Mengenal Sistem Reproduksi Perempuan dan Fungsinya bagi Tubuh

Seperti apa fungsi dan kerja dari berbagai organ di sistem reproduksi tubuh perempuan?

22 Desember 2022

Mengenal Sistem Reproduksi Perempuan Fungsi bagi Tubuh
Pexels/Anastasiya Gepp

Sistem reproduksi perempuan memiliki beberapa bagian masing-masing. Fungsinya mulai dari haid, persiapan kehamilan, sampai pada masa melahirkan.

Meski organ-organ dalam sistem reproduksi dimiliki sejak lahir, namun pada dasarnya kemampuan reproduksi baru akan dimulai setelah masa pubertas.

Apabila dicurigai ada masalah pada sistem reproduksi, segera lakukan pemeriksaan ke dokter spesialis ya, Ma. Semakin dini masalah ditemukan, semakin besar pula peluang kesembuhan bisa didapat.

Dilansir Web MD, sistem reproduksi perempuan dirancang untuk menjalankan beberapa fungsi. Ada yang berfungsi menghasilkan sel telur, mengangkut sel telur ke tempat pembuahan, sampai akhirnya terjadi pembuahan dan proses penanaman ke dinding rahim untuk memulai tahap awal kehamilan.

Jika pembuahan tidak terjadi, sistem reproduksi perempuan dirancang untuk melepaskan lapisan rahim menjadi darah haid. Selain itu, sistem reproduksi juga mampu menghasilkan hormon yang menjaga siklus reproduksi.

Organ reproduksi wanita terdiri dari bagian luar dan bagian dalam. Bagian luar organ reproduksi wanita terdiri dari labia, kelenjar bartholin, dan klitoris. Sementara bagi dalam organ reproduksi wanita terdiri dari vagina, rahim, ovarium, dan saluran tuba.

Berikut Popmama.com rangkum informasi tentang sistem reproduksi perempuan, disimak, yuk, Ma.

1. Organ reproduksi bagian luar

1. Organ reproduksi bagian luar
Pixabay/PublicDomainPictures

Fungsi struktur organ reproduksi perempuan bagian luar ada dua, yakni untuk memungkinkan sperma memasuki tubuh dan melindungi organ genital internal dari organisme berbahaya. Struktur organ reproduksi bagian luar meliputi:

  • Labia

Labia adalah organ reproduksi perempuan bagian terluar yang terdiri dari dua pasang lipatan kulit, bernama labia mayora dan labia minora. Jika dibandingkan, labia mayora relatif lebih besar dan sebanding dengan skrotum pada laki-laki. Labia mayora mengandung kelenjar keringat dan minyak. Setelah pubertas, labia mayora biasanya akan ditutupi rambut.

  • Kelenjar Bartholin

Kelenjar ini terletak di samping lubang vagina dan berfungsi untuk menghasilkan sekresi cairan (lendir). Cairan ini kemudian berfungsi sebagai pelumas vagina saat berhubungan intim.

  • Klitoris

Kedua sisi labia minora terlihat mengapit klitoris, yakni sebuah tonjolan kecil yang sangat sensitif. Bagian ini sebanding dengan penis pada laki-laki. Klitoris ditutupi oleh lipatan kulit yang disebut preputium.

Editors' Pick

2. Organ reproduksi bagian dalam

2. Organ reproduksi bagian dalam
Freepik

Sementara itu, organ reproduksi perempuan yang berada di bagian dalam tubuh, sebagian besar terletak di dalam rongga panggul atau pelvis. Bagian-bagian tersebut memiliki fungsi yang lebih teknis dan berkaitan langsung dengan sistem reproduksi.

Organ ini pun sangat dipengaruhi fungsinya oleh hormon dan kondisi tubuh secara keseluruhan. Penting untuk selalu menjaga organ dari sistem reproduksi ini, Ma. Struktur dari organ reproduksi bagian dalam yaitu:

  • Vagina

Vagina adalah saluran yang menghubungkan antara serviks (leher rahim) degan bagian luar tubuh. Ini juga menjadi jalan lahir saat persalinan dan tempat penetrasi saat berhubungan intim. Penting bagi Mama untuk selalu menjaga kebersihan vagina dengan membasuh air bersih dan mengeringkannya kembali sebelum menggunakan celana dalam.

  • Rahim

Rahim adalah organ yang berongga dan berbentuk seperti buah pir saat Mama tidak sedang hamil. Ini adalah rumah bagi janin yang sedang berkembang. Rahim dibagi menjadi dua bagian, yaitu serviks yang merupakan bagian bawah sekaligus pintu masuk antara rahim dan vagina, serta korpus yang merupakan bagian utama rahim.

  • Ovarium (indung telur)

Ovarium berbentuk kelenjar kecil seperti oval yang terletak di kedua sisi rahim. Meskipun kecil, organ ini memiliki fungsi penting yakni memproduksi sel telur dan hormon utama perempuan yaitu estrogen dan progesteron.

