TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA

Ajari Disiplin, 10 Cara Membuat Batasan yang Sehat pada Anak

Batasan membantu anak berpikir bahwa setiap tindakan memiliki batas agar tidak kelewatan

Freepik

Para Mama ditugaskan untuk mengajari si Kecil tentang berbagai batasan dalam hal-hal kecil, seperti menyiram toilet, atau menyikat gigi, dan tata krama.

Berkembangnya usia anak, Mama mulai mengajarkan batasan pada anak hal-hal besar, seperti memilih teman yang baik, atau menetapkan tujuan dan mencapainya, atau bagaimana untuk mengendalikan diri di dunia di mana batasan dan manajemen diri sangat penting.

Menetapkan batasan yang sehat dengan anak-anak, dapat mengajarkan anak untuk menjadi lebih disiplin. Ini juga mendorongnya bahwa setiap manusia memang bebas bertindak, namun ada batasan yang mengatur agar perilaku ini tidak kelewatan sehingga berdampak buruk bagi diri sendiri ataupun orang lain.

Untuk membangun batasan yang berfungsi dan positif di rumah, berikut ini Popmama.com telah merangkum 10 cara membuat batasan yang sehat pada anak. Yuk simak!

1. Menetapkan aturan mulai di rumah

Pexels/Ketut Subiyanto

Hal pertama yang perlu Mama lakukan untuk menetapkan batas adalah menetapkan dengan anak di mana garis batas berada, artinya menetapkan aturan di rumah. Ini penting karena jika hukum tidak ditetapkan sejak awal, maka tidak ada kemajuan yang dapat dicapai dalam memperbaiki perilaku.

Dalam menetapkan batasan, penting bagi orangtua untuk duduk dan berkomunikasi dengan anak. Beri tahu perilaku apa yang orangtua harapkan dan hargai. Kemudian, lanjutkan pembicaraan sehingga anak dapat memahami maksud Mama tentang aturan yang ditetapkan tersebut.

2. Beri tahu apa harapan orangtua pada anak

Freepik/Pch.vector

Apa yang Mama harapkan dari anak? Apakah itu integritas, atau rasa hormat? Apa yang paling dihargai dalam hubungan orangtua dengan anak perlu dibuat sangat jelas baginya. Jika, misalnya, Mama menghargai tanggung jawab, maka jelaskan hal ini kepadanya.

Juga beri tahu anak bagaimana tanggung jawab tersebut bisa anak tunjukkan dalam hubungannya dengan orangtua. Misalnya, anak juga ikut bertanggung jawab dalam menjaga kebersihan rumah. Dengan menjaga kebersihan rumah bersama-sama, maka tak ada satupun anggota keluarga yang merasa terbebani.

Pada saat yang sama, dengarkan apa yang anak harapkan dari orangtuanya. Apakah ia mengharapkan bimbingan, bantuan, penegasan? Apakah ia mengharapkan kerjasama? Berikan anak kesempatan untuk memberi tahu orangtua apa yang ada di pikirannya.

3. Tulis batasan-batasan tersebut di atas kertas dan tempel di kamar anak atau ruang keluarga

Freepik/Mego-studio

Ada sesuatu tentang  tampilan nyata dari aturan dan batasan, dan tujuan keluarga yang membantu setiap orang yang terlibat menginternalisasi perilaku baru.

Menuliskan batasan-batasan tersebut di atas karton, membuat aturan ini menjadi pasti dan lebih mudah diingat oleh setiap rumah. Selain itu, anak juga lebih yakin dengan parameter perilaku apa yang dapat ditoleransi dan apa yang tidak.

Tetap saja, jadilah kreatif!

Ini berarti membuat poster yang menggembirakan untuk kamar tidur atau diletakkan di ruang keluarga. Libatkan semua anggota keluarga sehingga menjadi waktu berkualitas yang menyenangkan.

4. Jelaskan pada anak mengapa batasan ini diperlukan

Pexels/Ron Lach

Orangtua tentu ingin semua orang berperilaku hormat satu sama lain dan tumbuh sebagai individu dengan cara yang sehat dan fungsional. Namun, anak-anak mungkin pada awalnya tidak mengerti mengapa batasan yang sehat diperlukan.

Inilah mengapa penting untuk menjelaskan alasan di balik aturan dan membantunya memahami bahwa batasan ini adalah untuk keuntungannya, dan untuk kesejahteraan keluarga. Ini semua tentang komunikasi.

Mengapa tidak mengajak anak keluar untuk makan es krim atau makan siang sambil mendiskusikan topik-topik berat ini denganya? Menikmati makanan yang menyenangkan tentu akan membuat pembicaraan yang berat jadi lebih santai dan nyaman, bukan?

5. Tetapkan konsekuensi bila orangtua dan anak melewati batas yang telah ditetapkan

Pexels/August de Richelieu

Anak-anak belajar paling baik ketika ia mengalami konsekuensi untuk perilaku negatif dan dihargai untuk perilaku positif. 

Dilansir dari Very Well Family, anak melewati batas yang telah ditetapkan dalam hal rasa hormat, dengan bersikap kasar kepada Mama. Maka beri tahu anak dan tegakkan konsekuensi dengan meminta pertanggungjawaban. Misalnya seperti meminta maaf atau merenungkan kesalahan di kamar.

