Depresi! Ketahui Gejala Gangguan Psikologis saat Isolasi Mandiri

Ada berbagai jenis gangguan psikologis yang dapat menyerang pasien Covid-19

6 Juli 2021

Depresi Ketahui Gejala Gangguan Psikologis saat Isolasi Mandiri
Pexels/mentatdgt

Selama pandemi Covid-19 berlangsung, setiap orang harus tetap menjaga mentalnya agar tetap sehat. Pasalnya, pandemi ini dapat memicu munculnya gangguan psikologis. 

Gangguan psikologis adalah kondisi yang memengaruhi pola pikir, perasaan, suasana hati, dan perilaku. Gangguan psikologis mengarah pada gangguan mental yaitu pola gejala perilaku atau psikologis yang memengaruhi berbagai aspek kehidupan dan munculnya tekanan bagi orang-orang yang mengalaminya.

Gangguan psikologis saat pandemi tidak hanya muncul saat sedang isolasi mandiri, namun juga setelah pasca isolasi.

Menurut data Ikatan Psikolog Klinis (IPK) Indonesia, sejak pandemi pada Maret hingga Agustus 2020 tercatat ada sekitar 14.619 kasus masalah psikologis.

Tidak menutup kemungkinan jika semakin lama Covid-19 ini terjadi, maka semakin banyak juga orang yang terkena gangguan psikologisnya. Ada banyak sekali faktor penyebab beserta gejala seperti apa.

Berikut Popmama.com telah merangkumnya untuk Mama. 
 

1. Faktor penyebab gangguan psikologis saat isolasi mandiri

1. Faktor penyebab gangguan psikologis saat isolasi mandiri
Pexels/Min An

Setelah dinyatakan positif Covid-19, masyarakat diperbolehkan untuk melakukan isolasi mandiri. Akan tetapi, harus tetap mengikuti protokol kesehatan selama di rumah. Pada saat isolasi, pasien Covid-19 harus memisahkan diri dari orang-orang disekitarnya.

Terpisahnya ini membuat pasien semakin tertekan karena jauh dari orang-orang sekitarnya dan ditambah pandemi seperti ini membuat banyak orang stres.

Sehingga ada kemungkinan gangguan psikologis yang menyerang pasien Covid-19 pada saat isolasi mandiri, faktor penyebabnya antara lain:

  • Faktor durasi isolasi: berpikir adanya dugaan pada pasien takut tertular kembali atau menularkan virus ke orang lain.
  • Faktor kejenuhan selama isolasi: selalu melihat beredarnya informasi hoaks yang berkembang, dan mendapat stigma dari masyarakat tentang positif Covid-19.

2. Faktor penyebab gangguan psikologis saat pasca isolasi mandiri

2. Faktor penyebab gangguan psikologis saat pasca isolasi mandiri
Pexels/Breakingpic

Gangguan psikologis tidak hanya terjadi selama isolasi mandiri di rumah, namun bisa berlanjut hingga pasca isolasi.

Muncul pemikiran, perasaan yang tidak diduga, sama halnya saat melakukan isolasi mandiri.

Faktor penyebabnya adalah sebagai berikut:

  • Faktor perasaan: adanya rasa takut terinfeksi Covid-19 kedua kalinya
  • Faktor ekonomi: terputus dari pekerjaan selama isolasi mandiri ataupun kembali menghadapi beban pekerjaan pasca isolasi.

Editors' Pick

3. Mengetahui gejala gangguan yang muncul

3. Mengetahui gejala gangguan muncul
Pexels/Anna Tarazevich

Rivo Mario Warouw Lintuuran dari Perhimpunan Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa Indonesia (PDSKJI) dalam video di YouTube berjudul "Rehabilitasi Mental Post Perawatan COVID-19 oleh PDSKJI" mengatakan gejala gangguan yang muncul pada saat isolasi di antaranya adalah cemas, insomnia, reaksi stres, depresi, psikosis, keinginan bunuh diri, kurang perawatan diri, mudah marah dan konsentrasi kurang. 

