Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel Popmama lainnya di IDN App
perempuan nyeri haid.jpeg
Popmama.com/Onic Meheany/Ai

Intinya sih...

  • Endometritis terjadi ketika lapisan dalam rahim mengalami peradangan, dapat memengaruhi kesuburan, namun bukan berarti kehamilan mustahil.

  • Gejala endometritis meliputi nyeri haid, kram hebat, nyeri panggul, masalah pencernaan, dan kesulitan hamil pada usia 20-30 tahun.

  • Jaringan endometritis bisa memicu peradangan dan jaringan parut di area panggul sehingga mempengaruhi kesuburan, tapi sekitar 40% perempuan dengan gangguan kesuburan memiliki endometriosis.

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Ma, pernah dengar tentang endometriosis? Kondisi ini terjadi ketika lapisan dalam rahim (endometrium) mengalami peradangan. Meski terdengar sepele, nyatanya endometriosis bisa berdampak pada kesuburan perempuan, lho.

Bagi Mama yang sedang menjalani program hamil atau sedang merencanakan kehamilan, tentu muncul pertanyaan, Apakah perempuan dengan endometriosis masih bisa hamil? Jawabannya endometriosis memang bisa menjadi tantangan bagi beberapa perempuan yang ingin hamil. Namun, bukan berarti kehamilan mustahil terjadi. Justru banyak perempuan dengan endometriosis yang tetap bisa memiliki buah hati.

Berikut popmama.com sudah merangkum berbagai informasi penting mengenai Apakah Perempuan dengan Endometriosis Bisa Hamil? Yuk, disimak!

1. Apa itu Endometriosis?

ilustrasi hamil (pexels.com/Jonathan Borba)

Endometriosis merupakan kondisi saat jaringan yang mirip dengan lapisan dinding rahim (endometrium) tumbuh di tempat yang seharusnya tidak ada, Ma. Misalnya di indung telur (ovarium), saluran tuba, atau di area panggul. Bahkan, dalam kasus yang sangat jarang, jaringan ini bisa tumbuh di bagian tubuh lain seperti usus atau kandung kemih.

Kadang, pertumbuhan jaringan ini membentuk massa yang disebut endometrioma, atau yang sering dikenal sebagai kista cokelat karena berisi darah tua. Meski pertumbuhan ini tidak bersifat ganas atau berbahaya, mereka bisa menyebabkan rasa nyeri yang cukup mengganggu, terutama saat menstruasi.

Ma, siapa pun yang sedang mengalami menstruasi sebenarnya bisa terkena endometriosis. Namun, kondisi ini paling sering ditemukan pada perempuan yang berusia 30 hingga 40 tahun. Berdasarkan beberapa penelitian, endometriosis juga lebih umum dialami oleh perempuan berkulit putih dan Asia, dibandingkan dengan perempuan berkulit hitam atau Latin. Tapi Ma, faktor usia dan ras bukan satu-satunya hal yang bisa meningkatkan risiko endometritis. Ada beberapa kondisi lain yang perlu Mama waspadai, seperti:

  • Belum pernah memiliki anak

  • Menstruasi yang berlangsung lebih dari 7 hari

  • Siklus menstruasi yang lebih pendek dari 27 hari

  • Masalah kesehatan tertentu yang mengganggu kelancaran aliran darah saat menstruasi

  • Riwayat keluarga yang juga pernah mengalami endometriosis

Kalau Mama punya salah satu faktor risiko di atas, penting banget untuk lebih memperhatikan kondisi tubuh dan jangan ragu berkonsultasi ke dokter, ya!

2. Bagaimana gejala Endometriosis?

ilustrasi hamil (unsplash/Ashton Mullins)

Ma, pernah nggak sih merasakan nyeri haid yang luar biasa sampai mengganggu aktivitas sehari-hari? Kalau iya, bisa jadi itu bukan sekadar nyeri haid biasa. Salah satu penyebab yang perlu Mama waspadai adalah endometriosis, kondisi ketika jaringan mirip lapisan rahim tumbuh di luar rahim dan menyebabkan berbagai gejala tidak nyaman, termasuk gangguan kesuburan.

Yang mengejutkan, tidak semua perempuan dengan endometriosis merasakan gejalanya, lho! Tapi banyak juga yang mengalami tanda-tanda berikut ini:

  • Kram menstruasi yang sangat hebat, nyeri haid yang muncul setiap bulan terasa lebih menyiksa dari biasanya dan bisa bertambah parah seiring waktu.

  • Nyeri di bagian bawah punggung atau panggul yang berlangsung lama, rasa sakit ini bisa muncul tidak hanya pada saat haid, tapi juga di luar siklus menstruasi.

  • Merasakan sakit saat berhubungan intim.

  • Masalah pencernaan dan rasa tidak nyaman di area usus, termasuk kembung, diare, atau mual, terutama saat haid berlangsung.

