Telantarkan Pasien Melahirkan, Izin Praktik Bidan di Madura Dicabut

Kasus penelantaran pasien merupakan bentuk pelanggaran serius

13 Juli 2020

Telantarkan Pasien Melahirkan, Izin Praktik Bidan Madura Dicabut
Freepik/noxos

Dinas Kesehatan Pemerintah Kabupaten Sampang, Jawa Timur, mencabut izin praktik seorang bidan yang terbukti menelantarkan seorang ibu yang hendak melahirkan. Bidan Desa Ketapang Barat, Kecamatan Ketapang, Sampang, menelantarkan persalinan seorang ibu hamil hingga harus melahirkan di depan rumah bidan tersebut.

Bagaimana kronologinya sampai si Ibu melahirkan di depan rumah bidan? Simak ulasannya di Popmama.com berikut ini.

1. Ibu yang mau melahirkan tidak direspons dengan alasan sakit dan tidak ada asisten

1. Ibu mau melahirkan tidak direspons alasan sakit tidak ada asisten
parents.com

Kejadian tak terlupakan dialami pasangan suami istri asal Kabupaten Sampang, Madura, Zainuri (28) dan Aljannah (25) pada Sabtu (4/7/2020) malam.

Dalam kondisi kritis karena akan melahirkan, Zainuri bersama istrinya berangkat dari rumah menggunakan sepeda motor sekitar pukul 21.00. Mereka pun tiba di rumah bidan SF pada pukul 21.30.

Sesampainya di sana, panggilan Zainuri pun tidak kunjung direspons oleh bidan SF.  “Tapi yang merespons adalah suaminya dan suaminya bilang kalau istrinya sedang sakit,” ungkapnya.

“Tidak lama kemudian anaknya menyusul keluar dengan memberikan pernyataan yang tidak sama dengan ayahnya, bahwa si Ibu tidak bisa melayani karena tidak ada asisten,” tutur Zainuri.  

Editors' Pick

2. Si Ibu pun terpaksa melahirkan secara mandiri di depan rumah bidan

2. Si Ibu pun terpaksa melahirkan secara mandiri depan rumah bidan
Pexels.com

Sudah menunggu lama dan sedang dalam kondisi kritis, istri Zainuri semakin meronta kesakitan sehingga mengundang kehadiran warga sekitar. Pasangan ini juga meminta bantuan keluarga.

Aljannah akhirnya melahirkan secara mandiri tanpa bantuan bidan di tengah tontonan warga sekitar pada pukul 23.00.

Mengetahui Aljannah sudah melahirkan, suami bidan SF masuk ke dalam rumah untuk memanggil istrinya. Tidak lama kemudian, Bidan SF keluar rumah untuk memberikan pelayanan dengan menggunakan APD lengkap.

Zainuri beserta istri dan bayinya pun diminta untuk masuk ke dalam rumah. Bayi yang baru lahir tersebut kemudian dibersihkan dan diletakkan di dalam inkubator selama 15 menit. Selanjutnya, Zainuri diharuskan membayar biaya sebesar Rp 800.000 kepada bidan SF.

“Pukul 23.30 WIB kami disuruh pulang, alhamdulilah, anak saya lahir dengan normal, jenis kelamin perempuan,” kata Zainuri.

Namun, penderitaan sang Istri masih berlanjut. Pasalnya, saat tiba di rumah, Aljannah masih mengalami perdarahan. Zainuri memanggil bidan lain untuk meminta pertolongan keesokan harinya. Ia trauma akan mengalami hal yang sama jika kembali ke bidan SF.

“Keesokan harinya istri saya mengalami perdarahan besar dengan wajah pucat, jadi saya memanggil bidan lain. Kalau meminta pertolongan ke bidan yang sama, saya takut kembali terjadi hal yang serupa,” ucap Zainuri.

