Masalah Kesehatan yang Memengaruhi Kesuburan Laki-Laki

- Kesuburan laki-laki dipengaruhi oleh gangguan hormon seperti AIS yang dapat menyebabkan penurunan kualitas sperma hingga tidak adanya sperma.
- Pembesaran prostat jinak dan thalassemia juga dapat mengganggu kesuburan laki-laki, dengan risiko gangguan ejakulasi dan penurunan hormon reproduksi.
- Infeksi virus gondongan, diabetes, dan kanker testis juga berdampak besar pada kesuburan laki-laki, dengan risiko infertilitas yang tinggi jika tidak diobati.
Kesuburan laki-laki dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor, bukan hanya gaya hidup, tetapi juga kondisi kesehatan tertentu. Beberapa penyakit dapat menurunkan kualitas sperma, mengganggu hormon, atau bahkan menghambat proses ejakulasi.
Dampaknya bisa ringan hingga berat, mulai dari jumlah sperma menurun sampai tidak adanya sperma sama sekali. Dilansir dari Male Infertility Guide, ada sejumlah kondisi medis yang umum dikaitkan dengan penurunan kesuburan laki-laki.
Memahami hal ini penting agar Papa bisa lebih waspada dan melakukan pemeriksaan sejak dini. Berikut Popmama.com telah rangkumkan pembahasan mengenai beberapa masalah kesehatan yang bisa memengaruhi kesuburan laki-laki.
Yuk, simak selengkapnya!
1. Gangguan hormon androgen insensitivity syndrome (AIS)

Androgen insensitivity syndrome (AIS) adalah kondisi genetik langka di mana tubuh laki-laki tidak bisa merespons hormon testosteron dengan baik.
Testosteron sendiri adalah hormon utama laki-laki yang berperan dalam perkembangan organ reproduksi dan produksi sperma.
Pada kasus AIS yang lengkap, laki-laki secara genetik XY bisa lahir dengan penampilan fisik seperti perempuan, meski tidak memiliki organ reproduksi wanita.
Sedangkan pada AIS parsial, ada sebagian fungsi testosteron yang masih bekerja, sehingga laki-laki bisa memiliki organ reproduksi tetapi kualitas spermanya terganggu.
Dilansir dari Male Infertility Guide, AIS bisa menyebabkan sperma sedikit atau oligospermia hingga tidak ada sama sekali atau azoospermia. Dengan perawatan medis tertentu, peluang kehamilan tetap mungkin, meski terbatas.
2. Pembesaran prostat jinak

Benign prostatic hyperplasia (BPH) adalah kondisi ketika prostat membesar seiring bertambahnya usia. Pembesaran ini bisa menekan saluran kemih dan mengganggu aliran sperma saat ejakulasi.
Papa mungkin merasakan gejala seperti aliran kencing lemah atau kandung kemih yang tidak tuntas kosong. Dilansir BPH yang tidak diobati bisa meningkatkan risiko gangguan ejakulasi.
Sayangnya, beberapa obat dan operasi untuk BPH juga bisa memperburuk kesuburan laki-laki, misalnya menyebabkan ejakulasi mundur atau retrograde ejaculation.
Jika Papa mengalami kondisi tersebut dan sedang merencanakan promil, sebaiknya diskusikan dan konsultsikan dnegan dokter mengenai pilihan terapi yang tepat untuk mengatasi hal kondisi tersebut.
3. Thalassemia beta

