Kenali Faktor Risiko Timbulnya Kanker Kelenjar Getah Bening
Limfoma Hodgkin lebih sering diderita usia produktif yakni 15-30 tahun
16 Februari 2022
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Kanker sistem kelenjar getah bening bisa juga disebut dengan Limfoma Hodgkin. Sistem kelenjar getah bening sendiri merupakan kumpulan jaringan dan organ yang membantu tubuh menyerang infeksi dan penyakit.
Jangan khawatir, Ma, Limfoma Hodgkin ini menjadi salah satu jenis kanker yang harapan sembuhnya tinggi. Dibalik itu semua, tentunya membutuhkan perawatan atau pengobatan inovatif dengan akses yang mudah agar tercapai hasil yang optimal.
Dalam acara memperingati Hari Kanker Sedunia 2022 pada Selasa (15/2) yang mengangkat tema Dari Tantangan Menuju Harapan, dr. Johan Kurnianda, SpPD-KHOM selaku spesialis penyakit dalam mengungkapkan bahwa di Indonesia sendiri terdapat 1.200 pasien baru yang terdiagnosis Limfoma Hodgkin pada tahun 2020.
"Dan sebagian besar penderita yang terdiagnosis Limfoma Hodgkin ini adalah di usia-usia produktif yaitu puncaknya pada mereka yang berusia antara 15-30 tahun," ungkap dr. Johan Kurnianda.
Lantas faktor apa saja yang menjadi risiko timbulnya penyakit ini? Berikut Popmama.com bagikan beberapa faktor risiko timbulnya kanker kelenjar getah bening.
Yuk simak informasi berikut, Ma!
1. Terdapat virus Epstein-Barr
Faktor pertama adalah adanya infeksi virus Epstein-Barr. Hal tersebut dinyatakan dalam riset bahwa 40% pasien Limfoma Hodgkin memiliki riwayat terinfeksi virus Epstein-Barr.
Virus ini dikenal sebagai penyebab infeksi mononukleosis dan sangat umum menyerang manusia karena ditularkan melalui air liur.
Editors' Pick
2. Penurunan sistem imun pada tubuh
Selanjutnya ada faktor dari penurunan sistem imun pada tubuh. Seseorang dengan penyakit auto-imun atau yang mengonsumsi obat penekan sistem imun dikatakan lebih berisiko terkena Limfoma Hodgkin atau kanker sistem kelenjar getah bening.
Auto-imun sendiri merupakan kondisi ketika sistem kekebalan yang ada dalam tubuh, menyerang tubuhnya sendiri. Seseorang yang menderita auto-imun justru tak bisa mempertahankan kekebalan yang ada pada tubuhnya, sehingga menyebabkan penurunan sistem imun.