TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA

Jangan Panik, Yuk Ketahui Beragam Warna Keputihan pada Miss V

Warna cairan dapat menjadi tanda keputihan normal atau tidak normal

Unsplash/Ryan Moreno

Hampir tiap perempuan nampaknya pernah menemukan cairan keputihan pada vagina. Keputihan merupakan cairan yang bercampur dengan sel dan keluar melalui vagina. Hal ini adalah sesuatu yang wajar, akan tetapi produksi keputihan pada masing-masing perempuan cenderung berbeda.

Perbedaan jenis dan warna keputihan dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti yang berikut ini:

  • hormon,
  • siklus menstruasi,
  • kehamilan.

Namun, banyak terjadi faktor infeksi dari bakteri atau jamur juga memengaruhi keputihan. 

Keputihan dapat ditemui dalam berbagai warna cairan. Namun, cairan keputihan umumnya bening atau berwarna putih. Jika kamu pernah mengalami beberapa warna cairan keputihan selain itu. Kamu mungkin sedikit khawatir bahkan bertanya-tanya.

Apakah perubahan warna keputihan termasuk sesuatu yang normal? 

Untuk menjawab pertanyaan ini, sebaiknya kamu mengenali beberapa jenis warna keputihan sehingga dapat mengetahui mana keputihan yang normal dan tidak normal.

Berikut Popmama.com berikan panduan warna keputihan yang perlu kamu kenali. Dilansir dari beragam sumber: 

1. Warna merah cenderung cokelat

Pexels/Sydney Troxell

Ketika menemui cairan berwarna merah cenderung cokelat, itu tandanya kamu sedang dalam masa menstruasi. Hal ini merupakan normal dan tidak ada yang perlu ditakuti. Cairan cokelat ini ditemui dalam bentuk bercak atau biasa disebut dengan flek. Baik sebelum atau sesudah masa menstruasi. 

Perubahan warna keputihan ini disebabkan oleh darah yang teroksidasi dalam tubuh. Ketika darah membutuhkan waktu ekstra untuk keluar dari rahim, darah berubah warna menjadi cokelat. Selain itu, estrogen juga berperan dalam perubahan warna keputihan.

Pada dasarnya, estrogen dapat membantu menstabilkan lapisan endometrium (uterus). Jika sirkulasi estrogen dalam tubuh cenderung sedikit, lapisan endometrium tersebut dapat terurai di berbagai titik sepanjang siklus sehingga terjadi bercak coklat. 

Keputihan dengan warna cokelat juga dapat dipengaruhi oleh beberapa tanda yang mudah kamu ketahui, seperti adanya perubahan hormon, siklus menstruasi yang tidak teratur, atau pengaruh penggunaan alat kontrasepsi.

Namun, kamu perlu waspada jika bercak cokelat ini terjadi dalam jangka waktu yang lama karena bisa saja merupakan gejala penyakit serius. Sebaiknya, segera hubungi dokter dan lakukan pemeriksaan medis. 

2. Warna cream atau putih seperti susu

Pexels/Pixabay

Warna cream atau putih seperti susu merupakan cairan keputihan yang normal. Jika keputihan ini disertai dengan tekstur atau aroma tertentu, kamu juga tidak perlu terlalu khawatir karena wajar dialami oleh perempuan.

Keputihan dengan warna cream atau putih merupakan pelumasan alami yang dapat menjaga jaringan vagina tetap sehat serta meminimalisir gesekan saat berhubungan seks.

Sebelum dan setelah siklus menstruasi biasanya keputihan ini akan meningkat produksinya sehingga kamu mungkin menemukan lebih banyak cairan dari vagina. 

Tak hanya selama periode menstruasi, keputihan juga dapat terjadi saat kamu berhubungan seks jika aktivitas seksual dilakukan dengan kasar sehingga jaringan vagina cedera dan mengeluarkan cairan. Namun, keputihan ini dapat menjadi tidak normal atau gejala terjadinya infeksi jamur jika disertai rasa gatal dan terbakar. Jadi, tetap waspada, ya!

3. Warna kuning pucat atau kehijauan

Pexels/Skitter Photo

Kamu bisa saja mengalami keputihan dengan warna cenderung kuning atau bahkan kehijauan. Hal ini lumayan sering terjadi pada wanita pasca-menopause yang kadar estrogennya turun.

Penyebabnya, yaitu vagina yang mengalami atrofi karena kulit atau dinding vagina menipis sehingga menjadi merah atau meradang dan mengeluarkan cairan ini. 

Warna kuning atau hijau pada vagina perlu diwaspadai karena merupakan gejala terjadinya infeksi vagina hingga penyakit reproduksi yang cukup mengkhawatirkan. Namun, jika mengalami keputihan saat kebersihan sudah terjaga.

Bisa jadi, keputihan disebabkan oleh pengaruh makanan yang kamu konsumsi.

Perhatikan asupan yang masuk ke dalam tubuh. Kamu juga perlu memeriksa kembali kandungan suplemen atau vitamin. 

