Long Distance Marriage Saat Pandemi Covid-19, Lakukan 4 Tips Ini!

Jaga komunikasi dengan pasangan adalah kunci

18 Mei 2020

Long Distance Marriage Saat Pandemi Covid-19, Lakukan 4 Tips Ini
Pexels/Andrea Piacquadio

Pandemi Covid-19 mengubah banyak hal dalam kehidupan saat ini. Perubahan aktivitas paling terasa karena semua kegiatan harian sekarang hanya berpusat di rumah. 

Bersama anak-anak dan Papa selama 24 jam 7 hari seminggu di rumah saja jadi salah satu hal penting yang patut disyukuri.

Sayangnya, tak semua pasangan bisa melalui situasi serba tak pasti ini bersama-sama. Sebagian keluarga harus menjalani Long Distance Marriage (LDM). Mereka terpisah karena jarak atau panggilan tugas kemanusiaan.

Seperti yang dialami oleh Nian Astiningrum, mama dua anak yang tinggal di Lampung. Sudah dua bulan ini Nian dan suami melakoni LDM tanpa bertemu sama sekali akibat penerapan PSBB.

Walau sebelumnya mereka memang LDM karena tinggal berbeda pulau, suami Nian masih sering pulang ke Lampung. Begitu pandemi covid-19 terjadi, otomatis sudah dua bulan Nian dan anak-anak tidak bertemu suami.

Bagaimana suka duka Nian dan keluarga menjalani LDM saat situasi pandemi seperti sekarang? Yuk, ikuti penuturan Nian seperti diceritakan kepada Popmama.com.

Setelah 3 Minggu Semua Berubah

Setelah 3 Minggu Semua Berubah
Pexels/Gustavo Fring

Tiga minggu pertama Nian dan anak-anak masih semangat menjalani keadaan ini. Harapannya, 2 minggu physical distancing bakal menyelesaikan masalah. Maksimal LDM satu bulan saja. Namun, memasuki minggu keempat, perlahan semua berubah.

“Bukan hanya LDM, tetapi juga semua hal baru soal Covid-19. Perasaan sedih, gampang nangis, nggak semangat, dan merasa powerless karena tidak bisa beraktivitas dan menghasilkan sesuatu seperti biasanya,” tutur Nian.

Soal LDM sendiri, awalnya kedua anak Nian pun biasa saja karena biasa tidak bertemu sang papa dalam waktu 1-2 minggu. Karena keadaan tidak kunjung membaik, si sulung terus bertanya kapan papa pulang, kapan virus corona akan selesai. Bahkan, sampai ia mimpi buruk.

Nian sendiri juga merasa stres. Apalagi, ia harus mengurus pekerjaan rumah, menemani anak sekolah di rumah, saat kedua anaknya bertengkar, dan semua hal lain sendirian. Ia merasa kewalahan karenanya.

Namun, Nian tahu ia tidak bisa terus tenggelam dalam keadaan seperti itu. Akhirnya, perlahan tapi pasti ia mulai menata diri, membiasakan diri berhadapan dengan ‘new normal’ ini, serta sering ngobrol dengan anak-anak dan suami.

“Akhirnya, di minggu kelima sudah kembali normal,” pungkas Nian. Kira-kira apa ya yang ia lakukan untuk melalui masa-masa sulit tersebut?

Tips LDM saat Pandemi Covid-19

Tips LDM saat Pandemi Covid-19
virtualvocations.com

Tidak ada satu pun pasangan yang berencana LDM. Sayangnya, kadang keadaan berbicara lain sehingga satu-satunya yang bisa dilakukan adalah bertahan.

Namun, bertahan LDM di tengah situasi sulit jelas butuh strategi khusus. Ada banyak pihak terlibat di dalamnya: Mama, Papa, dan tentu saja anak-anak.

Meski tidak selalu mudah, tips menjalani LDM dari Nian berikut bisa membantu Mama yang tengah berada dalam situasi serupa.

Editors' Pick

1. Berusaha menerima keadaan lebih dulu

1. Berusaha menerima keadaan lebih dulu
Pexels/Edward Jener

Perasaan terkejut, sedih, capek, lelah, cemas, hingga stres pasti terus muncul. Pertama, penting bagi Mama sekeluarga untuk berusaha menerima keadaan demikian, termasuk kesadaran diri tengah mengalami stres.

