- Maya Watono, Direktur Utama PT Aviasi Pariwisata Indonesia (Persero) atau InJourney
- Sandra Sunanto, Direktur Utama PT Hartadinata Abadi Tbk (HRTA)
2 Perempuan Indonesia Paling Berpengaruh di Asia 2025

- Maya Watono dan Sandra Sunanto masuk dalam daftar Asia’s Most Powerful Women 2025 versi Fortune.
- Maya Watono dikenal sebagai pemimpin visioner di sektor pariwisata, sementara Sandra Sunanto berhasil memimpin industri perhiasan emas dengan sentuhan modern.
- Keduanya membuktikan bahwa kepemimpinan sejati adalah tentang visi, dedikasi, dan dampak bagi banyak orang.
Majalah bisnis ternama dunia, Fortune, baru saja merilis daftar Asia’s Most Powerful Women 2025, daftar tahunan yang menyoroti pemimpin perempuan paling berpengaruh di Asia.
Dari ratusan nominasi, hanya dua perempuan asal Indonesia yang berhasil menembus daftar prestisius ini yaitu:
Keduanya datang dari latar industri yang sangat berbeda, satu di sektor pariwisata dan aviasi, satunya lagi di industri emas dan perhiasan.
Namun, keduanya punya benang merah yang sama yaitu ketekunan, visi besar, dan keberanian menembus batasan gender di dunia korporasi.
Untuk lebih jelasnya, Popmama.com telah merangkum 2 perempuan Indonesia paling berpengaruh di Asia 2025 versi Fortune. Yuk simak penjelasannya!
Apa Itu Daftar Asia’s Most Powerful Women?

Daftar Asia’s Most Powerful Women milik Fortune pertama kali diterbitkan pada tahun 1998 dan menjadi salah satu barometer paling prestisius dalam dunia bisnis global.
Setiap tahunnya, Fortune memilih sekitar 100 perempuan berpengaruh dari 14 negara Asia, berdasarkan beberapa kriteria utama seperti:
- skala dan dampak bisnis yang dipimpin,
- reputasi serta momentum karier,
- kontribusi terhadap inovasi dan keberlanjutan,
- serta pengaruh sosial di luar perusahaan.
1. Maya Watono: “Perempuan Muda di Garis Depan Transformasi Pariwisata Nasional”

Latar Belakang dan Pendidikan
Mungkin sebagian Mama pernah mendengar nama Maya Watono. Tapi sebenarnya siapa ya beliau? Mengenal latar belakang Maya Watono. Maya Watono lahir di Jakarta pada 12 Mei 1982.
Ia merupakan anak dari pengusaha periklanan ternama, Hendra Watono, pendiri Dwi Sapta Group, salah satu agensi iklan terbesar di Indonesia. Sejak kecil, Maya sudah akrab dengan dunia kreatif dan strategi komunikasi.
Ia menempuh pendidikan di University of Western Australia, dan meraih gelar ganda Sarjana Ekonomi dan Sarjana Sains (Honours) pada tahun 2004.
Pendidikan luar negerinya membentuk pola pikir global dan disiplin bisnis yang kuat, yang kemudian menjadi bekal penting dalam kariernya.
Karir dan Kiprah Profesional
Mengenal perjalanan karir seorang Maya Watono. Maya memulai karier di bisnis keluarga, Dwi Sapta Group, tempat ia meniti dari bawah hingga akhirnya menjabat sebagai General Manager (2007–2014), lalu CEO (2015–2018).
Di bawah kepemimpinannya, Dwi Sapta menjadi bagian dari jaringan raksasa periklanan dunia, Dentsu Aegis Network. Ia berfokus untuk menjalin kerja sama dari berbagai sektor.
Prestasi itu mengantarkan Maya menjadi Country CEO Dentsu Indonesia pada tahun 2019, menjadikannya perempuan termuda yang memimpin jaringan agensi global di Indonesia.
Di posisi ini, ia dikenal sebagai pemimpin visioner yang mendorong transformasi digital di industri periklanan. Namun, langkah kariernya tak berhenti di dunia kreatif.
Pada 2022, Menteri BUMN Erick Thohir menunjuk Maya sebagai Direktur Pemasaran dan Program Pariwisata di In Journey, BUMN holding sektor aviasi dan pariwisata.
Hanya dua tahun berselang, pada November 2024, ia diangkat menjadi Direktur Utama, menjadikannya salah satu Dirut perempuan termuda di BUMN.
Alasan Masuk Daftar Fortune 2025
Majalah Fortune menilai Maya sebagai salah satu tokoh paling berpengaruh di sektor pariwisata Asia karena perannya dalam mentransformasi ekosistem pariwisata Indonesia. Beberapa pencapaian utamanya:
- Membangun lima destinasi super prioritas: Danau Toba, Borobudur, Mandalika, Labuan Bajo, dan Likupang.
- Mendorong integrasi industri pariwisata dan aviasi lewat sinergi antara bandara, hotel, dan pengelola destinasi di bawah payung In Journey.
- Menerapkan strategi promosi berkelanjutan berbasis branding nasional, yang menempatkan Indonesia sebagai tujuan wisata kelas dunia.
Maya juga dikenal karena gaya kepemimpinannya yang kolaboratif dan humanis. Ia sering menekankan pentingnya “cerita” di balik destinasi wisata, bukan sekadar penjualan tiket, tapi pengalaman dan nilai budaya yang dibawa wisatawan pulang.
“Pariwisata adalah jendela dunia untuk mengenal Indonesia. Tugas kami bukan hanya menjual tempat, tapi membangun kebanggaan nasional,” ungkap Maya dalam wawancara dengan Fortune Indonesia (Maret 2024).
Dampak dan Pengaruh
Sebagai perempuan di posisi strategis, Maya menjadi simbol perubahan. Ia membuktikan bahwa perempuan muda bisa memimpin sektor BUMN besar yang didominasi laki-laki.
Di bawah kepemimpinannya, pariwisata Indonesia bukan hanya soal angka kunjungan, tapi juga cerita keberlanjutan, pemberdayaan lokal, dan inovasi digital.
Tak heran jika Fortune menilai Maya sebagai “salah satu daftar kebangkitan ekonomi pascapandemi di kawasan Asia Tenggara”. Sehingga, ia dipatut diberikan gelar perempuan yang berpengaruh di Asia.
2. Sandra Sunanto: “Ratu Emas yang Memimpin Industri Tradisional dengan Sentuhan Modern”