Keluarnya cairan vagina dengan warna kuning atau kehijauan yang disertai busa dan gejala tidak nyaman dapat dindikasikan sebagai penyakit menular seksual, gonore.

Ketika kamu mengalami keputihan ini sebaiknya segera melakukan pemeriksaan secara lebih lanjut dengan tenaga medis sehingga dapat meminimalisir risiko penyebaran infeksi yang lebih luas pada area reproduksi. 

4. Warna merah muda atau pink

Pexels/Jill Wellington

Cairan keputihan berwarna merah muda atau pink biasanya merupakan tanda awal menstruasi. Dengan kata lain, cairan keputihan ini mengandung sedikit darah saat keluar dari vagina. Namun, perlu diwaspadai juga sebagai gejala suatu penyakit yang serius. 

Ada beberapa penyebab keputihan berwarna pink ini, seperti vagina yang mengalami infeksi bakteri atau masalah hormonal.

Warna merah muda ini juga bisa disebabkan karena pendarahan setelah berhubungan seksual. Tidak hanya menjadi tanda awal menstruasi, keputihan warna pink juga dapat dialami oleh perempuan hamil. 

Terdapat dua kemungkinan yang perlu diwaspadai jika mengalami keputihan jenis ini saat masa hamil, yaitu kehamilan etopik kehamilan yang berkembang di luar rahim.

Bisa juga sebagai tanda keguguran, jika keputihan merah muda terjadi pada usia janin belum genap 10 minggu. Namun, gejala ini biasanya juga ditandai dengan beberapa hal lain, seperti munculnya kram atau nyeri pada perut bagian bawah dan keluarnya cairan memggumpal dari vagina. 

5. Warna bening atau jernih seperti putih telur

Deviantart.com

Cairan berwarna bening atau jernih merupakan jenis keputihan yang normal. Hal ini wajar dialami karena cairan berfungsi sebagai cairan pembersih sehingga kelembapan dan kesehatan pada vagina terjaga. Ada beberapa hal yang menyebabkan keputihan ini. 

Salah satunya, yaitu munculnya gairah seksual. Pembuluh darah di vagina akan melebar dan dilewati cairan sehingga keputihan yang jernih dan berair meningkat produksinya. Selain itu, keputihan seperti putih telur ini juga disebabkan oleh kehamilan.

Perubahan dan peningkatkan hormon pada masa kehamilan dapat memproduksi cairan keputihan lebih banyak dari biasanya. 

Jika keputihan jernih ini disertai keluarnya air yang cukup banyak pada awal kehamilan, bisa menjadi tanda bahwa air ketuban telah pecah dan persalinan akan segera tiba. Namun, jika keputihan yang disertai air pada sebelum masa persalinan.

Dapat diindikasikan sebagai persalinan prematur. Jadi, amati dan segera mencari pertolongan medis sehingga dapat ditangani. 

6. Warna abu-abu yang harus diwaspadai

Pexels/Pixabay

Apabila kamu menemukan cairan keputihan dengan warna abu-abu, sebaiknya segera lakukan pengecekan tim medis untuk mendapatkan perawatan. Cairan ini merupakan tanda keputihan tidak normal dan perlu diwaspadai.

Hal ini karena warna abu-abu dari vagina dapat ditandai sebagai infeksi bacterial vaginosis (BV).

Infeksi BV biasanya disertai dengan rasa gatal, bau tidak sedap, hingga kemerahan di sekitar vulva atau lubang vagina. Perawatan medis dilakukan dengan salep antibakteri atau antibiotik oral yang diresepkan oleh dokter untuk mengatasi infeksi tersebut. 

Jika keputihan ini tidak mendapatkan penanganan yang tepat, dapat memicu terjadinya infeksi menular seksual, seperti trikomoniasis, klamidia, atau gonore.

Selain itu, keputihan berwarna abu-abu juga bisa menyebabkan kanker vagina. Maka, kamu perlu waspada saat mengalami keputihan dengan warna yang tidak biasa ini. 

7. Perawatan vagina untuk meminimalisir keputihan tidak normal

Freepik

Sebelum mengalami keputihan tidak normal, ada baiknya untuk melakukan pencegahan. Menjaga kebersihan vagina merupakan solusinya.

Dengan cara mencuci vagina dengan air bersih secara lembut.

Hindari penggunaan sabun atau cairan pembersih karena dapat membunuh bakteri baik dalam vagina, selalu bersihkan dari depan ke belakang untuk mencegah bakteri masuk ke dalam vagina dan menyebabkan infeksi. 

Selain itu, kamu sebaiknya tidak mengenakan celana terlalu ketat karena dapat meningkatkan kelembapan yang memicu pertumbuhan bakteri penyebab infeksi pada vagina.

Pastikan Mama sudah menerapkan pola hidup sehat, seperti menjaga asupan makanan, memerhatikan jam tidur dan cairan pada tubuh, serta lakukan olahraga teratur. 

Baca juga:

The Latest