  • Saluran tuba (tuba fallopi)

Saluran ini berbentuk sempit dan melekat pada bagian atas rahim. Fungsinya yakni sebagai jalan bagi sel telur untuk menuju rahim. Konsepsi atau proses pembuahan sel telur oleh sperma, biasanya akan terjadi di saluran tuba. Sel telur yang telah dibuahi ini kemudian akan bergerak ke rahim untuk berkembang di dinding rahim.

3. Proses terjadinya siklus haid

3. Proses terjadi siklus haid
Pexels/Vanessa Ramirez

Saat memasuki usia aktif reproduksi, aktivitas hormonal tubuh perempuan akan berulang dalam jeda sekitar satu bulan. Dalam setiap siklus, tubuh bersiap untuk potensi kehamilan.

Ketika kehamilan tidak terjadi, akan ada pelepasan dari lapisan uterus yang disebut sebagai haid atau menstruasi.

Siklus haid rata-rata memakan waktu sekitar 28 hari dan terjadi dalam beberapa fase, yaitu fase folikular, fase ovulasi, dan fase luteal. Fase folikular adalah fase awal di mana terjadi perubahan hormonal tubuh, sementara fase ovulasi yakni fase pelepasan sel telur menuju saluran tuba. Dalam fase ini, lendir yang dihasilkan oleh serviks berfungsi untuk membantu sperma bergerak menuju sel telur.

Ketika jika tidak ada pembuahan yang terjadi, fase berikutnya yakni fase luteal. Sel telur yang sudah lepas dan tidak dibuahi kemudian akan melewati rahim. Ia lalu akan luruh, setelah itu haid pun terjadi, Ma.

Ada empat hormon utama yang terlibat dalam siklus haid, yakni hormon perangsang folikel, hormon luteinizing, estrogen, dan progesteron

4. Tentang sel telur yang dimiliki tubuh perempuan

4. Tentang sel telur dimiliki tubuh perempuan
Freepik/Whatwolf

Saat bayi perempuan dilahirkan, tubuhnya memiliki 1-2 juta sel telur. Ya, ini karena janin sudah mulai memproduksi sel telur saat masih berusia 6 bulan di dalam kandungan.

Pada saat dilahirkan, sebagian sel telur yang belum matang tersebut akan mati. Kemudian saat memasuki masa pubertas, biasanya jumlah sel telur yang tersisa yakni sekitar 300 ribu saja.

Dari jumlah ini, hanya sekitar 500 sel telur saja yang kemudian akan mengalami ovulasi selama masa reproduksi perempuan. Nantinya sisa sel telur yang masih ada akan mati secara bertahap saat menopause.

Sel telur memiliki ukuran yang besar, Ma. Bahkan sel telur juga menjadi salah satu sel terbesar dalam tubuh perempuan. Sel ini memiliki diameter sekitar 100 mikron atau kira-kira setebal sehelai rambut. Tak perlu menggunakan mikroskop, sel telur juga bisa dilihat secara langsung dengan mata telanjang.

5. Tips menjaga kesehatan organ sistem reproduksi

5. Tips menjaga kesehatan organ sistem reproduksi
Freepik/Pressfoto

Sudah diketahui betapa banyak organ dalam sistem reproduksi yang masing-masingnya memiliki fungsi penting. Oleh sebab itu, Mama perlu selalu menjaga kesehatan dan kebersihan sistem reproduksi.

Salah satunya adalah mencegah terjadinya penyakit menular seksual, Ma. Cara ini bisa Mama lakukan dengan menggunakan alat kontrasepsi. Selain itu, penting juga untuk tidak berganti-ganti pasangan saat sudah aktif secara seksual.

Apabila Mama sudah siap untuk hamil, jangan lupa untuk selalu rutin melakukan konsultasi ke dokter. Ini membantu tubuh mama untuk mendapatkan perawatan yang tepat. Dengan begitu, proses persalinan nanti pun bisa berjalan lebih lancar.

Perbaiki juga gaya hidup sehari-hari seperti pola makan dan pola istirahat, ya. Kedua hal ini berperan penting dalam menjaga keseimbangan hormon.

Misalnya jika pola makan mama berlebihan hingga kemudian menimbulkan kegemukan, hal ini juga berdampak pada produksi hormon dan proses ovulasi, serta meningkatkan risiko kelembapan di area organ reproduksi.

Hindari penggunaan sabun khusus kewanitaan yang mengandung bahan kimia seperti pewangi, karena justru dapat membunuh bakteri baik di dalam vagina. Perhatikan juga cara mama membasuh vagina, pastikan arah basuhnya dari depan ke belakang dan bukan sebaliknya, ya.

Demikian informasi yang penting yang perlu Mama ketahui tentang sistem reproduksi perempuan. Jaga selalu kesehatan organ reproduksi mama, ya!

Baca juga:

The Latest