5 Masalah Cairan Ketuban yang Sering Terjadi pada Ibu Hamil

Waspada jika cairan ketuban keluar berwarna kehijauan atau berbau

1 September 2022

5 Masalah Cairan Ketuban Sering Terjadi Ibu Hamil
Freepik/wavebreakmedia

Salah satu perubahan yang terjadi dalam tubuh ibu hamil adalah terbentuknya kantong dan cairan ketuban. Pada umumnya air ketuban mulai terbentuk setelah 12 hari dari proses terjadinya pembuahan.

Cairan yang mengandung nutrisi, hormon dan antbodi ini pun memiliki banyak fungsi penting untuk perkembangan janin.

Selama kehamilan, volume air ketuban akan terus meningkat mengikuti perkembangan janin. Namun apabila jumlah air ketuban di dalam rahim terlalu sedikit atau banyak, maka komplikasi kehamilan dapat terjadi. 

Nah, berbicara mengenai komplikasi ternyata ada 5 masalah umum terkait air ketuban yang harus diperhatikan oleh ibu hamil. Berikut ulasannya dari Popmama.com.

1. Air ketuban berwarna tidak normal

1. Air ketuban berwarna tidak normal
Freepik/comzeal

Jika sudah mendekati tanggal persalinan, ketuban bisa pecah dengan sendirinya dan berwarna putih keruh tidak berbau.

Namun dalam beberapa kasus, air ketuban bisa saja terjadi menjadi warna hijau, coklat, bahkan merah.

Sementara jika air ketuban yang berwarna hijau atau coklat, itu artinya mengindikasikan janin mengalami buang air besar (meconium) yang mengalami perubahan warna cairan ketuban. Hal tersebut menjadi indikasi bahwa janin di dalam kandungan sedang dalam kesulitan atau karena kehamilan telah cukup lama (postmatur), sehingga janin mengeluarkan tinja pertama di dalam rahim sang ibu.

Sedangkan air ketuban yang keluar berwarna merah seperti darah, kemungkinan terjadi karena ada masalah plasenta. Selain itu jika air ketuban yang gelap juga dapat menjadi indikasi bahwa janin meninggal selama kehamilan.

Editors' Pick

2. Chorioamnionitis

2. Chorioamnionitis
Freepik/Bearfotos

Selanjutnya apa saja ya ciri air ketuban yang memiliki masalah? Ya, salah satunya infeksi pada cairan ketuban yang dikenal chorioamnionitis.

Sementara chorioamnionitis itu sendiri adalah kondisi cairan ketuban yang terkena infeksi dan disebabkan oleh bakteri. Bakteri menginfeksi lapisan chorion (membran luar), amnion (kantung cairan) dan cairan ketuban yang mengelilingi janin.

Masalah chorioamnionitis dapat terjadi sebelum atau selama persalinan. Sedangkan infeksi bakteri ini dapat dimulai dari daerah anus, dubur, vagina dan kemudian naik ke dalam rahim ibu hamil.

Biasanya chorioamnionitis yang terjadi pada ibu hamil menunjukkan tanda-tanda seperti demam, berdebar-debar hingga berkeringat.

Apabila ibu hamil mengalami hal seperti itu maka harus melahirkan bayinya sesegera mungkin, karena kondisi ini dapat menyebabkan kelahiran prematur atau infeksi serius pada ibu maupun sang janin.

3. Ketuban pecah dini

3. Ketuban pecah dini
Freepik/Wavebreakmedia

Preterm Premature Rupture of Membranes(PPROM) atau Ketuban Pecah Dini (KPD) adalah salah satu kondisi yang menjadi penyebab utama persalinan caesar.

Pada umumnya KPD terjadi akibat turunnya kadar kolagen yang berfungsi untuk mempertahankan struktur ketuban, infeksi dan trauma.

Pada umumnya ketuban bisa pecah sebelum kehamilan menginjak usia 37 minggu. Apabila terjadi di luar waktu perkiraan, maka hal ini menjadi masalah serius pada ibu dan sang janin. Kondisi tersebut dinamakan ketuban pecah dini.

Penyebabnya sering kali tidak diketahui, tetapi beberapa faktor bisa memicu kondisi ketuban pecah sebelum waktunya seperti mengalami infeksi pada vagina, rahim atau leher rahim.

Jika ibu hamil merasakan adanya air mengalir dari vagina yang bukan urine sebelum usia kehamilan 34 minggu, segeralah ke rumah sakit dan kemungkinan dokter akan menahan Mama agar tidak terjadi persalinan.

4. Oligohidramnion

4. Oligohidramnion
Freepik/Wavebreakmedia

Selama masa kehamilan volume air ketuban secara rutin akan diperiksa untuk mengetahui apakah masih dalam kadar normal, terlalu banyak atau terlalu sedikit.

Hal tersebut perlu dilakukan karena jumlah air ketuban mencerminkan kondisi kesehatan janin.

Biasanya pemeriksaan dilakukan menggunakan ultrasonografi (USG). Sementara Volume air ketuban yang normal berada pada kisaran 60 milliliter (mL) ketika kehamilan berusia 12 minggu, 175 mL di usia 16 minggu, dan 400-1200 mL di usia kehamilan 34-38 minggu.

Apabila terjadi oligohidramnion, itu artinya kondisi yang menandakan adanya penurunan jumlah air ketuban di dalam rahim sebagai akibat dari masalah bawaan dengan janin atau memiliki masalah ginjal dan masalah lainnya.

Biasanya oligohidramnion dapat terjadi selama trimester berapa pun. Namun lebih sering terjadi selama 6 bulan pertama kehamilan.

5. Polihidramnion

5. Polihidramnion
Freepik/Wavebreakmedia

Masalah air ketuban di masa kehamilan selanjutnya yaitu polihidramnion.

Di mana polihidramnion adalah kondisi jumlah air ketuban di dalam rahim yang sangat banyak. Polihidramnion biasanya disebabkan oleh kelainan bawaan pada janin, kehamilan multipel (seperti kembar atau kembar tiga) atau karena ibu hamil mengalami diabetes gestasional.

Pada kasus polihidiramnion, volume air ketuban bisa meningkat dengan sangat cepat hingga mencapai 2-3 liter.

Polihidramnion dapat menimbulkan gejala jika kondisi sudah semakin parah, yakni bagian rahim atau organ sekitarnya terdesak oleh tekanan air ketuban. Gejala yang ditunjukkan biasanya sering merasakan nyeri perut yang luar biasa, gangguan pencernaan hingga kesulitan bernapas karena pembesaran rahim.

Mama sudah mengenali 5 tanda air ketuban yang tidak normal? Apabila mengalami salah satu masalah di atas, segeralah mendapat pertolongan untuk mencegah komplikasi lebih lanjut.

Baca juga:

The Latest