"Jadi ibu itu punya kayak lembaran, surat-surat yang dia simpan. Surat-surat itu bukan sama ayah aku, tapi sama mantan pacarnya yang udah lama banget," ungkap Amanda sambil tersenyum.
Amanda Rawles Baca Surat Cinta Mamanya, Mirip Perannya di Film
Intinya sih...
- Amanda Rawles pernah membaca surat cinta lama milik sang mama yang membuatnya emosional. Situasi ini mirip seperti adegan dalam film.
- Amanda Rawles dan karakter Alin sama-sama merupakan anak kedua di keluarganya.
- Amanda Rawles merasa sebagai anak tengah, ia cenderung menghindari konflik dan mencoba menjaga keharmonisan keluarga, sama seperti karakter Alin.
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)
Aktris muda berbakat Amanda Rawles kembali hadir di layar lebar lewat film drama keluarga bertajuk Andai Ibu Tidak Menikah dengan Ayah. Dalam film ini, Amanda memerankan tokoh Alin. Alin digambarkan sebagai seorang anak kedua dari keluarganya yang secara tak sengaja menemukan surat cinta lama milik sang mama.
Kisah emosional yang ditampilkan dalam film ini membuat banyak penonton terbawa perasaan, termasuk Amanda sendiri. Amanda ternyata memiliki pengalaman pribadi yang sangat mirip dengan karakter yang ia perankan.
Dalam wawancara eksklusif ke kantor IDN pada Selasa (5/8/2025), Amanda membagikan cerita-cerita menarik di balik proses syuting, termasuk kedekatannya secara emosional dengan sosok Alin.
Tak hanya soal posisi dalam keluarga, Amanda juga mengaku pernah membaca surat cinta sang mama dari masa lalunya persis seperti yang terjadi pada Alin dalam film.
Berikut Popmama.com telah merangkum cerita Amanda Rawles baca surat cinta mamanya di masa lalu.
Yuk, disimak ceritanya!
Rangkuman Cerita Amanda Rawles tentang Kemiripannya dengan Karakter Alin
1. Pernah membaca surat cinta lama milik sang mama
Dalam film Andai Ibu Tidak Menikah, Alin menemukan buku harian yang ditulis mamanya di masa lalu. Buku harian tersebut terdapat surat cinta dengan mantannya, dan hal itu menggugah sisi emosional karakter Alin sebagai anak. Tak disangka, Amanda Rawles pun pernah mengalami hal serupa dalam kehidupan nyata.
Amanda juga mengatakan bahwa dirinya sempat berkaca-kaca saat membaca surat cinta sang mama yang penuh memori itu.
Momen personal tersebut tentu membuat Amanda semakin bisa memahami kedalaman emosi yang dirasakan Alin dalam film Andai Ibu Tidak Menikah. Amanda merasa hubungan antara mama dan anak serta masa lalu yang tak terungkap menjadi hal yang sangat manusiawi dan mengena.
2. Sama-sama anak kedua dari tiga bersaudara
Salah satu kesamaan paling mencolok antara Amanda Rawles dan karakter Alin, yakni posisi mereka di keluarga. Keduanya merupakan anak kedua di keluarga. Fakta ini menjadi salah satu alasan kuat mengapa Amanda merasa sangat relate dengan peran Alin yang ia mainkan.
Posisi sebagai anak tengah sering kali menempatkan seseorang pada dinamika yang kompleks di antara tuntutan sebagai adik maupun sebagai kakak.
3. Merasakan suka duka sebagai anak tengah dalam keluarga
Amanda Rawles menjelaskan bahwa menjadi anak kedua memiliki tantangan tersendiri. Menurut Amanda, banyak anak tengah sering kali merasa tidak terlihat oleh keluarga, yang kemudian membuat mereka jadi attention seeker.
"Sebagai anak kedua kadang orang merasa tidak dilihat oleh keluarganya, aku ngerasa jadi anak kedua itu ingin avoid conflict. Kita ingin keluarganya baik-baik saja. Sama seperti aku dan Alin di film ini, bawaannya ingin menyelesaikan masalah, peka sama tingkah laku keluarga yang sepertinya tidak baik-baik aja," ujar Amanda.
Namun begitu, baik Amanda maupun karakter Alin memilih untuk menjadi pribadi yang peka terhadap sekitar serta cenderung menjadi penengah.
Itulah cerita Amanda Rawles baca surat cinta mamanya. Lewat peran Alin, Amanda Rawles bukan hanya tampil memukau secara akting, tetapi juga membuka sisi personal yang jarang diketahui publik.
Cerita-cerita kecil seperti membaca surat lama milik sang mama atau dinamika sebagai anak tengah membuat penonton makin mudah merasakan emosi yang Amanda tampilkan di layar.
Film Andai Ibu Tidak Menikah dengan Ayah menjadi ruang refleksi tentang keluarga, masa lalu, dan pilihan hidup yang ternyata tidak hanya menyentuh penonton, tetapi juga sang pemeran utama.
