“Simbol penting dalam tarian ini adalah Tusuk Konde, yang melambangkan kekuatan perempuan dalam memahami dan menampung kehendak suami sebagai kepala rumah tangga. Meski konflik bisa muncul, tarian ini menegaskan bahwa keharmonisan dapat tercapai melalui kebijaksanaan dan cinta kasih,” tutur Elise Dwi Ratnasari, salah satu penari Bedhayan saat diwawancarai Popmama.com pada Minggu malam (23/11/2025).
Teater Tari Tradisi Digelar di Jakarta, Hadirkan Pagelaran Penuh Makna

- Gugur Gunung edisi terbaru hadir dengan format naratif yang lebih segar dan kolaboratif
- Tema Seteko Mimpi Sabakul Cerita dipilih untuk merangkai kisah harapan dan pengalaman hidup sehari-hari
- Tarian tradisi dari berbagai daerah di Indonesia turut memperkaya pertunjukan
Memasuki edisi keempat, Wulangreh Omah Budaya resmi menggelar pertunjukan tahunan Gugur Gunung.
Mengusung tajuk Seteko Mimpi Sabakul Cerita, pertunjukan ini dipentaskan di Teater Besar, Taman Ismail Marzuki, pada 23 November 2025 dan berhasil menarik penonton dari berbagai kalangan pencinta seni.
Tema tersebut dihadirkan lewat teater dan tarian yang dirangkai secara naratif, sehingga mampu menghadirkan pengalaman menonton yang lebih dekat dengan kehidupan sehari-hari.
Dengan konsep yang lebih segar dan penuh makna, pertunjukan ini menawarkan cara baru dalam menikmati seni tradisi.
Berikut ini Popmama.com rangkum berita selengkapnya untuk kamu, mengenai teater tari tradisi di Jakarta yang menghadirkan pagelaran penuh makna.
1. Hadir dengan format baru yang lebih menarik

Berbeda dari tahun-tahun sebelumnya, Gugur Gunung edisi terbaru hadir dengan format yang lebih naratif. Alur tari dirajut bersama teater, musik, hingga elemen komedi, menghasilkan pengalaman yang lebih intim, komunikatif, dan relevan dengan kehidupan sehari-hari.
Pendekatan ini juga sejalan dengan visi Omah Wulangreh dalam merawat budaya gerak, agar tetap hidup dan bisa dinikmati berbagai generasi.
Tak sekadar pertunjukan, Gugur Gunung juga menjadi ruang kolaborasi lintas disiplin yang menghubungkan seniman tari, teater, musik, stand up comedian, hingga seniman visual.
Semangat gotong royong dan kerja bersama dari Wulangreh terasa kuat dalam setiap segmen pertunjukan.
2. Setiap temanya relate dengan kehidupan sehari-hari

Tahun ini, Wulangreh Omah Budaya memilih tema Seteko Mimpi Sabakul Cerita, sebuah gagasan puitis yang dekat dengan keseharian siapa pun.
Ide ini berangkat dari keyakinan bahwa, setiap manusia membawa mimpi kecil yang ketika dibagikan, akan bertemu dengan kisah lain dan tumbuh menjadi makna kolektif.
Seteko Mimpi melambangkan harapan yang terkumpul sedikit demi sedikit, sementara Sebakul Cerita menggambarkan berbagai pengalaman hidup yang berpadu saat dituangkan bersama.
Tema ini divisualisasikan melalui sebuah latar sederhana namun kaya makna yakni Angkringan Nyicil Mimpi milik Pak Sabar dan Bu Sabar, yang berada di sebuah alun-alun dekat pasar.
Bukan angkringan biasa, karena di sinilah warga datang membawa keluh kesah, tawa, dan cerita, lalu memadukannya dengan lakon serta tari yang menghidupkan ragam budaya Indonesia.
Angkringan menjadi metafora tempat bertemu harapan dan perjalanan hidup, sekaligus ruang aman untuk memulai dialog dan saling memahami.
Makna ini semakin kuat dengan pesan inti bahwa, kesenian tumbuh saat dibagikan. Ketika mimpi individu bertemu dengan kisah kolektif lainnya, di situlah seni menemukan napasnya dan menjadi cermin kehidupan manusia sehari-hari.
3. Tarian tradisi turut membuka ruang untuk berbagi gerak dan tari