Beta-thalassemia adalah kelainan darah bawaan yang membuat tubuh sulit memproduksi hemoglobin normal, yaitu protein pembawa oksigen.
Penderitanya biasanya butuh transfusi darah rutin seumur hidup, yang bisa menimbulkan penumpukan zat besi dalam tubuh. Zat besi berlebih ini dapat merusak kelenjar pituitari, yaitu pengatur hormon dan testis sehingga menghambat produksi sperma.
Dilansir dari Male Infertility Guide, hingga 90% laki-laki dengan thalassemia mengalami hipogonadisme, yaitu penurunan hormon reproduksi. Selain itu, stres oksidatif dan kerusakan DNA sperma juga lebih tinggi pada penderita thalassemia.
Akibatnya, kualitas sperma menurun drastis dan bisa menyebabkan infertilitas. Perawatan dengan terapi hormon dan manajemen zat besi bisa membantu menjaga fungsi reproduksi tetap lebih baik.
4. Infeksi virus gondongan

Gondongan tidak hanya menyerang kelenjar ludah, tetapi juga bisa menyebabkan peradangan pada testis yang disebut orchitis. Kondisi ini sering muncul bila laki-laki terkena gondongan setelah pubertas.
Dilansir dari Male Infertility Guide, sekitar 20–30% laki-laki yang kena gondongan mengalami orchitis, dan 10% di antaranya mengenai kedua testis. Peradangan ini bisa menimbulkan nyeri hebat, bengkak, dan kerusakan permanen pada jaringan testis.
Akibatnya, produksi sperma terganggu dan risiko infertilitas meningkat hingga 90% jika kedua testis terdampak. Komplikasi ini biasanya muncul dalam 6 bulan pertama setelah infeksi, meskipun kadang baru terlihat bertahun-tahun kemudian.
Vaksinasi gondongan sejak dini menjadi langkah penting untuk mencegah risiko ini.
5. Diabetes

Diabetes, baik tipe 1 maupun tipe 2, punya dampak besar terhadap kesuburan laki-laki.
Pada diabetes tipe 1, kerusakan sistem imun bisa langsung menyerang testis, sedangkan pada diabetes tipe 2 masalah lebih sering terkait resistensi insulin, peradangan, dan stres oksidatif.
Diabetes dapat menyebabkan kerusakan saraf dan pembuluh darah sehingga memengaruhi ereksi dan ejakulasi. Gangguan pada sperma juga sering ditemukan, seperti ejakulasi mundur, ejakulasi kering, hingga disfungsi ereksi.
Papa mungkin juga mengalami peningkatan fragmen DNA sperma, yang berarti kualitas sperma menurun meski jumlahnya cukup.
Kontrol gula darah yang baik bisa membantu memperlambat kerusakan, tetapi tidak selalu mengembalikan fungsi sperma yang sudah rusak.
6. Kanker testis

Kanker testis tidak hanya berbahaya bagi kesehatan umum, tetapi juga berdampak besar pada kesuburan.
Bahkan sebelum pengobatan, sekitar 50% laki-laki dengan kanker testis sudah memiliki jumlah sperma rendah atau oligospermia, dan 10% tidak ada sperma sama sekali atau azoospermia.
Kanker testis meningkatkan fragmentasi DNA sperma dan merusak sel penghasil sperma. Pengobatan seperti operasi pengangkatan testis atau orchiectomy, kemoterapi, dan radioterapi bisa memperburuk kondisi ini.
Meski sebagian laki-laki mengalami pemulihan produksi sperma setelah terapi, tidak sedikit yang tetap infertil permanen. Oleh karena itu, sangat disarankan untuk melakukan penyimpanan sperma atau sperm banking sebelum memulai pengobatan.
Masalah kesehatan yang memengaruhi kesuburan laki-laki ternyata cukup banyak, mulai dari kelainan genetik, penyakit metabolik, hingga infeksi. Kondisi seperti AIS, BPH, thalassemia, gondongan, diabetes, hingga kanker testis bisa berdampak langsung pada kualitas maupun jumlah sperma.
Mengetahui hal ini lebih awal dapat membantu Papa mengambil langkah pencegahan dan pengobatan sebelum terlambat.
Dengan begitu, sebaiknya Papa jangan ragu untuk periksa ke dokter jika ada tanda atau riwayat penyakit yang mungkin berkaitan dengan kesuburan.



