Latar Belakang dan Pendidikan
Mengenal latar belakang dan pendidikan dari seorang Snadra Sunanto. Berbeda dari Maya, Sandra Sunanto berasal dari jalur akademik dan bisnis manufaktur.
Ia meraih Sarjana Manajemen dari Universitas Katolik Parahyangan (1996), lalu Magister Manajemen dari Institut Teknologi Bandung (ITB), dan akhirnya menyelesaikan program doktoral di Erasmus University Rotterdam, Belanda, pada 2013.
Pendidikan tinggi lintas negara ini membentuk pemikiran analitis dan kemampuan manajerialnya yang kuat. Ia banyak mempelajari dan mendalami berbagai ilmu sehingga ia mampu berpikir secara luas.
Sandra dikenal sebagai sosok yang perfeksionis, teliti, dan sangat berorientasi pada data, karakter yang kemudian menjadi kunci suksesnya dalam mengelola perusahaan publik.
Karir dan Perjalanan Profesional
Sebelum masuk dunia bisnis, Sandra menghabiskan lebih dari 20 tahun di dunia akademik. Ia menjadi dosen dan konsultan manajemen ritel di kampusnya sendiri, bahkan pernah menjabat sebagai Wakil Dekan Fakultas Ekonomi (2003–2006).
Titik balik kariernya terjadi pada 2017, saat ia dipercaya menjadi Direktur Utama PT Hartadinata Abadi Tbk (HRTA), salah satu produsen dan peritel perhiasan emas terbesar di Indonesia.
Sejak memimpin, Sandra berhasil membawa HRTA dari sekadar pemain lokal menjadi perusahaan publik dengan ekspor ke berbagai negara Asia. Ia fokus pada tiga strategi utama:
- Modernisasi produksi emas dan perhiasan, dengan teknologi manufaktur terkini.
- Ekspansi jaringan ritel “The Palace Jeweler” dan “Hartadinata Jewelry” ke seluruh Indonesia.
- Digitalisasi sistem penjualan emas, agar produk emas bisa diakses lebih mudah oleh konsumen muda.
Alasan Masuk Daftar Fortune 2025
Sandra Sunanto masuk dalam daftar Asia’s Most Powerful Women 2025 karena keberhasilannya memimpin industri konvensional menjadi perusahaan berdaya saing global.
Ia juga dinilai berhasil menjaga stabilitas bisnis emas di tengah fluktuasi harga global, sekaligus memperluas akses investasi emas bagi masyarakat luas.
Selain itu, Sandra dikenal memiliki leadership style yang kuat namun empatik. Ia sering turun langsung ke pabrik dan toko ritel untuk memahami proses kerja karyawan di lapangan.
Konsistensi dan ketelitiannya membawa HRTA mencatatkan pertumbuhan penjualan stabil setiap tahun, bahkan di masa pandemi.
“Bagi saya, emas bukan hanya barang mewah, tapi bentuk keamanan ekonomi bagi keluarga Indonesia,” ujar Sandra dalam wawancara.
Dampak dan Inspirasi
Banyak dampak yang telah Sandra lakukan. Sandra mewakili figur perempuan yang sukses di sektor industri padat karya. Bidang yang selama ini jarang diisi perempuan di level top management.
Ia menjadi inspirasi bagi banyak perempuan yang ingin terjun ke sektor manufaktur, ritel, maupun investasi. Pencapaiannya membuktikan bahwa kepemimpinan perempuan dapat menghadirkan keseimbangan antara strategi bisnis dan empati terhadap pekerja.
Kisah Maya Watono dan Sandra Sunanto menunjukkan bahwa kekuatan perempuan tidak ditentukan oleh usia, latar belakang, atau bidang kerja. Mereka membuktikan bahwa kepemimpinan sejati adalah tentang visi, dedikasi, dan dampak bagi banyak orang.
Dua nama ini mungkin baru awal, namun mereka membuka jalan bagi generasi perempuan Indonesia berikutnya untuk percaya: tidak ada industri yang terlalu besar, dan tidak ada mimpi yang terlalu tinggi untuk dicapai.
Itulah informasi mengenai 2 perempuan Indonesia paling berpengaruh di Asia 2025. Semoga dapat menginspirasi Mama ya!


















-6YwqTyJkUXwtrqW0htkgywcnyyPflPK5.png)