3. Sanksi Tegas Diberikan Atas Rekomendasi Ikatan Bidan Indonesia

3. Sanksi Tegas Diberikan Atas Rekomendasi Ikatan Bidan Indonesia
Pixabay/succo

Berita ini pun dengan cepat tersebar. Sehingga Ikatan Bidan Indonesia (IBI) merekomendasikan pencabutan izin praktik bidan SF. IBI menilai bidan SF menyalahi kode etik profesi kebidanan.

Plt Kepala Dinas Kesehatan Sampang, Agus Mulyadi, mengungkapkan, izin praktik bidan SF dicabut selama tiga bulan.

”Pencabutan sementara izin praktik ini sebagai bentuk sanksi untuk memberikan efek jera. Keputusan memberi sanksi dengan mencabut izin praktik bidan SF ini, karena yang bersangkutan telah melanggar kode etik kebidanan,” kata Agus.

Selain melanggar kode etik kebidanan, sanksi ini diberikan karena kasus penelantaran seorang ibu yang hendak melahirkan adalah salah satu bentuk pelanggaran serius.

Dengan kejadian itu, lanjut Agus, Dinkes meminta semua tenaga kesehatan harus tetap melayani masyarakat dalam kondisi apapun. Sebab, sudah menjadi tugas dan tanggung jawabnya.

Perbedaan Melahirkan di Rumah Sakit dan di Bidan

Perbedaan Melahirkan Rumah Sakit Bidan
freepik.com/biancoblue

Di Indonesia, tidak sedikit ibu hamil yang memilih untuk melahirkan dengan bantuan bidan. Selain biaya yang cenderung terjangkau dan ekonomis, jasa kebidanan dinilai lebih mudah dijangkau, cepat, friendly, dan memiliki prosedur yang tidak serumit rumah sakit atau dokter.

Sebelum memutuskan, pertimbangkan kelebihan dan kekurangannya dulu, Ma.

Berikut beberapa kelebihan memilih bidan untuk membantu melahirkan:

  • Bidan memiliki intervensi yang lebih rendah, sehingga lebih cocok bagi Mama yang menghindari tindakan berlebihan yang tidak dibutuhkan saat persalinan.
  • Jika Mama memilih bidan, biasanya Mama akan punya lebih banyak waktu saat kunjungan prenatal. Sehingga bidan bisa menjawab seluruh pertanyaan mama dan menjelaskan apa yang terjadi.
  • Seorang bidan cenderung lebih menempatkan posisinya sebagai teman atau partner dalam perawatan kehamilan mama.
  • Biasanya mereka memiliki tempat persalinan yang suasananya lebih nyaman dan ‘ramah’ sehingga bisa sedikit mengurangi ketegangan.
  • Biaya persalinan lebih murah dibandingkan dengan dokter atau rumah sakit.

Namun, ada juga beberapa kekurangan, seperti:

  • Bidan hanya melakukan pemeriksaan dasar saja, seperti tekanan darah, berat badan ibu, maupun gula darah. Sedangkan, pemeriksaan lebih lanjut seperti USG dan perkembangan janin secara lengkap sangat penting untuk dilakukan. Pemeriksaan ini dapat dilakukan oleh dokter.
  • Peralatan medis kurang lengkap. Sehingga tidak bisa menangani komplikasi persalinan yang serius.
  • Bidan hanya melayani ibu hamil yang sehat dengan kehamilan yang tidak berisiko.
  • Akses obat terbatas, tidak sebanyak dokter.
  • Tidak dapat melayani persalinan prematur dan tidak memiliki wewenang untuk melakukan prosedur operasi caesar.

Selain memilih seseorang yang membuat proses persalinan mama berjalan nyaman, pertimbangkan juga kesehatan dan kondisi kehamilan mama.

Itulah kronologis penelantaran seorang Mama yang hendak melahirkan oleh bidan di Madura. Semoga kejadian penelantaran ibu melahirkan ini tidak terulang lagi kelak ya, Ma.

Baca juga:

The Latest