Baca artikel Popmama lainnya di IDN App
For
You

6 Fakta Jual Data Biometrik Retina Mata ke WorldID Demi Uang

mata manusia cokelat
Pexels/Ahmad Ramlee
Intinya sih...
  • Data biometrik retina mata dijual demi uang, viral di Bekasi dan Depok
  • Proses pemindaian retina dilakukan di 29 lokasi di Indonesia
  • WorldID bekerja sama dengan operator lokal untuk operasionalnya
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Data biometrik retina mata adalah informasi unik yang diambil dari pola pembuluh darah di bagian belakang mata, yang disebut retina. Karena pola ini berbeda pada setiap orang dan cenderung stabil seumur hidup, retina dianggap sebagai salah satu identitas biometrik paling akurat.

Dengan teknologi pemindaian inframerah, pola ini bisa "dibaca" dan disimpan sebagai data untuk memverifikasi identitas, misalnya saat membuka pintu, mengakses akun penting, atau sistem keamanan canggih lainnya.

Belakangan viral mengenai praktik jual-beli data biometrik retina mata di Bekasi setelah seorang warga mengaku menjual data retina matanya. Bukan tanpa sebab karena ada imbalan uang tunai sebesar Rp200 ribuan.

Bagaimana kronologinya? Berikut Popmama.com rangkum fakta jual data biometrik retina mata ke WorldID demi uang.

1. Tidak hanya di Bekasi, ada di wilayah lain

mata manusia cokelat
Pexels/Jeffrey Riley

Belakangan ini, isu penjualan data biometrik retina mata sempat viral, terutama setelah diketahui adanya praktik pemindaian retina di sebuah ruko di Bekasi. Mengutip dari situs resmi worldcoin.org, proses scan retina ini sebenarnya sudah dilakukan di 29 lokasi yang tersebar di seluruh Indonesia.

Sebagai informasi, WorldID merupakan bagian dari proyek World App, yang juga termasuk dalam inisiatif besar Worldcoin yang digagas oleh Sam Altman, pendiri ChatGPT.

World App ini menjadi gerbang awal bagi pengguna untuk mengakses layanan Worldcoin, sementara WorldID menjadi inti utamanya. Untuk mendapatkan WorldID, pengguna harus menjalani pemindaian retina menggunakan alat khusus bernama The Orb.

Tujuan proyek ini adalah menciptakan semacam paspor digital global yang memungkinkan akses ke berbagai layanan, sekaligus membangun sistem verifikasi manusia secara internasional.

Dengan begitu, identitas manusia asli bisa dibedakan dari bot atau akun palsu, sebuah langkah yang diyakini sebagai respons terhadap maraknya penyalahgunaan identitas di era kecanggihan AI saat ini.

2. Pendaftaran mudah dan tidak perlu KTP

mata manusia cokelat
Pexels/João Jesus

Mendaftar untuk menyerahkan data biometrik retina mata ini ternyata sangat mudah. Tidak perlu aplikasi khusus, karena proses pendaftarannya cukup melalui aplikasi World App saja.

Menariknya, pendaftaran ini juga tidak mensyaratkan identitas resmi seperti KTP. Pengguna hanya perlu mengisi nama, tanggal lahir, dan beberapa data pribadi lainnya.

Mengutip dari Bloomberg, pihak Worldcoin sempat menegaskan bahwa proses ini aman. Mereka mengklaim tidak menyimpan foto atau data pribadi pengguna secara langsung.

Data retina yang dipindai akan diubah menjadi kode terenkripsi yang bersifat permanen. Sam Altman, sosok di balik proyek ini, juga menyatakan bahwa kontrol penuh atas data tersebut tetap ada di tangan pengguna.

Namun, praktik ini tetap menuai protes di masyarakat. Pasalnya, isu privasi data biometrik jadi sorotan, apalagi retina mata dikenal sebagai identitas yang paling sulit dipalsukan. Bahkan tingkat keamanannya disebut lebih tinggi dibandingkan sidik jari atau kata sandi biasa.

