- Beban kognitif yang tinggiSaat seseorang memiliki banyak hal yang harus dipikirkan sekaligus, otak mudah “melompati” tahapan. Membaca dan merencanakan jawaban dianggap sama dengan mengeksekusinya.
- MultitaskingKebiasaan melakukan banyak hal sekaligus membuat proses komunikasi tidak selesai dengan baik. Contohnya, sedang membaca pesan lalu terganggu oleh notifikasi lain, rapat, atau pekerjaan yang menumpuk.
- Kelelahan mentalSaat otak lelah, kemampuan memproses informasi bisa menurun. Hal ini membuat seseorang tidak menyadari bahwa jawaban hanya ada di pikiran, bukan di layar.
- Kebiasaan DigitalKarena terlalu sering membalas pesan, otak membangun pola otomatis. Akhirnya, perencanaan jawaban bisa terekam seolah-olah sudah terkirim.
- Gangguan perhatianIndividu dengan tingkat distraksi tinggi, misalnya pada penderita ADHD lebih rentan mengalami phantom texting karena mudah berpindah fokus.
Phantom Texting, Perasaan Seseorang Sudah Membalas Pesan Padahal Belum

- Phantom texting adalah kondisi ketika seseorang merasa sudah membalas pesan, padahal sebenarnya hanya memikirkan respon di dalam pikiran tanpa pernah benar-benar menuliskannya.
- Faktor-faktor yang dapat memicu phantom texting antara lain beban kognitif yang tinggi, multitasking, kelelahan mental, kebiasaan digital, dan gangguan perhatian.
- Dampak dari phantom texting meliputi kesalahpahaman dalam komunikasi, menurunnya kredibilitas profesional, meningkatkan stres dan kecemasan, serta gangguan hubungan personal.
Komunikasi melalui pesan digital yang serba cepat menjadi bagian penting dari kehidupan sehari-hari. Namun, tak jarang seseorang mengalami fenomena nh ketika merasa sudah membalas pesan, padahal kenyataan belum.
Fenomena tersebut dikenal dengan istilah phantom texting. Phantom texting bukan sekedar kelalaiann, melainkan bisa berhubungan dengan kebiasaan, beban kognitif, hingga faktor psikologis.
Kondisi phanton texting mulai banyak dibicarakan dalam acara-acara psikologi medern, seiring meningkatnya ketergantungan pada ponsel dan aplikasi pesan.
Nah, di artikel ini Popmama.com akan membahas lebih lanjut mengenai apa itu phantom texting perasaan seseorang sudah membalas pesan padahal belum.
Dilansir dari beragai sumber seperti, pscyhologytoday.com, mentalflods.com, dan sciencedirect.com berikut adalah penjelasannya.
1. Apa itu phantom texting?

Phantom texting adalah kondisi ketika seseorang merasa sudah membalas pesan atau email, padahal sebenarnya hanya memikirkan respon di dalam pikiran tanpa pernah benar-benar menuliskannya.
Fenomena ini sering terjadi karena otak sudah melalui proses perencanaan komunikasi, sehingga memori mengira tindakan itu telah dilakukan.
Misalnya, saat kamu menerima pesan WhatsApp dari rekan kerja. Kamu membaca pesannya, lalu di kepala sudah merancang jawaban yang tepat.
Namun, karena beralih ke aktivitas lain, otak menganggap respons itu sudah terkirim. Akhirnya, pesan tidak pernah terkirim, dan orang lain bisa salah paham karena mengira kamu mengabaikannya.
2. Penyebeb phantom texting

Beberapa faktor yang dapat memicu phantom texting antara lain:
3. Dampak phantom texting

Meski terlihat sepele, phantom texting bisa menimbulkan dampak dalam kehidupan sosial maupun profesional, berikut adalah dampaknya.
- Kesalahpahaman dalam komunikasi berakibat orang lain bisa merasa diabaikan atau tidak dihargai.
- Menurunnya kredibilitas profesional. Dalam konteks kerja, terlambat merespons pesan penting dapat menimbulkan masalah serius.
- Meningkatkan stres dan kecemasan, misalnya saat menyadari pesan belum terkirim, perasaan bersalah atau khawatir sering muncul.
- Gangguan hubungan personal yang bisa menimbulkan konflik dengan pasangan, keluarga, atau teman.
4. Cara mengatasi phantom texting

Untuk mencegah fenomena ini, ada beberapa strategi yang bisa kamu terapkan:
- Berhenti sejenak setelah membaca pesanJangan langsung beralih ke aktivitas lain. Luangkan waktu 1–2 menit untuk benar-benar menuliskan jawaban.
- Gunakan fitur pengingatBeberapa aplikasi pesan memiliki opsi “tandai belum dibaca” atau reminder. Ini membantu agar pesan penting tidak terlewat.
- Kurangi multitaskingFokus pada satu tugas dalam satu waktu. Hal ini membantu memastikan setiap proses komunikasi selesai dengan baik.
- Bangun rutinitas digital yang sehatMisalnya, memiliki jadwal khusus untuk mengecek dan membalas pesan. Dengan begitu, otak lebih terstruktur dalam memproses informasi.
- Latih mindfulnessKesadaran penuh dalam setiap aktivitas bisa menurunkan risiko phantom texting. Dengan mindfulness, seseorang lebih mudah membedakan antara hal yang dipikirkan dan benar-benar dilakukan.
Nah, itu di penjelasan mengenai phantom texting perasaan seseorang sudah membalas pesan padahal belum. Semoga membantu ya.



