Yang terbaik adalah menetapkan aturan seperti itu sebelumnya, sehingga orangtua dan anak  setuju tentang konsekuensi bagi orangtua atau anak yang melewati batas yang ditentukan.

Manfaat dari memiliki konsekuensi adalah, bahwa anak akan belajar untuk mematuhi batasan yang lebih besar dalam masyarakat, menyiapkannya untuk sukses dalam hubungan dan kehidupan.

6. Jangan lupa untuk memerhatikan perilaku diri sendiri

Freepik/karlyukav

Orangtua dapat dengan mudah menetapkan batasan untuk menikmati pola perilaku yang berfokus pada anak. Meski perlu berfokus pada anak dalam mengatur perilakunya, tetap penting bagi orangtua untuk berfokus juga pada diri sendiri ketika batasan ditetapkan di rumah. 

Misalnya, ketika ada batasan dalam penggunaan gadget saat makan malam, namun Mama atau Papa masih sibuk bermain ponsel di meja makan, anak akan melihat bahwa manfaat meletakkan gadget sebelum makan bukanlah hal yang penting dan patut dilakukan.

Penetapan batas seharunya dapat membuat orangtua menjadi lebih sadar akan perilaku mereka sendiri. Jika dilakukan dengan benar, ini dapat menyebabkan orangtua tumbuh dalam kesadaran diri.

7. Percayalah pada proses sampai anak terbiasa dengan batasan yang berlaku

Freepik

Bersikap baik kepada diri sendiri sangat membantu dalam mempelajari perilaku baru. Jangan menyalahkan diri sendiri jika perilaku anak tidak berubah tepat dalam semalam.

Seperti yang banyak orang katakan, 'Coba dan coba lagi'. Setiap manusia, tak terkecuali anak-anak memerlukan proses ketika harus mempelajari keterampilan baru seperti menetapkan batasan.

Namun seiring waktu berjalan, anak bisa melakukannya dengan benar jika batasan ini konsisten dan tetap dijalankan.

Teruslah belajar dari kesalahan dan perbaiki pendekatan terhadap pengaturan batas sampai segalanya menjadi lebih mudah dan kokoh dalam menetapkan aturan.

8. Hindari memberikan banyak batasan

Freepik

Mama mungkin tergoda untuk tiba-tiba menetapkan lebih batasan. Sebaliknya, lebih sedikit lebih baik dalam hal menetapkan aturan. Dilansir dari All Pro Dad, beberapa aturan yang diikuti dengan konsisten jauh lebih berharga daripada banyak aturan yang tidak pernah dipatuhi.

Ini berarti melatih kebijaksanaan orangtua tentang batasan mana yang lebih penting untuk ditanamkan di awal, dan batasan mana yang bisa menunggu, sampai aturan pertama tertanam dalam diri anak dengan kuat. Sehingga, ini tentang prioritas dan waktu.

9. Ajak anak untuk mendiskusikan batasan-batasan yang akan ditetapkan

Freepik/Tirachardz

Yup, tentu saja Mama adalah orangtua yang memiliki kewenangan untuk mengatur seisi rumah. Namun, anak-anak tetap memiliki hak suara dalam menetapkan batasan yang sehat.

Sehingga sangat disarankan untuk melibatkan anak dalam menetapkan batasan ini. Karena ketika anak merasa berperan dalam membangun pola hidup positif yang baru di rumah, ia lebih cenderung untuk mematuhinya.

Jangan takut untuk duduk dan berbicara dengan anak-anak. Mereka mungkin masih muda dan relatif tidak berpengalaman dari segi usianya, tetapi anak dapat mengangkat beberapa poin menarik dan menambahkan perspektif baru tentang bagaimana keadaan sebenarnya.

10. Hindari plin-plan dalam menetapkan batasan

Freepik/drobotdean

Aturan yang plin-plan dan suam-suam kuku tidak akan berlaku. Jika aturannya adalah mematikan televisi di jam delapan malam, namun orangtua membiarkan anak menyaksikan televisi sampai jam sepuluh karena akhir pekan, maka anak mungkin tidak akan menghormati batasan ini atau mematuhinya.

Konsistensi dan presisi adalah kunci untuk mendapatkan hasil yang lebih baik. Spesifik dalam apa yang Mama harapkan. Tetapkan istilah atau frasa yang tidak diizinkan, atau tindakan yang tidak dapat ditoleransi. Definisi yang jelas membawa hasil yang baik.

Juga, biarkan anak spesifik dalam apa yang ia harapkan atau antisipasi. Biarkan anak membantu dengan menulis definisi tentang seperti apa batasan yang baik dalam keluarga. Anak tidak boleh ragu tentang perilaku apa yang dapat ditoleransi dan apa yang tidak.

Nah itulah beberapa cara membuat batasan yang sehat pada anak. Meskipun awalnya sulit atau bahkan ada pemberontakan dari anak, ingatlah bahwa batasan yang sehat mengajarkan anak di dalam hidup kita tidak boleh bersikap sembarangan atau semena-mena.

Menetapkan batasan yang sehat di rumah juga mengajarkan anak untuk mematuhi aturan-aturan yang diciptakan di tempat lain, misalnya sekolah atau taman bermain.

Baca juga:

The Latest