TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA

3 Cara Mencegah Penularan Demam Berdarah pada Balita

Musim hujan meningkatkan penularan demam berdarah dengue

Freepik/Jcomp

Tanpa disadari saat ini musim penghujan telah berlangsung selama beberapa bulan lamanya. Tak jarang, beberapa wilayah di Indonesia mengalami bencana banjir, yang seringkali terjadi ketika musim hujan berada pada curah yang tinggi.

Selain banjir, musim hujan juga menjadi salah satu faktor yang membuat angka penularan penyakit Demam Berdarah Dengue atau DBD menjadi tinggi. Penularan penyakit DBD ini sendiri, berasal dari gigitan nyamuk pembawa virus, yakni nyamuk aedes aegypti.

Nyamuk yang banyak ditemukan di wilayah dengan iklim tropis dan juga sub-tropis ini adalah salah satu sumber utama yang menjadi pemicu terjadinya wabah penyakit demam berdarah dengue, yang banyak terjadi di berbagai wilayah Indonesia.

Untuk mencegah si Kecil dari penyakit demam berdarah dengue, kali ini Popmama.com akan membahas apa saja pencegahan yang perlu dilakukan untuk mengurangi penularan Demam Berdarah pada balita, berdasarkan informasi dari dr. Irma Lidia tim kesehatan dari Jovee.

Yuk simak informasinya di bawah ini!

Apa Penyebabkan Anak Terkena Demam Berdarah Dengue?

Freepik/Kwangmoop Dok. Jovee

Secara umum, demam berdarah dengue atau DBD adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue yang dibawa oleh nyamuk aedes aegypti dan aedes albopictus. Dengan gigitan dari salah satu nyamuk tersebut, virus akan masuk dan menginfeksi manusia alias inangnya.

Terjadinya demam berdarah dapat dipicu beberapa faktor tertentu, seperti diidentifikasi dari orang yang pernah terkena infeksi dari virus dengue. Kemudian, tinggal di daerah dengan iklim tropis ataupun sub-tropis jadi faktor lain penyebaran infeksi demam berdarah.

Hal tersebut ditambah dengan faktor sistem kekebalan tubuh atau imun yang rendah, yang umumnya dialami lansia serta bayi dan anak-anak.

Apa Saja Gejala Demam Berdarah Dengue?

Freepik/Poringdown

Umumnya, penularan DBD berisiko pada anak yang terkena gigitan dari nyamuk aedes aegypti atau aedes albopictus. Ketika nyamuk menggigit, virus kemudian akan menginfeksi masuk ke dalam tubuh manusia.

Pada saat virus berhasil masuk, tubuh akan mengalami proses inkubasi selama kurang lebih 4-7 hari, sampai akhirnya beberapa gejala muncul setelahnya. Adapun gejala-gejala yang di alami balita, di antaranya:

  • Suhu tubuh yang tinggi hingga mencapai 40 derajat Celcius, yang diikuti demam.
  • Penderita akan merasakan pusing akibat sakit kepala.
  • Gejala mual dan juga muntah yang terjadi berulang kali.
  • Munculnya ruam merah yang terdapat pada jaringan struktur kulit.
  • Balita merasakan nyeri atau kram pada sendi, otot, dan juga tulang. Gejala tersebut terkadang diikuti nyeri yang dirasakan pada bagian belakang mata.
  • Anak mudah merasakan keletihan dan juga kelelahan.

Gejala DBD umumnya akan membaik dengan penanganan dari dokter setelah 10 hari terinfeksi. Namun, terdapat beberapa kasus DBD yang menyebabkan implikasi yang serius pada tubuh, seperti terjadinya penurunan kadar trombosit. Hal tersebut memicu risiko pendarahan serta dengue shock syndrome yang dialami oleh balita.

Upaya untuk Mencegah Penularan Demam Berdarah Dengue

Setelah mengetahui penyebab dan gejala DBD pada balita, penting untuk mencegah penularan DBD yang berbahaya bagi kesehatan tubuh, ada beberapa upaya yang dapat Mama lakukan untuk mencegahnya, beberapa diantaranya adalah:

1. Memakai obat nyamuk

Freepik/Zilvergolf

Pencegahan gigitan nyamuk dapat dihindari dengan menggunakan obat nyamuk oles ataupun semprot. Gunakan obat nyamuk dengan bahan yang aman untuk melindungi tubuh dari gigitan nyamuk penyebab demam berdarah dengue.

Gunakan obat nyamuk ketika berada di dalam rumah, ataupun saat beraktifitas di luar ruangan. Bahan alami seperti essential oil dengan beragam aroma juga dapat mencegah gigitan nyamuk aedes aegypti. Pilihlah obat nyamuk khusus untuk kulit anak yang cenderung masih sensitif.

2. Menghidupkan kipas angin atau AC

Freepik/Goffkein

Riset menunjukkan bahwa udara kencang yang dihasilkan dari kipas angin maupun AC diyakini dapat mengusir nyamuk yang terbang di area sekitar tubuh.

Penggunaan AC atau kipas angin juga mengaburkan aroma dari tubuh yang sebelumnya mudah dikenali oleh nyamuk yang mau menggigit daerah tubuh. Baik menghidupkan AC atau kipas angin, diyakini dapat membantu dalam menghindari penularan DBD secara efektif.

3. Melakukan aksi pencegahan 3M Plus

Kemkes.go.id

Dengan iklim negara Indonesia yang tropis, penyebaran DBD pun tergolong begitu tinggi. Kemenkes menghimbau masyarakat untuk melakukan tindakan pencegahan dengan lewat 3M Plus. Aksi 3M ini merupakan singkatan dari aktivitas:

Menguras tempat penampungan air, seperti bak mandi, toren air, dan kendi. Kegiatan ini perlu dilakukan secara rutin untuk memutus siklus hidup nyamuk. Dengan rajin membersihkan tempat penampungan air, telur nyamuk yang mungkin menempel di dinding tempat penampungan air tersebut dapat disingkirkan.

Menutup rapat tempat penampungan air. Dengan cara ini, tempat penampungan air yang punya potensi jadi sarang nyamuk dapat dihindarkan.

Memanfaatkan kembali limbah barang-barang bekas yang tidak terpakai. Selain meminimalisir adanya barang bekas yang bisa jadi sarang perkembangbiakan nyamuk, kita juga bisa memperoleh manfaat ekonomi dari barang tersebut.

Selain itu, ada lagi langkah “Plus” yang dapat Mama lakukan untuk melengkapi strategi 3M di atas. Di antara bentuk pencegahan 3M adalah:

  • Memelihara ikan pemakan jentik di tempat penampungan air
  • Menggunakan kawat kasa di jendela dan ventilasi udara
  • Gotong royong dalam membersihkan lingkungan
  • Taruh pakaian sehabis pakai di tempat tertutup
  • Menaburkan larvasida ke dalam tempat penampungan air
  • Memperbaiki talang air yang macet
  • Merawat tanaman pengusir nyamuk seperti lavender dan geranium

Nah di atas merupakan seputar penularan Demam Berdarah pada balita dan upaya pencegahannya. Mama perlu menerapkan upaya pencegahan DBD ini, agar anak mama serta anggota keluarga lainnya dapat terhindar dari penyakit yang berbahaya ini.

Baca juga:

The Latest