Adanya fenomena kekerasan pada anak tidak terlepas dari tingkat stres, persoalan ekonomi, hingga kematangan kepribadian orangtua.
1. Rutinitas yang Semua Beralih ke Rumah
Sebagai contoh, perpanjangan PPKM pastinya memiliki sejumlah efek buruk bagi kesehatan mental. Mama mungkin mengira kalau semakin bertemu dengan anggota keluarga lainnya, maka hubungan akan terjalin semakin kuat. Namun hal sebaliknya bisa pula terjadi.
Karena semua aktivitas dipindahkan ke rumah, capek yang muncul pun lantas juga 'menumpuk' di rumah. Hendak keluar supaya pikiran lebih segar, tidak bisa dilakukan karena masih PPKM. Alhasil, rasa bosan, jenuh, dan penat memuncak yang mengakibatkan tersulutnya konflik dalam rumah. Tidak menutup kemungkinan anak-anak menjadi sasaran amarah orangtua.
2. Masalah Ekonomi selama Pandemi
Ketika berbicara soal pandemi, maka masalah ekonomi tidak boleh diabaikan begitu saja. Hampir semua kalangan masyarakat mengalaminya selama virus Corona mewabah. Munculnya permasalahan tersebut semakin menambah tekanan yang harus diemban orangtua.
"Perubahan pada kondisi finansial keluarga akibat adanya Covid-19 (kesulitan mengakses kebutuhan pokok), diyakini akan semakin memperburuk tekanan psikologi pada keluarga yang dapat berdampak fatal bagi kondisi keluarga," kata Dr. Yulina Eva Riany, Dosen IPB University dari Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen (IKK), Fakultas Ekologi Manusia (Fema).
Sejumlah penelitian juga mendukung adanya hubungan perekonomian dengan kekerasan oleh orangtua. Lebih tepatnya menyebutkan bahwa hampir semua tindak kekerasan pada anak berasal dari keluarga dengan kondisi sosial-ekonomi yang rendah.
3. Orangtua yang Minim Pengetahuan dalam Mengasuh Anak
Kedua faktor tersebut sebelumnya lantas diperparah oleh pengetahuan orangtua tentang pola pengasuhan anak. Orangtua yang hanya mengerti pola asuh anak berupa hukuman cenderung menunjukkan sikap kekerasan kepada anak-anaknya.
Hal ini seperti yang terjadi pada kasus pembunuhan yang dilakukan seorang ibu di Tangerang. Putrinya yang masih kelas 1 SD merasa tidak mampu mengikuti proses belajar-mengajar secara daring. Alhasil, ibu tersebut jengkel dan nekat menganiaya hingga nyawa anak kandungnya terenggut.
Dalam hal ini, sabar dan membekali diri dengan pengetahuan tentang pola asuh anak yang tepat sangat penting, Ma.