3. The Orb jadi perangkat pemindai matanya

mata manusia cokelat
Pexels/lil artsy

Soal jual data biometrik retina mata ke WorldID ini di Bekasi terutama, warga rela antre untuk mendaftarkan diri. Warga yang ingin menjual datanya pemindaian retina melalui perangkat bernama The Orb.

Setelah mendaftar dan berhasil, pendaftar akan menerima WorldID dan sejumlah Worldcoin (WLD) bernilai sekitar Rp16.500 per koin. Ada yang datanya dijual seharga Rp265.000. Bahkan ada yang menyebut bisa mendapatkan uang hingga Rp800.000.

4. WorldID dibekukan pemerintah sementara

mata manusia cokelat
Pexels/Sarah Trummer

Dilansir dari laman Bloomberg, pada tahun 2023 lalu, Inggris dan Jerman melakukan penyelidikan terhadap praktik ini. Sebab legalitas dari praktik ini perlu dipertanyakan.

Hal serupa juga berlangsung di Portugal, Prancis, Kenya, dan beberapa negara lainnya telah melarang Worldcoin beroperasi di negara tersebut. Bahkan Otoritas Perlindungan Data Spanyol menindak tegas dan membekukan data yang telah dikumpulkan.

Sejumlah kritikus menuturkan proyek ini layaknya praktik eksploitasi terhadap negara-negara berkembang. Di mana orang-orang mudah memberikan identitas digitalnya untuk meraup sejumlah uang tanpa memikirkan dampaknya. Apalagi terdapat potensi penyalahgunaan seperti jual beli identitas di pasar gelap virtual.

Di Indonesia sendiri, melalui Kementerian Komunikasi dan Digital (Kemkomdigi) telah membekukan sementara tanda daftar penyelenggara sistem elektronik Worldcoin dan WorldID akibat laporan aktivitas mencurigakan.

"Pembekuan ini merupakan langkah preventif untuk mencegah potensi risiko terhadap masyarakat," ujar Direktur Jenderal Pengawasan Ruang Digital Kemkomdigi, Alexander Sabar.

5. WorldID berkolaborasi dengan operator lokal

mata manusia cokelat biru
Pexels/Anna Shvets

Wolrdcoin dan WorldID beroperasi tidak sendirian. Ada dua operator lokal yang menjadi afiliasi beroperasinya jual data biometrik retina mata ke WorldID di Indonesia.

Dua perusahaan yakni PT. Terang Bulan Abadi dan PT. Sandina Abadi Nusantara disebut oleh Kemkomdigi. Dua perusahaan tersebut akan dipanggil ke Kemkomdigi untuk dimintai klarifikasi, dikutip dari laman resmi Kemkomdigi, Minggu (4/5/2025).

6. Tujuan utama dari data biometrik mata

mata manusia cokelat asia
Pexels/Min An

WorldID dirancang untuk memastikan setiap orang hanya punya satu identitas digital, sehingga bisa membedakan manusia asli dari bot atau AI. Jika merujuk ke klaim mereka, sistem ini membantu mencegah penyalahgunaan seperti akun palsu atau voting spam di ruang digital.

Selain itu, WorldID mendukung visi jangka panjang Worldcoin untuk membangun program penghasilan dasar universal (universal basic income), di mana setiap orang hanya bisa menerima satu bagian bantuan tanpa klaim ganda.

Tak hanya itu, WorldID bisa digunakan untuk login ke berbagai layanan digital tanpa perlu email atau password, cukup dengan verifikasi kode iris yang diklaim lebih aman.

Sebagai bonus, pengguna yang memindai irisnya akan mendapatkan token kripto WLD yang bisa diklaim secara rutin di beberapa negara, sebagai bentuk insentif atas partisipasi dalam ekosistem Worldcoin.

Itulah tadi fakta jual data biometrik retina mata ke WorldID demi uang. Semoga membantu dan tetap hati-hati ya!

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Denisa Permataningtias
EditorDenisa Permataningtias
Follow Us

Latest in Life

See More

Apakah Orang Dewasa Bisa Alami Tantrum? Simak Penjelasannya!

17 Des 2025, 21:37 WIBLife