Menikmati Sunrise Gunung Batur di Kintamani Bali dengan Jeep Tour

- Menikmati sunrise epik di antara Gunung Batur dan Rinjani
- Menyusuri Black Lava, jejak erupsi Gunung Batur
- Dikelola langsung oleh warga lokal Kintamani
Pukul 04.00 WITA pagi alarm saya berbunyi, dan udara dingin Kintamani langsung menyapa begitu pintu kamar hotel terbuka.
Walau mata masih berat, rasa penasaran membuat saya cepat bersiap. Sekitar pukul 04.30 WITA, saya sudah naik jeep bersama rekan media lain dan Bli Bangol (40), pemandu lokal yang akan membawa kami mengejar sunrise di ufuk timur Kintamani.
Meski menerjang jalanan berkelok dan berdebu, akhirnya kami sampai di lokasi titik menikmati matahari terbit.
Dari kejauhan, siluet Gunung Batur mulai terlihat samar, sementara di baliknya, Gunung Rinjani di Lombok tampak menjadi latar yang megah.
Berikut Popmama.com ulas lima hal menarik yang perlu Mama tahu sebelum menjelajahi pesona Kintamani lewat tur jeep sunrise di Gunung Batur.
1. Sunrise epik di antara Gunung Batur dan Rinjani

Jeep kami menembus jalan berbatu yang menanjak. Begitu tiba di spot sunrise, pemandangannya benar-benar membuat saya terpukau.
Sesampainya di Bukit Abang, hanya hamparan bayangan pepohonan yang terlihat karena hari itu masih gelap. Namun, ternyata sudah terlihat beberapa Jeep terparkir dengan penumpangnya mengambil spot terbaik.
Menuju pukul 5 lewat, cahaya keemasan matahari perlahan menyinari kabut yang menggantung di atas Danau Batur. Udara dingin bercampur aroma tanah dan pepohonan menciptakan suasana yang menenangkan.
“Kalau datangnya lewat jam enam, biasanya mataharinya sudah naik dan kabutnya hilang, paling bagus sebelum jam lima sudah siap di spot view, " kata Bli Bangol.
Jadi, kalau Mama dan Papa menginap di sekitar Kintamani, usahakan berangkat sekitar pukul 04.30 pagi, ya. Jangan sampai kesiangan, karena momen ini benar-benar sayang untuk dilewatkan.
2. Menyusuri Black Lava, jejak erupsi Gunung Batur

Setelah puas berfoto dengan latar matahari terbit, saya dan rombongan diajak Bli Bangol menuju Black Lava, hamparan batu hitam yang terbentuk dari letusan Gunung Batur pada tahun 1927 dan 1963.
“Kalau yang warnanya hitam pekat itu erupsi tahun 1927,” ujar Bli Bangol sambil menunjuk ke arah bebatuan. “Yang agak merah itu tahun 1963. Dulu lava-nya panas banget, ribuan derajat. Begitu kena udara langsung jadi batu.”
Melihat langsung hasil letusan gunung berapi yang kini menjadi lanskap menakjubkan membuat saya merasa kecil di hadapan alam. Pemandangan eksotis memberikan kesan magis dalam perjalanan kali ini.
3. Dikelola langsung oleh warga lokal Kintamani

Yang membuat pengalaman ini terasa spesial adalah bagaimana masyarakat lokal menjaga dan mengelola kawasan wisata ini secara mandiri.
Menurut Bli Bangol, usaha jeep tour ini dikelola oleh kelompok masyarakat Kintamani yang membuat perusahaan keluarga dengan izin resmi dan asuransi bagi wisatawan.
“Ini usaha keluarga,” katanya. “Kita punya kompeni sendiri, lengkap izinnya. Jadi lebih profesional dan aman buat tamu.”
Melihat semangat warga lokal yang menjaga keindahan desanya membuatku semakin menghargai setiap detik perjalanan ini.
4. Harga sewa jeep dan durasi tur

Saat saya tanya soal harga, Bli Bangol tersenyum sopan. “Maaf, saya nggak bisa sebut nominal pastinya, karena tiap company beda. Biasanya untuk wisatawan domestik dihitung per jeep, bukan per orang,” katanya.
Namun, jika Mama menelusuri di internet, harga sewa jeep di Kintamani umumnya berkisar antara Rp700 ribu hingga Rp1 juta per kendaraan untuk tur sunrise.
Durasi perjalanannya sekitar 2–3 jam, tergantung rute yang dipilih ada yang hanya sunrise, ada juga yang plus ke Black Lava, Black Sand, hingga pemandian air panas.
5. Waktu terbaik berkunjung ke Kintamani

Kalau Mama ingin suasana lebih ramai dan langit cerah, datanglah antara Maret hingga Agustus. “Kalau bulan Juni sampai Agustus itu ramai, karena musim liburan sekolah,” kata Bli Bangol. “Tapi tetap enak, cuacanya bagus dan sunrise-nya jelas.”
Saya datang saat musim sepi, dan ternyata punya kelebihan tersendiri spot foto lebih lengang, udara lebih tenang, dan saya bisa menikmati Kintamani tanpa tergesa.
Buat saya, pengalaman menikmati sunrise di Kintamani, Bali bukan sekadar wisata alam biasa.
Ini perjalanan spiritual kecil yang membuat saya lebih menghargai alam dan ketulusan warga lokal.
Jadi kalau nanti Mama dan Papa ke Bali, sempatkanlah sekali seumur hidup untuk naik jeep bersama warga Kintamani dan melihat sendiri betapa indahnya matahari terbit di lereng Gunung Batur.



















