“Karya dari teman-teman difabel dan neurodiverse punya cara bicara yang berbeda. Melalui seni, mereka bisa mengekspresikan hal-hal yang sulit dijelaskan lewat kata-kata,” ujarnya dalam acara Press Conference ASTRA Infra Sustainability Fest 2025, pada Jumat, 28 November 2025.
Seni sebagai Ruang Belajar dan Bonding dalam Keluarga

- Karya seni inklusif memicu percakapan orangtua dan anak
- Setiap karya memiliki daya tarik unik dan perjalanan panjang yang tak terlihat
- Seni membantu anak memahami konsep keberagaman, kesetaraan, dan inklusi
Seni telah lama menjadi bahasa universal yang membantu manusia mengekspresikan emosi, pengalaman, dan sudut pandang.
Hal itu sangat tampak dalam karya-karya yang diciptakan oleh teman-teman difabel dan neurodiverse, yang sering kali memiliki karakter unik, intuitif, dan penuh kejujuran.
Menurut Benny Priyatna Kusumah selaku Sustainability Management Division Head ASTRA Infra, karya mereka memiliki kekuatan yang berbeda dibanding karya kebanyakan.
Inilah mengapa karya-karya ini bukan hanya bernilai artistik, tetapi juga membuka ruang belajar baru bagi keluarga, khususnya saat orangtua mengajak anak mengamati dan berdiskusi.
Berikut Popmama.com akan membahas tentang seni sebagai ruang belajar dan bonding dalam keluarga. Yuk simak pembahasannya berikut ini.
1. Karya yang memantik obrolan orangtua kepada anak

Salah satu hal yang paling menarik dari karya seni inklusif adalah kemampuannya memunculkan percakapan. Warna-warna kuat, bentuk abstrak, dan simbol-simbol emosional sering membuat anak penasaran dan bertanya.
Benny juga menambahkan bahwa setiap karya memiliki daya tarik tersendiri yang membuat anak dan orang dewasa ikut merenung.
“Setiap karya mereka memiliki keunikan khusus. Ada kedalaman yang tidak selalu terlihat di permukaan, tapi sangat kuat ketika kita memperhatikannya lebih lama,” jelasnya.
Bagi orangtua, ini menjadi kesempatan untuk mengajak anak memahami perbedaan, empati, dan cara setiap individu menyampaikan cerita.
Bahkan, memberikan ruang untuk talenta-talenta ini tampil menjadi bagian penting dari prosesnya. Seperti yang dikatakan Benny,
“Kami ingin menyediakan panggung agar talenta-talenta ini bisa terlihat. Banyak dari karya mereka yang sebenarnya luar biasa, hanya perlu diberi kesempatan untuk muncul.”
2. Di balik karya, ada perjalanan yang tak terlihat

Meski tampak sederhana, setiap karya lahir dari perjalanan panjang. Bagi seniman difabel dan neurodiverse, seni sering kali menjadi ruang aman untuk mengekspresikan diri, mengolah emosi, atau memahami dunia.
Namun, mendekatkan diri pada komunitas ini bukanlah hal mudah. Benny menjelaskan,
“Tidak semua seniman mudah diajak berkomunikasi. Butuh waktu, pendampingan, dan pendekatan yang tepat sebelum akhirnya bisa membangun kepercayaan.”
Proses itu justru memperlihatkan betapa mendalamnya makna di balik setiap karya yang mereka hasilkan. Ada banyak kisah inspiratif yang muncul. Salah satunya datang dari Hilmi, seorang penyandang disabilitas yang memiliki keahlian meracik kopi.
“Kami bertemu Hilmi, yang ternyata sangat ahli meracik kopi. Keahliannya ini diberdayakan agar bisa bermanfaat untuk komunitas lain juga,” tutur Benny.
Ada pula kelompok tunarungu yang menari dengan harmonis meski tidak mendengar musiknya.
“Mereka tidak mendengar musiknya, tapi bisa merasakan ritmenya. Itu luar biasa sekali,” tambahnya.
Semua ini memperlihatkan bahwa kemampuan tidak selalu bisa dinilai dari standar umum.
3. Membantu anak memahami dunia lewat seni

Melalui seni, anak belajar bahwa manusia memiliki cara berpikir dan merasakan yang berbeda-beda. Karya inklusif membantu anak memahami konsep keberagaman, kesetaraan, dan inklusi dengan cara yang sederhana.
Benny menyampaikan bahwa pesan ini sangat penting untuk generasi muda.
“Karya-karya ini mengingatkan kita bahwa setiap orang berbeda, setiap perbedaan itu valid, dan setiap individu punya talenta spesial. Yang kita butuhkan adalah lingkungan yang adil dan inklusif,” ungkapnya.
Dengan melihat karya seni bersama, anak belajar bahwa:
- setiap individu punya kekuatan unik,
- tidak semua orang mengekspresikan diri dengan cara yang sama,
- dan perbedaan bukan alasan untuk menjauh—melainkan untuk saling memahami.
Ini menjadi pengalaman berharga bagi orangtua dan anak, sekaligus momen bonding yang hangat. Seni mengajarkan bahwa keberagaman bukan ancaman, tetapi bagian alami dari kehidupan manusia.
Melalui karya-karya seniman difabel dan neurodiverse, keluarga dapat belajar tentang empati, penerimaan, kesetaraan, dan keberanian untuk mengekspresikan diri.
“Seni membantu kita melihat bahwa setiap orang punya cara sendiri untuk bercerita. Ketika anak-anak diajak memahami ini, mereka belajar empati dan menghargai perbedaan.” ujar Benny
Dengan mengenalkan tentang seni sebagai ruang belajar dan bonding dalam keluarga, seni sebagai media pembelajaran, orangtua tidak hanya memperluas wawasan anak, tetapi juga membangun pondasi karakter yang inklusif dan penuh kasih.



















