“Kadang orang merasa hanya lelah, cemas, atau kurang tidur. Padahal bisa jadi irama jantungnya sudah tidak normal,” jelas dr. Dicky Armein Hanafy, Sp.JP(K), FIHA, FAsCC, Ketua Task Force Pulse Day APHRS, dalam kampanye edukatif MEraba NAdi SendiRI (MENARI) yang digelar di RS Jantung dan Pembuluh Darah Harapan Kita, Jakarta, pada (6/11/2025).
Mengenal Irama Jantung dengan Deteksi Aritmia Sejak Dini

- Aritmia adalah gangguan irama jantung yang bisa berakibat fatal, termasuk stroke dan gagal jantung.
- MENARI mengajak masyarakat untuk melakukan deteksi sederhana lewat denyut nadi sendiri selama satu menit.
- Pencegahan Aritmia melalui gaya hidup sehat, deteksi dini, dan pelatihan CPR dapat menyelamatkan nyawa.
Pernah merasa jantung tiba-tiba berdebar tanpa sebab, Ma? Jangan diabaikan, ya. Kondisi ini bisa jadi tanda Aritmia, yaitu gangguan irama jantung yang membuat detak jantung berdetak terlalu cepat, terlalu lambat, atau bahkan tidak teratur.
Meski terlihat ringan, Aritmia bisa menyebabkan komplikasi berbahaya seperti stroke, gagal jantung, bahkan kematian jantung mendadak.
Menurut data Asia Pacific Heart Rhythm Society (APHRS), satu dari tiga orang di dunia berisiko mengalami Aritmia sepanjang hidupnya. Sayangnya, banyak orang tidak menyadari bahwa mereka memiliki gangguan ini.
Untuk mengetahui lebih lanjut, Popmama.com akan mengajak Mama untuk kenali irama jantungmu dengan deteksi Aritmia sejak dini. Yuk, simak pembahasan dibawah ini!
Kenali Aritmia dan Gejalanya

Apakah Mama pernah mendengar kata "Aritmia"? Aritmia adalah kondisi ketika sinyal listrik yang mengatur detak jantung tidak bekerja sebagaimana mestinya.
Akibatnya, detak jantung bisa terlalu cepat (takikardia), terlalu lambat (bradikardia), atau tidak beraturan. Salah satu jenis Aritmia yang paling sering ditemukan adalah Atrial Fibrillation (AF), penyebab utama stroke dan gagal jantung.
“AF sering tidak disadari karena gejalanya ringan seperti jantung berdebar, pusing, cepat lelah, atau sesak. Tapi jika diabaikan, risikonya bisa fatal,” kata dr. Dicky.
Gangguan irama jantung ini tidak hanya menyerang orang tua. Faktor gaya hidup, stres, dan kondisi medis seperti tekanan darah tinggi atau diabetes juga dapat memicu Aritmia pada usia muda.
Karena itu, penting bagi Mama untuk memperhatikan setiap perubahan kecil pada detak jantung, terutama jika terasa tidak stabil atau muncul rasa tidak nyaman di dada.
MENARI: Deteksi Sederhana Lewat Denyut Nadi Sendiri

Untuk meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap bahaya Aritmia, APHRS bersama PERITMI (Indonesian Heart Rhythm Society) meluncurkan kampanye MEraba NAdi SendiRI (MENARI).
Gerakan ini mengajak masyarakat memeriksa denyut nadi sendiri selama satu menit. Langkah sederhana namun sangat penting untuk mengenali gangguan irama jantung.
“Caranya mudah, letakkan dua jari di pergelangan tangan, rasakan denyutnya selama 60 detik. Kalau terasa tidak teratur atau ada detak yang hilang, segera konsultasi ke dokter,” jelas dr. Dicky.
Melalui MENARI, masyarakat diajak untuk lebih peduli pada tubuh sendiri. Langkah kecil seperti merasakan denyut nadi bisa jadi cara efektif untuk mendeteksi Aritmia sejak dini.
“Gerakan sederhana ini bisa menyelamatkan nyawa. Deteksi dini adalah langkah terbaik untuk mencegah komplikasi,” tambahnya.
Gerakan MENARI juga menjadi bagian dari kampanye global Pulse Day 2026, inisiatif dunia untuk meningkatkan kesadaran terhadap irama jantung. Indonesia pun turut aktif menjadi tuan rumah berbagai kegiatan edukatif dan pelatihan kesehatan jantung bagi masyarakat.
Pencegahan Lewat Gaya Hidup Sehat

