Obat-obatan yang Digunakan Donald Trump Usai Positif Covid-19

Bahkan ada obat eksperimental di antara obat-obatan tersebut

7 Oktober 2020

Obat-obatan Digunakan Donald Trump Usai Positif Covid-19
Instagram.com/realdonaldtrump

Covid-19 tidak memandang siapa saja untuk dihinggapi, termasuk Presiden Amerika Serikat, Donald Trump beserta istrinya, Melania Trump. Setelah dinyatakan positif Covid-19 pada 2 Oktober 2020, keduanya melakukan perawatan di Rumah Sakit Militer Walter Reed.

Semenjak Trump melakukan terapi pertama kali hingga saat ini, terhitung ada 3 pengobatan yang telah diterapkan untuknya.

Diketahui obat-obatan tersebut ternyata masih dalam uji coba dan bahkan ada yang sempat tidak disetujui oleh Food and Drug Administration A.S. (FDA).

Untuk lebih jelasnya, simak rangkuman Popmama.com mengenai obat-obatan yang digunakan Donald Trump usai positif Covid-19 sebagai berikut.

1. Dexamethasone, steroid untuk pasien Covid-19 dengan sakit parah

1. Dexamethasone, steroid pasien Covid-19 sakit parah
Freepik

Dokter Presiden Amerika Serikat, dr. Sean Conley, mengonfirmasi bahwa Trump telah menggunakan Dexamethasone, steroid yang sering digunakan untuk merawat pasien Covid-19 dengan sakit parah. Sebab, tingkat saturasi oksigen Trump sempat turun menjadi 93%.

Menanggapi kondisi tersebut, Dr. Brian Garibaldi, direktur unit biocontainment di Johns Hopkins Medicine sekaligus salah satu dokter di tim perawatan Trump di Rumah Sakit Militer Walter, mulai melakukan terapi Dexamethasone untuk pemimpin negara AS.

Secara umum, steroid memang direkomendasikan untuk pasien rawat inap yang membutuhkan oksigen tambahan atau ventilasi mekanis sesuai dengan pedoman pengobatan Covid-19 dari National Institutes of Health.

Penggunaan Dexamethasone pada pasien Covid-19 yang dirawat di rumah sakit menunjukkan bahwa obat tersebut menurunkan kemungkinan kematian bagi mereka yang memiliki oksigen tambahan atau ventilasi mekanis.

Sayangnya, menurut seorang dokter pengobatan darurat di Brown University, Megan Ranney, MD, Dexamethasone memiliki efek samping bagi kesehatan mental, yaitu menyebabkan gangguan psikosis, mengigau, dan mania.

2. REGN-COV2, obat Covid-19 eksperimental yang dikenal sebagai antibodi monoklonal

2. REGN-COV2, obat Covid-19 eksperimental dikenal sebagai antibodi monoklonal
Pexels/RF._.studio

Conley menyampaikan bahwa Trump telah menerima satu dosis 8g koktail antibodi yang disebut REGN-COV2.

REGN-COV2 adalah obat Covid-19 eksperimental yang dikenal sebagai antibodi monoklonal, yaitu salinan buatan antibodi manusia terhadap virus yang sedang dipelajari untuk digunakan pada pasien dengan penyakit awal.

Para ilmuwan Regeneron mengevaluasi ribuan antibodi manusia yang telah dimodifikasi secara genetik untuk memiliki sistem kekebalan manusia dan antibodi yang diidentifikasi dari manusia yang telah pulih dari Covid-19.

Dua antibodi penawar virus yang ampuh tersebut mengurangi kemampuan virus mutan untuk melarikan diri dari pengobatan dan melindungi dari varian lonjakan yang muncul pada manusia.

Obat ini dikembangkan oleh Regeneron Pharmaceuticals yang sebelumnya mengembangkan obat antibodi serupa untuk melawan Ebola.

Regeneron mengungkapkan hasil uji coba awal yang menunjukkan bahwa pengobatan ini bisa mengurangi tingkat virus dan memperbaiki gejala pada pasien Covid-19 yang tidak dirawat di rumah sakit.

3. Remdesivir, menghalangi virus corona membuat lebih banyak salinan dirinya sendiri

3. Remdesivir, menghalangi virus corona membuat lebih banyak salinan diri sendiri
Pixabay/qimono

Conley mengungkapkan bahwa Trump telah menerima obat Remdesivir setelah dirawat di rumah sakit. Obat ini, dilaporkan dapat menghalangi kemampuan virus corona untuk membuat lebih banyak salinan dari dirinya sendiri.

Yaitu, dengan mencegah virus tersebut menghasilkan enzim tertentu yang diperlukan untuk mereplikasi dirinya sendiri. Setelah ini terjadi, virus tidak lagi dapat menyebar ke dalam tubuh.

Awalnya, Remdesivir dibuat untuk pengobatan yang memungkinkan bagi penyakit hepatitis. Kemudian, pada 2014 dipelajari pula kemungkinannya sebagai pengobatan Ebola.

Lalu, para peneliti juga menemukan bahwa obat ini efektif melawan Middle East Respiratory Syndrome (MERS) dan Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS).

Sebenarnya, obat eksperimen yang dibuat oleh Gilead Sciences Inc., ini tidak disetujui secara global untuk penggunaan apapun. Namun, dalam sebuah uji klinis, dokter melihat dampak positif penggunaan Remdesivir pada pasien Covid-19 yang dirawat di rumah sakit.

Akhirnya, FDA pun mengeluarkan otorisasi penggunaan darurat Remdesivir untuk mengobati Covid-19.

Selain obat-obatan tadi, Trump juga mengonsumsi seng, vitamin D, peredam asam, melatonin dan aspirin.

Penyedia layanan kesehatan di seluruh dunia telah menguji kemanjuran seng, vitamin C, vitamin D, dan antibiotik azitromisin untuk pasien Covid-19.

Namun, menurut Dr. Steven Shapiro, kepala petugas medis dan ilmiah di UPMC, sistem rumah sakit yang berbasis di Pittsburgh, tidak satupun dari perawatan tersebut sejauh ini menunjukkan manfaat klinis.

Baca juga:

The Latest