Merasa Baik-Baik Saja, Ini Dampak Self Diagnosis pada Kanker Serviks

- Keluhan dianggap sepele, ternyata kanker serviks stadium tiga
- Pentingnya pemeriksaan lanjutan seperti CT Scan
- Penting agar Mama nggak melakukan self diagnosis
Kadang, Mama bisa merasa panik saat merasakan perubahan kecil pada tubuh, lalu langsung terpikir kemungkinan penyakit serius seperti kanker. Perasaan cemas ini sebenarnya wajar, tetapi mendiagnosis diri sendiri justru bisa menimbulkan stres berlebihan dan kesalahpahaman tentang kondisi kesehatan yang sebenarnya.
Di sisi lain, nggak sedikit perempuan yang justru menganggap keluhan pada area kewanitaan sebagai hal biasa dan akan hilang dengan sendirinya. Selama masih bisa beraktivitas seperti biasa, rasa nggak nyaman sering diabaikan. Padahal, tubuh kerap memberi sinyal sejak dini ketika ada masalah yang perlu diperhatikan lebih serius.
Cerita yang dibagikan dokter spesialis kandungan ini menjadi pengingat penting agar Mama nggak melakukan self diagnosis. Merasa “baik-baik saja” belum tentu aman, apalagi jika keluhan terus berulang tanpa skrining yang tepat.
Berikut Popmama.com rangkum kisah pasien yang merasa sehat, hingga akhirnya mengetahui dampak self diagnosis pada kanker serviks. Yuk, simak bersama!
1. Keluhan dianggap sepele, ternyata kanker serviks stadium tiga

Dilansir dari akun TikTok @dryusuf.spog, dr. Yusuf membagikan cerita seorang pasien yang awalnya merasa nggak ada masalah serius pada tubuhnya. Meski sering mengalami keputihan berbau dan nyeri saat berhubungan intim, pasien tersebut tetap merasa kondisinya aman.
Setelah dilakukan pemeriksaan lebih lanjut, hasilnya menunjukkan bahwa pasien sudah memasuki kanker serviks stadium tiga. Pada tahap ini, kondisi kanker sudah tergolong lanjut dan memerlukan penanganan medis yang tepat serta segera.
Pada kasus ini, pasien nggak hanya mengalami kanker di mulut rahim, tetapi juga memiliki kista. Kombinasi kondisi tersebut membuat situasi menjadi lebih berisiko, terutama karena kanker serviks stadium lanjut memiliki potensi bahaya yang serius, termasuk risiko kematian jika nggak ditangani dengan cepat dan tepat, Ma.
2. Pentingnya pemeriksaan lanjutan seperti CT Scan

Dr. Yusuf menjelaskan bahwa tanpa pemeriksaan lanjutan seperti CT Scan, penyebaran kanker nggak bisa dipastikan. Jika CT Scan dilakukan, dokter dapat mengetahui apakah sel kanker sudah menyebar ke area lain atau belum.
Selain itu, pemeriksaan penunjang seperti rontgen dada (thorax) juga diperlukan untuk melihat kondisi tubuh secara menyeluruh. Dari hasil inilah dokter kemudian menentukan langkah pengobatan yang paling sesuai bagi pasien.
3. Penting agar Mama nggak melakukan self diagnosis

Dalam penjelasannya, dr. Yusuf menegaskan pentingnya melakukan skrining sejak dini dan menghindari self diagnosis. Menilai kondisi kesehatan sendiri tanpa dasar medis bisa membuat seseorang salah mengambil keputusan.
Sebagai pasien, kita nggak memiliki latar belakang kedokteran untuk mengetahui arah dan tingkat keparahan suatu penyakit. Akibatnya, tindakan medis yang seharusnya dilakukan lebih awal justru menjadi terlambat.
Cerita ini menjadi pengingat bagi Mama untuk lebih peka terhadap sinyal tubuh sendiri. Jangan menunda pemeriksaan atau menganggap remeh keluhan yang berulang. Skrining rutin dan konsultasi dengan tenaga medis adalah langkah sederhana yang bisa menyelamatkan nyawa lho, Ma.


















