Baca artikel Popmama lainnya di IDN App
For
You

Risiko Hipertensi bagi Ibu Menyusui

ibu menyusui 1.jpg
Freepik
Intinya sih...
  • Risiko stroke dan kejang-kejang setelah persalinan
  • Gangguan produksi ASI akibat obat antihipertensi
  • Risiko preeklampsia pasca persalinan yang serius

Menyusui adalah salah satu fase paling penting dalam kehidupan seorang ibu dan bayi. Bukan hanya memberi nutrisi, tapi juga membangun ikatan emosional yang kuat antara Mama dan si Kecil. Namun, bagi Mama yang mengalami hipertensi pascapersalinan, periode ini dapat membawa tantangan tambahan. Hipertensi bisa memengaruhi kesehatan mama dan proses menyusui si Kecil.

Tahukah Mama, hipertensi dapat meningkatkan risiko komplikasi seperti stroke, preeklampsia, dan gangguan jantung. Selain itu, beberapa obat antihipertensi juga dapat mempengaruhi produksi ASI atau memiliki efek samping pada si Kecil. Oleh karena itu, penting bagi Mama untuk memahami risiko yang ada.

Berikut, Popmama.com rangkum 7 risiko punya hipertensi untuk ibu menyusui!

1. Risiko stroke hingga kejang-kejang

tekanan darah tinggi.jpg
Freepik/stockking

Tahukah Mama, hipertensi pascapersalinan dapat meningkatkan risiko stroke dan kejang. Hal ini diakibatkan karena tekanan darah tinggi yang tidak terkontrol dapat menyebabkan kerusakan pada pembuluh darah otak yang berpotensi mengakibatkan stroke.

Dilansir dari Cleveland Clinic, kondisi ini dapat terjadi hingga enam minggu setelah si Kecil lahir. Kondisi ini dapat terjadi karena Mama mengalami tekanan darah tinggi dan terdapat kadar protein tinggi dalam urin mama. Kondisi ini membutuhkan perhatian medis yang sesuai karena dapat menyebabkan kerusakan otak, stroke, hingga kematian.

2. Gangguan produksi ASI untuk si Kecil

ibu menyusui 2.jpg
Freepik

Beberapa obat untuk mengatasi hipertensi dapat memengaruhi produksi ASI mama. Hal ini diakibatkan obat diuretik seperti furosemide bekerja dengan mengurangi volume cairan dalam tubuh. Hal ini dapat memberikan dampak pada volume ASI yang dihasilkan.

Dilansir dari NHS UK, obat furosemide yang masuk ke dalam ASI dalam jumlah kecil diharapkan tidak akan memberikan efek samping pada si Kecil. Tetapi, obat ini dapat mengurangi jumlah ASI yang diproduksi.

3. Risiko terjadinya preeklampsia pascapersalinan

perempuan pusing.jpg
Freepik/cookie_studio

Preeklampsia tidak hanya terjadi saat hamil, tetapi bisa muncul juga setelah persalinan. Preeklampsia pascapersalinan dapat berujung pada kondisi yang lebih serius jika tidak ditangani dengan sigap.

Dilansir dari Mayo Clinic, preeklampsia pascapersalinan adalah kondisi serius yang dapat menyebabkan komplikasi seperti stroke dan kejang. Preeklampsia yang muncul dengan beberapa gejala lain, harus segera dikonsultasikan ke tenaga medis.

4. Efek samping obat hipertensi bagi si Kecil

ibu menyusui 3.jpg
Freepik

Tahukah Mama, beberapa obat untuk mengatasi hipertensi dapat masuk ke dalam ASI dan memengaruhi pertumbuhan si Kecil. Meskipun sebagian besar bayi tidak menunjukkan gejala tertentu, masih ada risiko bayi mengalami efek samping ringan seperti penurunan denyut jantung atau gangguan pernapasan.

Dilansir dari American Family Physician, mengonsumsi obat diuretik tidak berbahaya dan umum digunakan pada ibu menyusui. Namun, penggunaannya tetap harus dengan pengawasan medis untuk memastikan keamanan si Kecil.

5. Mengalami gangguan kesehatan mental

gangguan mental.jpg
Freepik

Hipertensi pascapersalinan dapat berdampak juga pada kesehatan mental mama. Mama dapat merasakan depresi, kecemasan, hingga gangguan stres pascatrauma (PTSD). Mama akan merasa kewalahan ataupun kehilangan ikatan emosional dengan si Kecil. Hal ini dapat terjadi karena Mama merasa lelah dan mendapatkan tekanan batin dari penyakit ini.

Dilansir dari Preeclampsia Foundation, terdapat penelitian yang menunjukkan bahwa perempuan yang mengalami kehamilan traumatis seperti preeklamsia berat dan eklamsia memiliki insiden PTSD ​​yang lebih tinggi daripada perempuan tanpa komplikasi ini. Mama disarankan untuk mencari dukungan psikologis dan melakukan pemantauan kesehatan mental jika sudah merasakan gejala ini.

6. Risiko kardiovaskular jangka panjang

jantung.jpg
Freepik

Hipertensi yang dialami mama juga bisa menyebabkan risiko kardiovaskular di masa depan. Mama yang mengalami hipertensi selama atau setelah kehamilan, memiliki kemungkinan lebih tinggi mengalami serangan jantung, stroke, dan gagal jantung dalam 5–15 tahun setelah melahirkan. Hal ini dapat terjadi jika hipertensi tidak ditangani dengan baik.

Dilansir dari American Heart Association, hipertensi selama dan setelah kehamilan bisa menjadi prediktor penting untuk risiko penyakit jantung jangka panjang. Mama disarankan untuk mencegah komplikasi ini dengan menjalani evaluasi kesehatan jantung secara berkala dan mulai mengatur pola hidup sehat.

7. Mengalami gangguan tidur

gangguan tidur.jpg
Freepik

Ketika Mama memiliki hipertensi, memiliki jam tidur yang berkualitas akan menjadi salah satu tantangan tersendiri. Hal ini diakibatkan tekanan darah tinggi dapat menyebabkan gangguan tidur seperti insomnia. Ketika kurang tidur, Mama dapat memperparah tekanan darah dan memperburuk kondisi fisik dan mental mama.

Berdasarkan hasil sebuah studi dari American Journal of Obstetrics & Gynecology, menemukan bahwa wanita dengan hipertensi pascapersalinan melaporkan kualitas tidur yang lebih rendah dibandingkan dengan wanita yang tekanan darahnya kembali normal setelah melahirkan. Hal ini menunjukkan bahwa gangguan tidur dapat menjadi faktor yang memperburuk kondisi hipertensi pada mama.

Itu dia, 7 risiko punya hipertensi untuk ibu menyusui! Jangan lupa untuk cek kesehatan secara berkala dan menjaga pola hidup sehat, ya, Ma!

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Onic Metheany
EditorOnic Metheany
Follow Us