Retensi Plasenta: Penyebab, Ciri dan Penanganannya

Waspada Ma, komplikasi ini dapat membahayakan nyawa calon ibu

23 September 2022

Retensi Plasenta Penyebab, Ciri Penanganannya
themoderndoula.com.au

Tahap akhir dari proses persalinan terjadi ketika plasenta atau ari-ari bayi dikeluarkan dari rahim seorang ibu.

Bagi kebanyakan perempuan, proses keluarnya plasenta terjadi dengan sendirinya setelah bayi berhasil keluar melalui jalan lahir.

Namun, bagi sebagian lainnya, proses ini tidak terjadi secara otomatis, sehingga terjadi fenomena yang disebut retensi plasenta.

Jika tak segera ditangani dengan serius, dampaknya cenderung fatal bagi keberlangsungan hidup Mama yang baru melahirkan.

Untuk membahasnya lebih lanjut, kali ini Popmama.com telah merangkum tentang retensi plasenta: penyebab, ciri dan penanganannya. Langsung saja disimak yuk, Ma!

Apa yang Dimaksud dengan Retensi Plasenta?

Apa Dimaksud Retensi Plasenta
www.freepik.com
Bayi saat melahirkan

Pada umumnya persalinan berlangsung dalam tiga tahap:

  • Tahap pertama persalinan dimulai dengan kontraksi yang menunjukkan bahwa rahim sedang bersiap untuk proses persalinan.
  • Setelah sang Ibu melahirkan, tahap kedua persalinan dinyatakan selesai.
  • Tahap akhir persalinan terjadi ketika plasenta dikeluarkan dari rahim ibu.

Tahap terakhir ini biasanya terjadi dalam waktu 30 menit setelah bayi lahir.

Namun, jika sang Ibu belum mengeluarkan plasenta bayinya selama 30 menit setelah persalinan, maka kondisi ini disebut retensi plasenta (kondisi plasenta yang tertinggal di rahim).

Jika tak segera mendapat penanganan medis, sang Ibu rentan terkena infeksi hingga mengalami perdarahan akut, yang berisiko menyebabkan kematian. 

Editors' Pick

Jenis-jenis Retensi Plasenta

Jenis-jenis Retensi Plasenta
birthbecomesher.com

Retensi plasenta dibagi menjadi 3 (tiga) jenis berikut:

  • Placenta Adherens

Jenis retensi plasenta yang disebabkan karena kontraksi rahim tidak cukup kuat untuk mengeluarkan plasenta sepenuhnya.

Hal ini menyebabkan plasenta tetap longgar menempel pada dinding rahim. Ini adalah jenis retensi plasenta yang paling umum.

  • Plasenta Terperangkap

Jenis retensi plasenta ini terjadi ketika plasenta berhasil terlepas dari dinding rahim tetapi gagal dikeluarkan dari tubuh.

Ini biasanya terjadi sebagai akibat dari penutupan serviks sebelum plasenta dikeluarkan. Plasenta yang terperangkap pun tertinggal di dalam rahim.

  • Plasenta Akreta

Kondisi ini terjadi ketika plasenta menempel pada dinding otot rahim, bukan pada lapisan dinding rahim.

Persalinan menjadi lebih sulit dan sering mengakibatkan perdarahan hebat. Transfusi darah dan bahkan histerektomi mungkin diperlukan.

Penyebab Retensi Plasenta

Penyebab Retensi Plasenta
themoderndoula.com.au

Berikut merupakan hal-hal yang dapat menyebabkan retensi plasenta:

  • Plasenta Percretayang terjadi ketika plasenta berkembang hingga menembus dinding rahim.
  • Atonia Uteri, yang terjadi ketika kontraksi ibu hamil terhenti atau tidak cukup kuat untuk mengeluarkan plasenta dari rahimnya.
  • Pelekatan plasenta, yang terjadi ketika seluruh atau sebagian plasenta menempel pada dinding rahim. Dalam kondisi yang jarang terjadi, hal ini disebabkan plasenta telah tertanam kuat di dalam rahim.
  • Placenta Accreta, yang terjadi ketika plasenta telah tertanam jauh di dalam rahim. Bisa disebabkan oleh bekas luka operasi caesar sebelumnya.
  • Plasenta terperangkap, yang terjadi ketika plasenta terlepas dari rahim tetapi tidak keluar. Sebaliknya, ia terperangkap di belakang serviks yang tertutup atau serviks yang sebagian tertutup.

Bidan atau dokter dapat membantu mencegah retensi plasenta dengan menarik tali pusat dengan lembut.

Namun, tali pusat bisa terputus jika plasenta belum sepenuhnya terlepas dari dinding rahim atau jika tali pusatnya tipis.

Apabila hal ini terjadi, pelepasan plasenta dapat dilakukan dengan menggunakan kontraksi untuk mendorongnya keluar.

Selain penyebab yang disebutkan, ada beberapa faktor risiko lainnya seperti:

  • Kehamilan yang terjadi pada wanita di atas usia 30 tahun
  • Persalinan prematur yang terjadi sebelum minggu ke-34 kehamilan
  • Mengalami tahap pertama dan kedua persalinan yang berlangsung lama
  • Melahirkan bayi yang lahir mati

Ciri Retensi Plasenta

Ciri Retensi Plasenta
Pinterest.com/Mum's Grapevine

Tanda paling jelas dari plasenta yang tertinggal adalah ketika gagal dikeluarkan sepenuhnya dari rahim 30 menit hingga satu jam setelah bayi lahir.

Namun, ada beberapa ciri lain yang juga umum terjadi seperti:

  • demam
  • keluarnya cairan berbau busuk dari area vagina
  • adanya potongan besar jaringan yang berasal dari plasenta
  • perdarahan hebat
  • rasa sakit yang tidak berhenti

Penanganan Retensi Plasenta

Penanganan Retensi Plasenta
Pinterest.com/Sophie Messager

Penanganan untuk plasenta yang tertinggal dilakukan dengan prosedur pengangkatan dari rahim.

Selain itu, ada beberapa metode lain yang bisa dilakukan seperti:

  • Mengeluarkan plasenta secara manual. Prosedur ini dilakukan langsung oleh dokter. Namun, hal ini bisa berisiko mengakibatkan infeksi.
  • Obat-obatan yang mengendurkan rahim sebagai perangsang kontraksi. Pada beberapa kasus obat juga dapat digunakan untuk membantu mengeluarkan plasenta dari rahim.
  • Menyusui. Hal ini dapat dimanfaatkan dalam beberapa situasi karena proses tersebut menyebabkan rahim berkontraksi, sehingga memudahkan keluarnya plasenta dari rahim.

Pada beberapa kasus, buang air kecil cukup efektif untuk mengeluarkan plasenta karena kandung kemih yang penuh terkadang dapat menghalangi pengeluaran plasenta dari rahim.

Jika tidak satu pun dari metode ini berhasil mengeluarkan plasenta dari rahim, operasi darurat diperlukan sebagai upaya terakhir.

Namun, tentu saja prosedur operasi hanya akan dilakukan apabila keadaan sangat darurat dan mengancam nyawa sang Ibu.

Demikian informasi mengenai retensi plasenta: penyebab, ciri dan penanganannya. Semoga penjelasan ini dapat menambah wawasan para calon Mama, ya. Jangan lupa untuk selalu menjaga kesehatan ya, Ma!

Baca juga:

The Latest