Alasan Pernikahan Raihaanun Bernasib Buruk di Film Perempuan Pembawa Sial

- Ritual adat Jawa menginjak telur yang seharusnya melambangkan keharmonisan berubah menjadi pertanda buruk ketika telur tersebut busuk. Situasi ini menandakan kesialan dalam pernikahan Mira.
- Karakter Mira diduga memiliki tanda fisik khas Bahu Laweyan berupa tompel di bahu kiri. Tanda itu dipercaya sebagai tempat bersemayam makhluk gaib penyebab kematian para suaminya.
- Kesialan Mira bukan sekadar mitos, tetapi hasil kutukan dari seseorang yang menyimpan dendam terhadap masa lalunya.
Raihaanun kembali berperan pada film horor Indonesia lewat film terbaru Perempuan Pembawa Sial. Film garapan IDN Pictures ini mengangkat cerita karakter Mira yang diperankan oleh Raihaanun. Karakter Mira selalu mengalami kesialan berupa setiap ia menikah dengan seseorang maka orang tersebut akan mati.
Oleh karena itulah, warga kampung menjuluki Mira sebagai perempuan pembawa sial. Mira mulai meyakini bahwa kesialan yang menghantuinya bukan sekadar nasib buruk, melainkan kiriman dari seseorang yang menyimpan dendam. Apakah hal tersebut benar adanya?
Berikut Popmama.com telah merangkum alasan pernikahan Raihaanun bernasib buruk di film Perempuan Pembawa Sial secara lebih lengkap.
Yuk, disimak!
1. Telur busuk yang menandakan kesialan

Pada trailer dapat kita lihat terdapat sebuah scene adat jawa yaitu menginjak telur bagi mempelai pria. Ritual tersebut dalam adat Jawa, terutama pada upacara Panggih (pertemuan pengantin), yang melambangkan kesiapan pria bertanggung jawab, harapan akan keturunan dan rezeki, serta keharmonisan rumah tangga.
Akan Tetapi pada film tersebut diperlihatkan telur yang diinjak oleh pasangan Mira merupakan telur busuk yang menjadi pertanda kesialan pada pernikahan tersebut.
2. Mira memiliki tanda-tanda fisik Bahu Laweyan

Dalam film Perempuan Pembawa Sial, karakter Mira yang diperankan Raihaanun kemungkinan besar memiliki kaitan erat dengan mitos Bahu Laweyan yang terkenal di kalangan masyarakat Jawa. Mitos ini menceritakan tentang perempuan yang dikutuk membawa sial bagi setiap pria yang menikahinya.
Sesuai dengan kepercayaan tradisional, perempuan Bahu Laweyan memiliki ciri-ciri fisik khas berupa tanda lahir atau tompel di bahu kiri yang dipercaya menjadi tempat bersemayamnya makhluk gaib berbentuk ular tak kasat mata. Tanda inilah yang konon menjadi sumber kutukan yang menyebabkan kematian tragis para suami mereka.
Dalam konteks film, kemungkinan besar Mira memiliki tanda-tanda fisik serupa yang membuatnya dijauhi dan dicap sebagai pembawa sial oleh warga kampung. Hal ini diperkuat dengan kematian beruntun yang menimpa setiap pria yang menikahinya.
Namun, twist dalam film ini tampaknya mengarah pada kemungkinan bahwa "kutukan" Mira bukan sekadar mitos Bahu Laweyan biasa, melainkan ada campur tangan dendam dari seseorang di masa lalunya yang sengaja melancarkan kutukan atau ilmu hitam untuk membuat hidupnya sengsara. Kombinasi antara mitos tradisional dan unsur balas dendam ini yang membuat premis film menjadi lebih menarik dan kompleks.
3. Dendam dari masa lalu Mira

Kesialan yang diterima Mira seakan-akan menjauhkan dirinya dari akhir bahagia yang selama ini ia impikan. Hal tersebut tentunya bukanlah kesialan biasa, namun merupakan sebuah kutukan dari seseorang yang sangat membenci sosok Mira.
Dalam trailer terdapat sebuah dialog yang mungkin menjadi jawaban dari kondisi tersebut, “Kita semua mempunyai masa lalu yang kelam. Satu kesalahan, dan kita harus menanggungnya seumur hidup."
Pada trailer film tersebut, terdapat satu scene yang menampilkan satu tembok yang bertuliskan “Tunggu pembalasanku”. Tulisan tersebut mengindikasikan terdapat orang dari masa lalu Mira yang menyimpan dendam padanya. Orang itulah yang membuat semua kesialan Mira terjadi.
Itulah rangkuman dari alasan pernikahan Raihaanun bernasib buruk di film Perempuan Pembawa Sial. Jangan lupa untuk menonton film Perempuan Pembawa Sial di bioskop-bioskop kesayangan kalian ya, Ma.



