Baik Mama, Papa, dan anak-anak pasti stres menghadapi ini semua. Itu wajar kok, Ma. Jadi, jangan merasa bersalah karena merasa stres atau kewalahan ya.

Ketika Mama atau Papa jadi gampang tersinggung, marah-marah, atau menangis, penyebabnya tak lain karena stres tadi.

“Tidak ada hubungannya dengan (perasaan) tidak sayang lagi atau tidak perhatian lho,” kata Nian sambil tersenyum.

2. Ajak anak diskusi lebih dalam

2. Ajak anak diskusi lebih dalam
Pexels/Elly Fairytale

Terutama bagi anak yang usianya lebih besar. Umumnya, anak usia SD sudah bisa memahami keadaan seperti ini.

Pertanyaan seperti, “Kapan Papa pulang? Kapan corona-nya selesai?” pasti akan terus berulang. Mama perlu menjelaskan dengan bahasa sederhana sesuai pemahaman si Kecil.

Jika jawaban “Setelah ada vaksin” masih belum bisa dipahami anak, Mama bisa mencoba cara ini.

Ajak mereka lihat video YouTube tentang bagaimana virus ini menyerang manusia, kenapa cepat menyebar, kenapa manusia belum punya imunitas terhadap corona, dan sebagainya.

Jika anak menangis setelahnya, tidak apa-apa, Ma. Dengarkan, peluk anak, dan ajak mereka berdoa. Lakukan berulang kali setiap hari.

Penjelasan seperti ini akan membuat anak mampu memahami keadaan secara perlahan.

3. Berusaha kelola stres diri sendiri

3. Berusaha kelola stres diri sendiri
Pexels/Gustavo Fring

Memang lebih mudah dikatakan daripada dilakukan, Ma. Namun, mengelola stres diri adalah langkah penting lain yang harus Mama ambil.

Saat sedang down, tidak apa-apa untuk diam, menangis, dan mengeluarkan uneg-uneg dalam hati, atau sampaikan kepada suami.

Lalu, coba cari apa penyebab stres utama Mama. Nian mengaku, perasaan powerless begitu membuatnya stres lantaran harus menutup tokonya dan tidak ada penghasilan.

Ia coba mencari informasi, banyak baca, dan mengikuti kelas sharing online. Saat itu ia merasa tidak sendiri, ada banyak pebisnis mengalami hal serupa.

“Saya makin merasa kalau apa yang saya alami itu ya masalah semua orang. Ya sudah, memang kondisinya lagi begini, jalani saja,” tutur Nian.

Dari situ ia mulai bangkit, menyibukkan diri dengan kegiatan produktif, dan menghasilkan sesuatu yang meski tidak banyak, tetapi bisa membuatnya lebih powerful.

“Dan sekarang saya sudah bisa terima bahwa kondisi ini akan menjadi ‘the new normal.’ Coba melihatnya bukan sebagai kemalangan, tetapi tantangan,” ujar Nian.

4. Jaga komunikasi dengan suami

4. Jaga komunikasi suami
Pexels/Polina Zimmerman

Hal paling penting adalah tetap jaga komunikasi dengan suami. Bisa lewat whatsapp, video call, atau telepon. Tetapkan jadwal rutin untuk bertatap muka secara online bersama-sama.

Misalnya, setiap malam video call. Coba pakai aplikasi lain seperti IG supaya sesi ngobrol lebih seru dengan filter lucu-lucu.

Plus, berusaha saling mengerti. Baik Mama dan Papa harus sama-sama sadar kalau komunikasi saat ini tidak bisa seintens jika bertemu rutin seperti biasa.

Satu lagi, saat salah satu sedang down dan stres, Mama/Papa harus bisa menguatkan pasangan. Sesederhana dengan mendengarkan saja tanpa berkomentar apa pun, sambil berusaha membesarkan hati pasangan.

Kadang saling mengalah untuk mempertahankan kebersamaan perlu dilakukan dalam situasi demikian, Ma. Jadi, sama-sama coba memahami situasi dan kesulitan masing-masing akan membantu Mama Papa membangun komunikasi yang sehat juga.

Wah, tips yang dituturkan Nian luar biasa ya, Ma?

Untuk para Mama yang menjalani LDM, tetap semangat ya, Ma! Mari kita sama-sama berdoa semoga situasi ini lekas membaik.

Baca juga: 

Saat Rindu Melanda, Lakukan 5 Hal Ini Sewaktu Long Distance Marriage

The Latest