dr. Elvine Gunawan Ungkap Hampir 90% Ibu Baru Alami Baby Blues!

- Hampir 90% ibu baru alami baby blues karena kurangnya persiapan menyusui dan tugas berat merawat bayi
- Rutinitas baru bisa memicu stres, kelelahan fisik dan mental, serta gangguan suasana hati pascapersalinan
- Lingkungan yang tidak mendukung dapat memperburuk situasi ibu baru, dukungan emosional sangat diperlukan
Menjadi seorang ibu tentunya merupakan impian semua perempuan. Mama tentunya akan membayangkan momen penuh dengan tawa bayi, pelukan hangat, dan kebahagiaan yang tidak terbendung.
Namun, kenyataan di balik layar seringkali tidak seindah yang terlihat di foto-foto. Perjalanan Mama menjadi seorang orang tua baru tidak hanya soal cinta tanpa syarat, tetapi juga tentang perjuangan fisik dan emosional.
Nantinya, Mama akan merasa terkejut dengan perubahan drastis dalam kehidupan.
Mulai dari pola tidur yang hancur hingga tubuh yang belum pulih sepenuhnya, semuanya hadir dalam waktu yang bersamaan. Sayangnya, banyak dari tantangan ini tidak pernah benar-benar dibicarakan sebelumnya.
Oleh karena itu, penting bagi Mama untuk memahami kondisi ini lebih dalam. Berikut, Popmama.com rangkum penjelasan dr. Elvine Gunawan ungkap hampir 90% ibu baru alami baby blues! Penjelasan ini dirangkum berdasarkan unggahannya melalui TikTok.
Realita yang Tidak Diketahui Sebelum Melahirkan

Hampir semua Mama yang baru saja melahirkan anak pertama merasa tidak siap secara emosional karena tidak diberikan gambaran nyata tentang apa yang akan mereka hadapi setelah melahirkan.
Tidak ada yang memberitahukan mengenai puting yang lecet karena menyusui atau bagaimana menyusui bisa berubah menjadi tugas berat seperti rutinitas mesin.
Aktivitas seperti pumping, menyimpan ASI, dan membawa tas perlengkapan menyusui ke mana-mana menjadi tantangan besar yang jarang dibicarakan sebelumnya.
Tidak heran jika hampir 90% Mama baru akan mengalami baby blues, terutama saat melahirkan anak pertama.
Angka ini menunjukkan banyaknya tekanan emosional yang dialami Mama setelah melahirkan.
Rutinitas yang Bisa Menjadi Pemicu Stres

Tanggung jawab baru dalam mengurus si Kecil membuat Mama akan merasa kelelahan secara fisik maupun mental.
Jam tidur yang tidak menentu, harus terjaga di tengah malam, hingga rasa khawatir ketika ASI tumpah atau tidak cukup untuk si Kecil bisa menjadi beban tersendiri. Dilansir dari Mayo Clinic, kurang tidur, kelelahan ekstrem, dan tekanan merawat si Kecil yang baru lahir dapat memicu gangguan suasana hati pascapersalinan.
Rasa frustrasi yang datang saat segala sesuatu tidak berjalan sesuai rencana dapat memperburuk kondisi mental.
Apalagi, ketika Mama merasa tidak ada ruang untuk mengeluh karena dianggap sudah seharusnya begitu. Oleh karena itu, pemahaman ini perlu dibangun sebelum masa persalinan agar Mama bisa lebih siap secara mental.
Lingkungan Sekitar Bisa Menjadi Faktor Pemicu

Lingkungan yang tidak memahami perjuangan Mama bisa menyebabkan Mama merasa sendirian. Dalam penjelasannya, dr. Elvine mengatakan bahwa banyak Mama yang harus berjuang di lingkungan yang kurang mendukung, seperti harus tinggal bersama mertua atau orang tua dengan pola pikir berbeda.
Selain itu, memiliki pengasuh anak yang tidak kompeten atau justru menambah beban juga bisa memperburuk situasi.
Dilansir dari World Health Organization, kurangnya dukungan sosial dan konflik dengan pasangan atau anggota keluarga dapat meningkatkan risiko gangguan mental selama masa kehamilan dan setelah melahirkan.
Ketegangan dalam hubungan keluarga ini bisa menjadi pemicu konflik internal yang berujung pada stres.
Padahal, salah satu kunci utama dalam menghadapi baby blues adalah dukungan emosional dari orang-orang terdekat.
Itu dia, rangkuman dari dr. Elvine Gunawan ungkap hampir 90% ibu baru alami baby blues! Penting bagi Mama, pasangan, keluarga, dan masyarakat luas untuk lebih paham dan menghargai proses adaptasi Mama ketika menjadi ibu baru.