Selain lakon naratif, Gugur Gunung juga menampilkan tarian tradisi dari berbagai daerah di Indonesia. Kehadiran tari-tari ini bukan hanya sebagai hiburan, tetapi sebagai ruang untuk berbagi energi, berbagi gerak, dan menyatukan banyak orang dalam pengalaman yang inklusif.
Melalui tarian, penonton diajak merasakan dinamika tubuh, ritme musik tradisional, dan nilai budaya di balik setiap gerakan.
Konsep “berbagi gerak” ini menjadi penting karena seni tari bukan hanya sesuatu untuk ditonton, melainkan sesuatu yang dapat dirasakan bersama.
Pendekatan ini juga sejalan dengan tujuan Omah Wulangreh dalam mempopulerkan kembali seni tradisi dengan cara yang menyenangkan dan dekat dengan generasi muda.
4. Bedhayan Ajang Gayung yang mencuri perhatian

Salah satu segmen yang mendapat sorotan besar adalah tarian Bedhayan Ajang Gayung. Tarian ini diciptakan dan diajarkan oleh Dewi Sulastri, serta dibawakan oleh sederet penari.
Bedhayan Ajang Gayung merupakan kidung perkawinan, sebuah simbol penyatuan rasa untuk membangun kebahagiaan rumah tangga.
Koreografinya menggambarkan dinamika hubungan suami istri yang saling menghormati, saling berbagi suka dan duka, serta kekuatan mental yang harus dimiliki seorang istri dalam mendukung perjalanan hidup keluarganya.
Visualnya yang lembut namun kuat menjadikan tarian ini salah satu penampilan paling berkesan sepanjang malam.
5. Melibatkan maestro tari dan lebih dari 500 penampil

Pagelaran Gugur Gunung tahun ini turut menghadirkan nama besar dalam dunia tari Indonesia, Didik Nini Thowok serta komika Arif Alfiansyah yang memberikan sentuhan humor dan dinamika tambahan di panggung.
Keduanya menghadirkan perpaduan teater dan tari yang membuat pertunjukan semakin hidup.
Acara ini juga melibatkan lebih dari 500 penampil dari berbagai latar usia dan profesi. Seluruhnya merupakan bagian dari komunitas Omah Wulangreh, yang saat ini menaungi setidaknya 35 kelas tari dewasa, kelas karawitan, kelas anak-anak, serta kelas teater.
Besarnya jumlah partisipan menunjukkan betapa kuatnya ekosistem seni yang dibangun komunitas ini, lintas generasi, lintas pengalaman, tapi satu dalam semangat berkarya.
6. Ruang seni yang merawat budaya dan memperkuat komunitas

Lebih dari sekadar pertunjukan, Gugur Gunung menjadi refleksi bagaimana seni tradisi dapat hidup berdampingan dengan ekspresi kontemporer. Pertunjukan ini merayakan nilai budaya, kebersamaan, dan kreativitas tanpa batas.
Seni tari dijadikan medium untuk kembali membangun kedekatan antar warga, sekaligus menjadi ruang belajar informal tentang kekayaan budaya Nusantara.
Gugur Gunung tahun ini menjadi bukti bahwa teater tari tradisi masih memiliki ruang luas di hati masyarakat.
Melalui tema kuat, narasi yang hangat, dan penampilan ratusan seniman, pertunjukan ini bukan hanya hiburan tetapi juga perayaan keindahan budaya Indonesia.



















