Perlukah Treatment Non-Bedah untuk Remaja? Simak Faktanya!

Tren treatment kecantikan non-bedah seperti laser hair removal, whitening gigi, chemical peel, botox, hingga filler wajah dan bibir semakin populer, tak hanya di kalangan orang dewasa, tapi juga remaja.
Dorongan media sosial dan keinginan untuk tampil sempurna bak para idolanya membuat banyak remaja tertarik mencoba perawatan ini. Namun, sebenarnya perlukan remaja melakukan treatment kecantikan non-bedah?
Sebelum memberikan izin pada anak remaja mama, simak informasi selengkapnya dalam rangkuman yang sudah Popmama.com siapkan berikut ini.
1. Survei membuktikan orangtua berikan dukungan pada anaknya

Mengutip dari situs HealthDay, survei dari University of Michigan Health C.S. Mott Children's Hospital National Poll on Children's Health menunjukkan bahwa sekitar 16% orangtua mendukung remaja mereka menjalani treatment kecantikan non-bedah, asalkan ada persetujuan dari mereka.
Namun, setengah dari orangtua lainnya menegaskan bahwa harus ada alasan yang valid untuk mendukung keputusan ini. Sebanyak 40% dari orangtua menyetujui anaknya untuk treatment kecantikan non-bedah untuk alasan kesehatan mental, sementara separuhnya lagi tidak setuju jika alasan utamanya adalah bullying terkait penampilan.
Namun, tak sedikit orangtua lainnya juga mendukung anaknya untuk melakukan treatment, seperti laser hair removal atau whitening gigi jika tujuannya untuk tampil lebih menarik di acara spesial.
2. Usia berapa remaja boleh melakukan treatment kecantikan non-bedah?

Menurut para ahli, tidak ada batasan usia yang pasti untuk treatment kecantikan non-bedah, tapi mayoritas orangtua dan profesional medis menyarankan agar remaja menunggu hingga usia 18 tahun atau lebih.
Masih dari survei yang sama, lebih dari 50% orangtua setuju bahwa remaja sebaiknya berusia minimal 18 tahun sebelum menjalani perawatan kecantikan non-bedah.
Sementara itu, 27% lainnya menganggap 16-17 tahun sudah cukup untuk bisa melakukannya. Bahkan, 17% orangtua merasa usia 15 tahun atau lebih muda masih bisa diterima.
Meski sebagian besar orangtua memberikan dukungan pada anak remajanya untuk melakukan treatment kecantikan non-bedah, tapi tidak sedikit pula yang menentang perawatan ini dalam kondisi apa pun.
3. Media sosial berpengaruh besar bagi remaja
-zBfmKrQz81P3KAty9LbJcKIAlAt3Yr8Y.jpg)
Semakin canggihnya teknologi dan maraknya penggunaan media sosial, Dr. Woolford dalam survei tersebut menegaskan bahwa hal inilah yang berpengaruh besar pada persepsi remaja tentang penampilan mereka.
Alhasil, tak sedikit remaja memilih untuk melakukan treatment kecantikan non-bedah demi mengubah penampilan mereka menjadi lebih menawan.
"Remaja rentan merasa tidak percaya diri saat membandingkan diri mereka dengan gambar-gambar yang sudah diubah secara digital, yang seringkali tidak realistis," kata Dr. Woolford, seperti dikutip dari situs HealthDay.
4. Risiko treatment kecantikan non-bedah bagi remaja

Meskipun sebenarnya boleh saja para remaja melakukan treatment kecantikan non-bedah sebagaimana yang dilakukan orang dewasa, tapi orangtua juga perlu memberikan pemahaman pada anak terkait risiko yang mungkin ditimbulkan.
Treatment kecantikan non-bedah memang dianggap lebih aman daripada operasi, tapi bukan berarti tanpa risiko ya, Ma. Dr. Woolford menambahkan bahwa prosedur ini dapat menyebabkan efek samping seperti luka bakar, jaringan parut, infeksi, atau reaksi alergi.
Oleh karena itu, penting bagi orangtua dan remaja untuk melakukan riset mendalam, termasuk berkonsultasi dengan dokter yang memeriksa kondisi anak dan memastikan kredibilitas klinik kecantikan yang dipilih.
Prioritaskan juga kesehatan dan keselamatan, serta diskusikan pada anak remaja mama bahwa ini adalah pilihan yang tepat untuk mereka lakukan.
Ingatkan juga pada anak bahwa kecantikan sejati berasal dari kepercayaan diri dan penerimaan diri, bukan sekadar penampilan fisik belaka, Ma.



















