7 Efek Ibu Hamil Stres dan Menangis yang Berbahaya untuk Janin

Stres dan menangis yang dialami ibu hamil bisa berdampak pada diri sendiri serta janin

22 Mei 2024

7 Efek Ibu Hamil Stres Menangis Berbahaya Janin
Pexels/Helena Lopes

Setiap orang pasti setuju bahwa siapa saja bisa mengalami stres hingga bahkan menangis. Berangkat dari pernyataan itu, perasaan stres dan menangis juga bisa dirasakan oleh seorang ibu hamil, apalagi ketika usia kehamilannya sudah memasuki trimester ketiga.

Di tahap ini, Mama mungkin akan mengkhawatirkan soal keuangan, sekolah, hingga bahkan persalinan. Tekanan inilah yang dapat membuat Mama menjadi rentan terhadap stres dan bisa saja banyak menangis.

Menangis dengan frekuensi rendah memang tidak berdampak buruk pada janin. Akan tetapi, perasaan depresi disertai menangis ternyata bisa berdampak pada janin dan diri seorang ibu hamil.

Sebagai bentuk pencegahan, Mama tentunya wajib mengetahui efek ibu hamil stres dan menangis. Informasinya sudah Popmama.com rangkumkan secara detail dari berbagai sumber berikut ini.

Yuk Ma, disimak!

1. Kemungkinan kelahiran prematur dan bayi dengan berat badan lahir rendah

1. Kemungkinan kelahiran prematur bayi berat badan lahir rendah
Pexels/Negative Space

Mengalami depresi pada saat hamil memang akan membuat bayi di dalam kandungan bisa mengalami banyak dampak negatif, Ma.

Dikutip dari Healthline, penelitian yang dilakukan oleh Shwu-Ru Liou, Panchalli Wang, dan Ching-Yu Cheng di tahun 2016 menunjukkan bahwa masalah kesehatan mental seperti kecemasan dan depresi selama kehamilan bisa meningkatkan peluang kemungkinan kelahiran secara prematur serta berat badan lahir bayi yang rendah.

Selain itu, pada penelitian yang dilakukan Aleksandra Staneva, Fiona Bogossian, Margo Pritchard, dan Anja Wittkowski di tahun 2015 juga menemukan hubungan serupa antara tekanan mental dengan kelahiran bayi secara prematur.

Hal tersebut disebabkan ibu hamil yang mengalami depresi sering kali tidak menjaga dirinya dengan baik dan kurang mengonsumsi nutrisi, sehingga menyebabkan janin tak mendapat asupan nutrisi yang cukup.

2. Depresi ibu hamil dapat berpengaruh terhadap perkembangan otak janin

2. Depresi ibu hamil dapat berpengaruh terhadap perkembangan otak janin
Pexels/Andre Furtado

Dalam laporan artikel CNN yang dipublikasikan pada 7 Desember 2020, jurnal medis JAMA Open Network menjelaskan bahwa stres yang dialami oleh perempuan selama masa kehamilan ternyata juga memengaruhi perkembangan otak janinnya.

Akibat tersebut bisa terjadi karena janin dari ibu hamil dengan tingkat kecemasan yang lebih tinggi cenderung memiliki koneksi yang lebih lemah antara dua area otak yang terlibat dalam fungsi eksekutif dan kognitif yang lebih tinggi, serta koneksi yang lebih kuat antara bagian otak yang terhubung dengan kontrol emosional dan perilaku.

Studi ini tampak sejalan dengan penelitian lainnya yang menemukan dampak langsung stres yang dirasakan ibu hamil terhadap perkembangan bayinya di masa depan.

"Tingkat kecemasan tampaknya memiliki efek langsung pada cara otak janin dibentuk dan diatur di dalam rahim," kata penulis studi Catherine Limperopoulos, yang memimpin Developing Brain Institute di Children's National di Washington, DC.

Editors' Pick

3. Stres pada ibu hamil dapat memperpendek panjang telomer bayi

3. Stres ibu hamil dapat memperpendek panjang telomer bayi
Pexels/Melike Benli

Jurnal penelitian berjudul Prenatal Maternal Stress Prospectively Relates to Shorter Child Buccal Cell Telomere Length yang dilakukan oleh Judith E. Carroll, Nicole E. Mahrer, Madeleine Shalowitz, Sharon Ramey, dan Christine Dunkel Schetter juga menunjukkan dampak lain.