Sementara setelah isolasi mandiri gejalanya adalah cemas, depresi, psikosis, dan gejala stres pasca trauma. 
 

4. Cara mengidentifikasi gejala atau gangguan jiwa 

4. Cara mengidentifikasi gejala atau gangguan jiwa 
Pexels/Kat Jayne

Rivo juga menambahkan, untuk mengidentifikasi gejala yang muncul pada pasien Covid-19 bisa dilakukan dengan membaginya menjadi anxietas atau gejala gangguan stres, depresi, dan psikosis. 

Anxietas adalah gejala yang sering terjadi pada orang yang terinfeksi Covid-19. Gejalanya tidak hanya satu, di antaranya adalah: 

  1. Gejala fisik seperti berkeringat, nafas pendek, tekanan darah naik, mulut kering, diare, mual, nyeri perut atau dada, kepala terasa ringan, pusing, rasa tercekik, tegang otot, mati rasa dan sulit tidur. 
  2. Gejala psikologi seperti cemas, rasa takut berlebihan, mudah marah, mimpi buruk, sulit konsentrasi, sering diam, sering bergerak atau banyak bicara, takut hilang kendali, dan daya ingat kurang. 
  3. Gejala psikologi perilaku seperti kompulsif, menghindar, diam, sering bergerak, bicara berlebihan dan cepat. 
  4. Gejala depresi terbagi menjadi dua, yaitu depresi mayor seperti terlihat murung, hilang minat mudah lelah dan tidak bertenaga. Sementara, depresi minor seperti rasa pesimis, masalah tidur, ada ide bunuh diri, dan konsentrasi atau perhatian berkurang. 
  5. Gejala psikosis seperti halusinasi, waham, perilaku dan pembicaraan yang kacau dan tidak biasa.  

5. Penangan dokter mengenai gangguan psikologi pasien

5. Penangan dokter mengenai gangguan psikologi pasien
Pexels/Alex Green

Setelah dokter sudah menganalisa dan mengetahui jenis gangguan apa yang dialami oleh pasiennya, maka dokter akan bisa melakukan penanganan lebih lanjut.

Jika gejalanya ringan, maka dapat diberikan interpensi psikologis atau dengan melalui terapi. Sementara, untuk gejala sedang berat, dapat dipertimbangkan pemberian obat dan psikoterapi. 
 

Tips menjaga kesehatan mental tetap kuat

Tips menjaga kesehatan mental tetap kuat
Pexels/Andrea Piacquadio

Saat pandemi seperti ini, banyak sekali orang yang stres karena informasi-informasi yang beredar, keluarga yang dinyatakan positif Covid-19 atau bahkan yang sampai meninggal.

Hal-hal tersebut membuat banyak orang ketakutan dengan pandemi, tidak dapat dipungkiri bahwa pandemi ini memang bukan sesuatu yang biasa saja, tetapi harus serius dalam menghadapinya. 

Maka dari itu, bukan hanya kesehatan tubuh yang harus dijaga, tetapi harus tetap menjaga kesehatan mental agar tetap kuat selama melakukan isolasi mandiri. Berikut adalah tips agar kesehatan mental tetap kuat selama isolasi mandiri. 

  1. Hindari stres kemudian fokus dengan memikirkan hal yang positif atau membuat bahagia. Hal itu bisa dilakukan dengan mengerjakan hal-hal yang disukai selama masa isolasi ataupun pasca isolasi. 
  2. Butuhnya dukungan dari orang-orang sekitar, atau kerabat terdekat agar bisa tetap semangat ketika masa isolasi mandiri. 

Wah, menarik banget ya Ma pembahasannya. Buat Mama yang sedang mengalami Covid-19, semoga cepat diberi kesehatan ya! Jangan lupa untuk selalu tetap berpikir positif agar bahagia selalu. 

Baca juga:

The Latest