- Kehamilan ektopik, yang merupakan keadaan darurat medis.
- Infeksi.
- Keguguran.
- Perdarahan subkorionik, juga disebut hematoma subkorionik, adalah ketika perdarahan terjadi di antara dinding rahim dan plasenta.
- Penyakit trofoblastik gestasional (GTD), suatu kondisi sangat langka yang terjadi pada kehamilan tidak normal. GTD menyebabkan embrio atau bakal janin tidak terbentuk setelah pembuahan.
Apakah Ibu Hamil Bisa Haid? Ini Faktanya, Ma

Pada dasarnya, ibu hamil tidak haid atau menstruasi. Jika terjadi flek atau perdarahan vagina, hal ini mungkin disebabkan oleh alasan lain, Ma. Dan bukan karena menstruasi.
Biasanya ibu hamil akan mengalami bercak selama awal kehamilan. Bercak itu berwarna merah muda terang atau cokelat tua.
Namun bila pendarahan cukup banyak hingga memenuhi pembalut atau tampon, itu bisa menjadi pertanda Mama tidak hamil.
Selain itu, bila hasil tes kehamilan positif dan mengalami pendarahan hebat saat hamil, Mama perlu mencari perawatan medis.
Nah, pada ulasan berikut ini, Popmama.com telah merangkum informasi terkait apakah ibu hamil bisa haid. Semoga bisa menambah wawasan, ya, Ma.
Apakah Ibu Hamil Bisa Haid?

Saat sedang hamil, perempuan tidak mengalami ovulasi dan tidak akan mengalami menstruasi. Menstruasi hanya terjadi pada perempuan yang tidak hamil, Ma
Meskipun ada kemungkinan perempuan mengalami pendarahan selama kehamilan, namun pendarahan tersebut tidak disebabkan oleh siklus menstruasi.
Beberapa perempuan juga tidak menstruasi saat menyusui. Namun, mereka mungkin masih mulai berovulasi lagi segera setelah melahirkan. Oleh karena itu, dokter mungkin menyarankan beberapa bentuk alat kontrasepsi pada ibu menyusui yang tidak ingin hamil lagi.
Menurut dr. M. Yunus Haya, SpOG, siklus menstruasi terjadi untuk memfasilitasi kehamilan. Siklus ini dimulai pada hari pertama menstruasi dan berakhir pada hari pertama menstruasi di periode berikutnya.
Ovulasi terjadi ketika ovarium melepaskan sel telur, secara umum berlangsung di tengah-tengah siklus (biasanya hari ke-14).
Sel telur hanya dapat bertahan sekitar 12–24 jam setelah Mama berovulasi. Jika ada sel sperma dan mampu membuahi sel telur, maka sel telur akan menempel di rahim dan menyebabkan kehamilan.
Jika tidak terjadi pembuahan, maka akan terjadi menstruasi, dan tubuh meluruhkan lapisan rahim. Tubuh mulai membuat sel telur yang baru untuk siklus menstruasi berikutnya.
Penyebab Lain Pendarahan saat Hamil

Perempuan hamil ternyata juga bisa mengalami pendarahan vagina yang mirip seperti menstruasi.
Berikut adalah penjelasan tentang beberapa penyebab pendarahan yang terjadi saat hamil.
Pendarahan cenderung lebih sering terjadi selama trimester pertama kehamilan, Ma. Bercak ringan bisa terjadi saat plasenta tertanam di dalam rahim.
Ibu hamil juga dapat mengalami perubahan pada sel-sel serviks selama kehamilan. Hal ini pun bisa menyebabkan perdarahan ringan, terutama setelah berhubungan intim, Ma.
Penyebab lain perdarahan pada trimester pertama meliputi:
Penyebab perdarahan pada masa akhir kehamilan, dapat meliputi:
- Pemeriksaan serviks: Dokter melakukan pemeriksaan serviks untuk memeriksa adanya kelainan. Prosedur ini dapat menyebabkan perdarahan ringan.
- Plasenta previa: Ini adalah suatu kondisi ketika plasenta berimplantasi di dekat atau pada pembukaan serviks.
- Persalinan atau persalinan prematur: Selama persalinan, serviks akan melebar, dan rahim berkontraksi untuk membantu menggerakkan janin ke bawah. Hal ini dapat menyebabkan perdarahan.
- Hubungan intim: Meski sebagian besar perempuan boleh berhubungan seksual saat hamil, kecuali dokter menyarankan sebaliknya, mereka mungkin mengalami bercak dan perdarahan karena peningkatan sensitivitas jaringan vagina dan serviks.
- Rahim pecah: Kondisi ini terjadi saat rahim robek saat persalinan, yang merupakan keadaan darurat medis. Kondisi ini jarang terjadi, tetapi lebih mungkin terjadi jika seorang perempuan sebelumnya pernah menjalani operasi caesar atau operasi pada rahim.
- Solusio plasenta: Ini merupakan kondisi plasenta mulai terpisah dari rahim sebelum bayi lahir. Ini juga merupakan keadaan darurat medis.
Jika mengalami perdarahan pada setiap tahap kehamilan dan merasa khawatir, Mama perlu mencatat warna, jumlah, dan konsistensi perdarahan kemudian segera berkonsultasi dengan dokter.
Berapa Lama Pendarahan atau Flek saat Kehamilan Berlangsung?

Tidak seperti periode menstruasi, flek atau pendarahan selama kehamilan umumnya hanya berlangsung sekitar 1 hingga 2 hari.
Jika flek tersebut merupakan pendarahan implantasi, kemungkinan besar terjadi beberapa hari lebih awal dari periode menstruasi berikutnya, Ma. Pendarahan ini akan jauh lebih ringan. Pendarahan implantasi tidak memerlukan perawatan dan akan berhenti dengan sendirinya.
Namun, bahkan jika Mama mengira mengalami pendarahan implantasi dan merasa khawatir, Mama sebaiknya berkonsultasi dengan dokter, ya.
Kapan Mama Harus Menemui Dokter Bila Terjadi Pendarahaan saat Hamil?

Segera hubungi dokter jika mengalami pendarahan saat hamil apabila disertai gejala lain. Gejala-gejala tersebut meliputi:
- Nyeri atau kram.
- Pusing atau pingsan.
- Pendarahan hebat atau keluarnya gumpalan darah.
- Nyeri hebat di perut dan panggul.
Juga, temui dokter jika darah yang keluar dari vagina berwarna merah terang dan jumlahnya banyak sampai membuat pembalut bocor atau rembes, Ma.
Pendarahan vagina dan nyeri panggul pada awal kehamilan mungkin merupakan tanda kehamilan ektopik. Terutama jika gejala-gejala ini terjadi sebelum USG awal. Setiap ibu hamil yang mencurigai adanya kehamilan ektopik harus menemui dokter secepat mungkin, ya.
Jika mengalami pendarahan dan memiliki gejala persalinan prematur (persalinan sebelum usia kehamilan 37 minggu) segera periksakan kehamilan ke dokter, Ma. Gejalanya dapat meliputi nyeri konstan di punggung bawah, kram perut, dan kontraksi teratur.
Nah, sekarang Mama sudah mengetahu tentang apakah ibu hamil bisa haid. Jawabannya tidak, ya, Ma. Bila terjadi pendarahan selama kehamilan, segera periksakan diri ke dokter.
Semoga kehamilannya selalu sehat, Ma!


