Selain deteksi dini, gaya hidup sehat berperan besar dalam mencegah Aritmia. dr. Agung Fabian Chandranegara, Sp.JP(K), FIHA, Sekretaris Jenderal PERITMI, menekankan pentingnya mengenali dan mengendalikan faktor risiko pribadi sejak dini.
“Periksa tekanan darah, kadar gula, dan kolesterol minimal setahun sekali. Hindari merokok, batasi kafein, kelola stress, dan tidur cukup,” pesannya.
Ia menambahkan, kebiasaan seperti begadang, konsumsi alkohol, atau kurang olahraga dapat memperburuk ritme jantung. Sebaliknya, aktivitas fisik ringan seperti jalan kaki, yoga, atau bersepeda membantu menjaga detak jantung tetap stabil.
“Gaya hidup aktif dan sehat terbukti menurunkan risiko Aritmia secara signifikan,” ujar dr. Agung.
Selain itu, penting juga untuk menjaga asupan nutrisi. Konsumsi sayur, buah, ikan berlemak baik, dan makanan rendah garam dapat membantu menjaga tekanan darah tetap normal.
Pola makan sehat tidak hanya melindungi jantung, tapi juga memperkuat sistem kardiovaskular secara keseluruhan. Maka dari itu, penting untuk menjaga stabilitas hidup.
Peran CPR untuk Selamatkan Nyawa

Kampanye MENARI tak hanya menyoroti pencegahan, tapi juga tindakan penyelamatan. Salah satu kegiatan yang menarik perhatian adalah pelatihan CPR (Cardiopulmonary Resuscitation) atau bantuan hidup dasar untuk henti jantung.
Menurut dr. Agung, setiap menit tanpa CPR setelah jantung berhenti berdetak dapat menurunkan peluang hidup hingga 10 persen.
“Bantuan sederhana dari orang di sekitar pasien bisa meningkatkan peluang hidup tiga sampai empat kali lipat,” ujarnya.
Pelatihan ini mengajarkan langkah dasar yang bisa dilakukan siapa saja. Tekan dada bagian tengah korban sedalam 5–6 cm dengan ritme cepat (100–120 kali per menit), terus lakukan hingga bantuan medis tiba.
Jika tersedia alat AED (Automated External Defibrillator), alat ini bisa digunakan untuk mengembalikan ritme jantung yang normal.
“Semakin banyak masyarakat yang bisa melakukan CPR, semakin besar peluang korban selamat. Edukasi seperti ini penting diperluas ke sekolah, rumah, dan tempat umum,” tambah dr. Agung.
Aritmia Bukan Vonis, Tapi Kondisi yang Bisa Dicegah

Ketua PERITMI dr. Erika Maharani, Sp.JP(K) menegaskan bahwa gangguan irama jantung bukanlah vonis. Dengan deteksi dini, perawatan tepat, dan gaya hidup sehat, Aritmia dapat dicegah dan dikendalikan.
“Gangguan irama jantung bukan akhir segalanya. Ini kondisi yang bisa dikelola dengan baik bila dikenali sejak dini. Kesadaran masyarakat untuk memeriksa denyut nadi dan melakukan pemeriksaan rutin akan menurunkan risiko fatal,” jelas dr. Erika.
Ia berharap masyarakat mulai menaruh perhatian lebih pada kesehatan jantung, bukan hanya tekanan darah atau kadar gula.
“Dengan langkah kecil seperti MEraba NAdi SendiRI, kita bisa mencegah hal besar di masa depan,” ujarnya.
Menjaga jantung tetap sehat tidak cukup dengan olahraga atau makan bergizi saja, Ma, tapi juga dengan memahami detaknya.
Melalui kampanye MEraba NAdi SendiRI (MENARI), masyarakat diajak mengenali irama jantung sendiri sebagai bentuk kepedulian terhadap kesehatan diri dan keluarga.
“Semakin dini Aritmia terdeteksi, semakin besar peluang hidup berkualitas,” tutup dr. Erika.
Itulah informasi tentang kenali irama jantungmu dengan deteksi Aritmia sejak dini. Yuk, mulai sekarang biasakan meluangkan satu menit setiap hari untuk meraba nadi.
Langkah kecil yang sederhana ini bisa menyelamatkan hidup, karena peduli pada detak jantung hari ini berarti menjaga masa depan keluarga yang lebih sehat.



















