HPV, penggunaan kondom, dan menjaga imunitas tetap menjadi cara terbaik untuk mengurangi risiko, Ma.
2. Apakah semua jenis KB hormonal memiliki risiko yang sama?

Tidak semua jenis kontrasepsi hormonal memiliki efek yang sama terhadap risiko HPV.
Dilansir dari Healthline, menurut Adrienne Ton, Family Nurse Practitioner dari TBD Health, temuan yang paling konsisten sejauh ini memang berasal dari pengguna pil KB oral dibading metode lainnya. Beberapa studi juga menunjukkan bahwa risiko tersebut bisa menurun dari waktu ke waktu, terutama setelah penggunaan jangka panjang atau setelah berhenti menggunakan pil KB.
Sementara itu, dilansir dari sumber yang sama, Healthline, penelitian mengenai IUD hormonal nggak menemukan hubungan dengan peningkatan risiko HPV, sehingga metode ini masih dianggap aman dalam konteks tersebut. Untuk metode lain seperti implan, datanya masih terbatas karena termasuk teknologi yang lebih baru, sehingga penelitian lanjutan masih diperlukan, Ma.
3. Faktor lain yang bisa mempengaruhi risiko HPV

Nggak hanya pil KB atau kontrasepsi hormonal, ada beberapa hal lain yang dapat memengaruhi risiko seseorang terkena HPV. Dikutip dari Healthline, kontak seksual tanpa kondom masih menjadi faktor paling umum dalam penularan virus ini, karena HPV dapat berpindah lewat kulit ke kulit, bukan hanya melalui penetrasi. Itu sebabnya, penggunaan kondom tetap disarankan meskipun nggak memberikan perlindungan 100 persen.
Dikutip dari American Cancer Society, gaya hidup juga berpengaruh. Misalnya kebiasaan merokok karena dapat melemahkan sistem imun dan membuat tubuh lebih sulit melawan infeksi HPV. Selain itu, kondisi yang memengaruhi kekebalan tubuh, seperti konsumsi obat imunosupresan atau penyakit tertentu, juga dapat meningkatkan risiko infeksi.
Riwayat kesehatan reproduksi juga ikut berperan, Ma. Perempuan yang pernah mengalami infeksi menular seksual seperti klamidia, pernah hamil lebih dari tiga kali, atau hamil pada usia sangat muda diketahui memiliki risiko lebih tinggi mengalami perubahan sel serviks akibat HPV. Faktor genetik dan paparan obat tertentu saat masih di dalam kandungan juga bisa memengaruhi.
Secara keseluruhan, risiko HPV nggak hanya datang dari satu sumber. Kombinasi kebiasaan, kesehatan tubuh, pilihan kontrasepsi, hingga riwayat medis dapat memberikan pengaruh berbeda pada setiap perempuan. Karena itu, memahami tubuh dan menjaga kesehatan reproduksi secara menyeluruh menjadi langkah terbaik untuk mencegah risiko yang lebih besar di kemudian hari.
4. Cara mengurangi risiko HPV saat menggunakan KB hormonal

Ada beberapa langkah yang bisa Mama lakukan untuk tetap aman meski menggunakan KB hormonal. Dikutip dari Healthline, vaksinasi HPV menjadi salah satu cara paling efektif untuk mencegah infeksi tipe HPV berisiko tinggi. Dikutip dari CDC, vaksin disarankan mulai usia 11–12 tahun, tetapi masih bisa diberikan hingga usia 26 tahun, dan pada usia 27–45 tahun setelah konsultasi dokter.
Selain itu, dilansir dari American College of Obstetricians and Gynecologists, penggunaan kondom saat berhubungan intim dapat membantu mengurangi risiko penularan, meskipun nggak memberikan perlindungan total. Pemeriksaan rutin seperti pap smear juga penting untuk mendeteksi perubahan sel serviks lebih dini, terutama mulai usia 21 tahun.
Menjaga kesehatan tubuh, nggak merokok, serta mengontrol kondisi medis tertentu juga dapat membantu tubuh melawan infeksi HPV lebih baik.
Penggunaan KB hormonal memang disebut dapat berpengaruh pada risiko HPV, namun kaitannya masih terus diteliti. Risiko HPV sendiri dipengaruhi banyak faktor, seperti riwayat seksual, daya tahan tubuh, dan gaya hidup, jadi nggak bisa hanya dilihat dari penggunaan KB semata, Ma.
Sebagai langkah pencegahan, vaksinasi HPV, penggunaan kondom, pap smear rutin, serta menjaga gaya hidup sehat dapat membantu menurunkan risiko infeksi maupun komplikasinya.
Pada akhirnya, setiap tubuh memiliki kebutuhan yang berbeda. Sebelum memilih atau mengganti metode kontrasepsi, konsultasikan dengan dokter agar Mama mendapatkan pilihan yang paling aman dan sesuai kondisi. Dengan informasi yang tepat dan pemeriksaan rutin, Mama bisa tetap nyaman menjalani metode kontrasepsi sekaligus menjaga kesehatan reproduksi dalam jangka panjang.
Semoga informasi ini bermanfaat, ya!


















