5 Fakta Kisah Cinta Kartini yang Mengharukan

Perjalanan cinta Kartini menjadi kisah inspiratif terutama bagi perempuan

10 November 2023

5 Fakta Kisah Cinta Kartini Mengharukan
hidayatullah.com

Raden Ajeng Kartini merupakan sosok yang memberikan kontribusi besar bagi bangsa Indonesia, terutama bagi kaum perempuan. Perempuan asal Jepara yang lahir pada 21 April 1879 ini dikenal sebagai tokoh emansipasi perempuan. Semasa hidupnya, ia gencar memperjuangkan hak-hak yang seharusnya dimiliki perempuan.

Di usia 24 tahun, Kartini menikah dengan Bupati Rembang, yakni Adipati Djojoadiningrat. Tak semulus seperti kebanyakan kisah cinta yang diharapkan, Kartini harus menghadapi kenyataan bahwa pernikahannya mengalami berbagai tantangan yang pelik.

Berikut Popmama.com telah merangkum beberapa fakta kisah cinta Kartini yang mengharukan.

Yuk Ma, mari kita simak bersama!

1. Ironi poligami dalam rumah tangga

1. Ironi poligami dalam rumah tangga
zenius.net

Kartini lahir dari pernikahan Raden Mas Adipati Ario Sosroningrat dan M. A. Ngasirah. Sang Papa ialah seorang bangsawan, sementara mamanya merupakan seorang selir yang hidup dengan budaya feodal Jawa.

Oleh karena posisinya sebagai selir dan juga orang biasa yang tidak memiliki darah ningrat, mamanya menjadi orang yang terbuang dan dianggap pembantu. Kondisi keluarganya inilah yang membuat dirinya menentang perkara poligami karena dirasa merugikan kaum perempuan.

Meski demikian, Kartini harus menerima takdir menjadi istri keempat Adipati Djojoadiningrat.

Editors' Pick

2. Pengajuan syarat sebelum menikah

2. Pengajuan syarat sebelum menikah
zenius.net

Sebelum menikah dengan Adipati Djojoadiningrat sebagai bentuk bakti dan cintanya pada sang Papa, Kartini mengajukan beberapa syarat yang harus dipenuhi. Pertama, ia ingin diizinkan untuk melakukan apa saja demi mencapai cita-citanya dalam memperjuangkan hak-hak perempuan.

Salah satu keinginannya tersebut adalah mendirikan sekolah untuk para perempuan, dengan status Kartini sebagai pengajar di sekolah itu. Suaminya pun bersedia memenuhi permintaan Kartini itu.

3. Anti terhadap prosesi adat pernikahan

3. Anti terhadap prosesi adat pernikahan
zenius.net

Dalam budaya Jawa, acara pernikahan, terutama pada zaman dahulu, terdiri dari berbagai prosesi adat yang diwariskan secara turun-temurun. Salah satu adat mengharuskan pengantin perempuan untuk berlutut seperti menyembah atau mencium kaki pengantin laki-laki.

Kartini pun enggan melakukan prosesi adat yang demikian, sehingga menjadi syarat pra nikah di awal sebelum ia menikah dengan Adipati.

4. Meninggal setelah melahirkan anak

4. Meninggal setelah melahirkan anak
zenius.net

Pada usia 25, setahun setelah dia menikah dengan Adipati, Kartini melahirkan anak pertamanya.

Namun, kebahagiaannya itu hanya berlangsung sebentar. Empat hari setelah melahirkan anak yang kemudian diberi nama Soesalit Djojoadhiningrat, Kartini meninggal akibat preeklamsia.

Menurut berbagai sumber, Kartini menghembuskan napas terakhirnya di pangkuan suaminya. Dia menjadi tokoh inspiratif terutama bagi kaum perempuan, hingga kemudian dia dinobatkan sebagai Pahlawan Nasional Indonesia.

5. Kumpulan sajak Kartini tentang cinta

5. Kumpulan sajak Kartini tentang cinta
zenius.net

Semasa hidupnya, Kartini banyak menulis surat yang membahas soal cinta dan hubungan. Surat-suratnya tersebut kemudian diterbitkan menjadi sebuah buku yang tersedia dalam berbagai bahasa. Dalam bahasa Melayu, bukunya berjudul 'Habis Gelap Terbitlah Terang'.

Surat-surat itu menjadi curahan hati Kartini tentang apa yang ia rasakan dan alami tentang cinta. Berikut merupakan beberapa kutipan dari surat-surat Kartini, antara lain.

Cinta! Apa yang kita ketahui tentang cinta? Bagaimana kita dapat mencintai seorang pria yang tak pernah kita kenal sebelumnya? Bagaimana pria itu dapat mencintai kita? Tentu saja mustahil. Perempuan dan laki-laki muda dipisahkan, dan tak pernah diizinkan untuk berjumpa. (Jepara, 25 Mei 1899)

Bagaimana mungkin seorang pria dan wanita dapat mencintai satu dengan yang lain ketika baru berjumpa pertama kali dalam kehidupan ini setelah mereka terikat dalam pernikahan? (Jepara, 6 November 1899)

Saya tak akan pernah, tak akan pernah jatuh cinta. Mencintai, pertama-tama membutuhkan rasa hormat; dan saya tidak dapat menghormati pemuda Jawa muda. Bagaimana saya menghormati seseorang yang telah menikah dan menjadi seorang ayah, dan yang telah memiliki istri yang telah melahirkan anak-anaknya, membawa perempuan lain ke dalam rumahnya? (Jepara, 6 November 1899)

Itulah beberapa fakta kisah cinta Kartini yang mengharukan. Karakter Kartini begitu inspiratif bagi ya, Ma. 

Baca juga:

The Latest