Studi yang diterbitkan pada 2020 itu menemukan bahwa stres yang dirasakan oleh ibu hamil atau bahkan sebelum pembuahan dilakukan dapat memperpendek panjang telomer bayi. Akibat telomer yang memendek ini adalah risiko penyakit jantung, kanker, hingga kematian dini yang lebih tinggi.

Telomer sendiri merupakan senyawa struktur DNA yang terletak di ujung kromosom. Dia bertanggung jawab untuk melindungi sel-sel manusia dari penuaan saat mereka berkembang biak.

"Penelitian kami menunjukkan bahwa kita mungkin memiliki faktor lingkungan dan ibu sejak dini yang memengaruhi awal kehidupan seseorang, yang mungkin membuat mereka menua lebih cepat," kata penulis utama Judith Carroll, seorang profesor psikiatri dan ilmu biobehavioral di Institut Semel untuk Ilmu Saraf dan Perilaku Manusia di UCLA.

4. Depresi saat hamil bisa berdampak luas pada kesehatan

4. Depresi saat hamil bisa berdampak luas kesehatan
Pexels/lucas mendes

Stres kronis yang dialami oleh ibu hamil ternyata juga bisa berdampak lebih luas pada kesehatannya. Tingkat stres yang tinggi pada ibu hamil dapat menekan sistem kekebalan tubuhnya, sehingga membuatnya lebih rentan terhadap infeksi.

Tak hanya itu saja, hal ini juga bisa berdampak negatif pada sulit untuk tidur, denyut nadi berdebar kencang, mengalami sakit kepala, hingga bisa memperburuk keluhan kehamilan seperti mual di pagi hari dan nyeri pada punggung.

5. Meningkatkan risiko depresi pasca melahirkan

5. Meningkatkan risiko depresi pasca melahirkan
Pexels/BabyBum Photography

Depresi yang dialami oleh ibu hamil juga berdampak pada meningkatnya risiko postpartum depression (PPD) atau depresi pasca melahirkan. Tanpa disadari, depresi pasca melahirkan dapat memengaruhi tingkat keterikatan antara mama dan bayinya.

Penting untuk Mama ingat, depresi bukan merupakan kesalahanmu. Selain itu, depresi pasca melahirkan adalah hal biasa dan tidak perlu malu. Untuk mengatasi ini, penting bagi Mama menemui dokter untuk mendapatkan bantuan.

    6. Bayi yang dilahirkan akan menunjukkan lebih banyak ketakutan

    6. Bayi dilahirkan akan menunjukkan lebih banyak ketakutan
    Pexels/Pavel Danilyuk

    Efek yang dirasakan dari perasaan stres dan menangis ternyata tidak hanya terjadi pada saat hamil saja, tetapi juga pada setelah melahirkan.

    Penelitian yang diterbitkan di jurnal Infancy menemukan bayi dari mama yang mengalami lebih banyak stres selama kehamilan menunjukkan lebih banyak ketakutan, kesedihan, dan tekanan pada usia 3 bulan dibandingkan bayi dari mama yang tidak mengalami stres.

    Perempuan dengan stres yang lebih tinggi cenderung melaporkan bahwa bayinya sering terlihat marah, menangis atau rewel saat ditinggal di tempat tidur. Selain itu, penelitian tersebut juga mengatakan anak akan lebih banyak menempel pada orangtuanya saat diperkenalkan dengan orang dewasa yang tidak dikenalnya.

    7. Meningkatkan risiko gangguan tidur pada bayi

    7. Meningkatkan risiko gangguan tidur bayi
    Pexels/Leah Newhouse

    Kecemasan atau depresi yang dialami oleh Mama pada saat hamil ternyata juga bisa meningkatkan risiko gangguan tidur pada bayi. Ya, gangguan tidur memang tidak hanya dialami oleh orang dewasa saja, tetapi juga pada bayi.

    Kondisi seperti itu kemungkinan dipicu oleh hormon stres kortisol yang diproduksi secara berlebihan oleh tubuh saat Mama sedang merasa stres. Hormon ini dapat masuk ke dalam plasenta dan memengaruhi bagian otak yang mengatur siklus tidur dan bangun bayi.

    Jadi, itulah deretan efek ibu hamil stres dan menangis. Bila dilihat, ada banyak efek yang bisa ditimbulkan dari perasaan stres dan menangis pada ibu hamil. Hadirnya informasi ini tentu menjadi pengetahuan yang amat penting bagi Mama dan Papa.

    Semoga Mama dan Si Kecil dalam kandungan tetap sehat selalu sampai hari persalinan tiba, ya.

    Baca juga:

    The Latest