  • Pada saat menstruasi, terasa menyakitkan ketika buang air besar atau air kecil.

  • Terjadi pendarahan (flek atau bercak) di luar jadwal haid.

  • Susah hamil

Ma, gejala endometriosis umumnya mulai terasa saat Mama menginjak usia 20-an atau 30-an. Dalam banyak kasus, tanda-tandanya muncul setelah seseorang berhenti menggunakan alat kontrasepsi hormonal.

Jadi, kalau Mama merasa tubuh mulai memberi sinyal tidak nyaman yang belum pernah dirasakan sebelumnya, apalagi setelah berhenti KB, coba perhatikan lebih lanjut, ya!

3. Bagaimana Endometriosis dapat mempengaruhi kesuburan?

ilustrasi hamil (pexels.com/olia danilevich)

Ma, Jaringan endometriosis bisa memicu peradangan di dalam tubuh, yang membuat sistem kekebalan tubuh bereaksi secara berlebihan. Kondisi ini bisa menghambat sperma mencapai sel telur, bahkan mengganggu perkembangan embrio. Lalu, endometriosis bisa menyebabkan terbentuknya jaringan parut (adhesi) di area panggul.

Hal ini dapat menghalangi pergerakan sel telur menuju tuba falopi, sehingga pembuahan sulit terjadi. Embrio juga bisa jadinya kesulitan menempel di dinding rahim lho, Ma! Bahkan dalam beberapa kasus, tubuh justru menganggap embrio sebagai “ancaman” dan malah menyerangnya.

Yang perlu Mama tahu, tidak ada cara pasti untuk menebak apakah endometriosis akan membuat Mama sulit hamil.Tapi secara umum, semakin banyak pertumbuhan jaringan endometrium yang terjadi, maka semakin besar juga kemungkinan mengalami masalah kesuburan.

4. Berapa besar peluang untuk hamil jika mengalami endometriosis?

Ilustrasi hamil

Untuk mama yang mengalami endometriosis tetap bisa hamil lho, Ma! Namun, perlu usaha yang lebih keras dan usaha yang lebih panjang. Endometriosis memang dapat memengaruhi kesuburan, tapi bukan berarti kehamilan jadi sesuatu yang mustahil. Banyak perempuan dengan kondisi ini tetap berhasil hamil dan melahirkan dengan sehat.

Menurut American College of Obstetricians and Gynecologists (ACOG), sekitar 40 persen perempuan yang mengalami gangguan kesuburan ternyata memiliki endometriosis. Tapi penting untuk diingat, tidak semua perempuan dengan endometriosis akan mengalami kesulitan untuk hamil, ya, Ma.

Beberapa perempuan dengan endometriosis bisa hamil secara alami tanpa hambatan. Namun, sebagian lainnya mungkin membutuhkan bantuan medis seperti program kehamilan (promil), terapi hormon, atau prosedur inseminasi hingga bayi tabung (IVF).

Menariknya, hasil penelitian juga menunjukkan bahwa perempuan dengan endometriosis yang berhasil hamil memiliki kemungkinan hampir dua kali lipat lebih besar untuk melahirkan lewat operasi caesar. Ini biasanya karena kondisi rahim dan jaringan di sekitarnya yang bisa membuat proses persalinan normal menjadi lebih sulit.

Apa Saja Risiko Endometriosis bagi Ibu dan Bayi?

ilustrasi ibu dan bayi (freepik.com/seniv

Ma, meskipun perempuan dengan endometriosis tetap bisa hamil, kondisi ini tetap perlu diawasi secara ketat selama kehamilan. Endometriosis tidak selalu membuat kehamilan menjadi berisiko tinggi, tapi memang bisa meningkatkan kemungkinan terjadinya beberapa masalah tertentu, baik untuk Mama maupun si Kecil dalam kandungan. Berikut ini adalah beberapa risiko yang perlu Mama waspadai:

  • Plasenta Previa, Penelitian menunjukkan bahwa perempuan dengan endometriosis memiliki peluang 1,6 hingga 15 kali lebih besar mengalami plasenta previa. Ini adalah kondisi di mana plasenta menempel di bagian bawah rahim dan menutupi sebagian atau seluruh jalan lahir (serviks). Kondisi ini bisa menyebabkan perdarahan saat kehamilan atau persalinan, dan sering kali membuat Mama harus melahirkan lewat operasi caesar.

  • Keguguran, Memang sulit dibayangkan, tapi faktanya endometriosis bisa meningkatkan risiko keguguran dibandingkan perempuan yang tidak memiliki kondisi ini. Namun, jangan langsung panik ya, Ma! Banyak juga perempuan dengan endometriosis yang tetap berhasil menjalani kehamilan dengan sehat dan melahirkan bayi yang kuat dan sehat.

  • Bayi lahir prematur, Peradangan yang disebabkan oleh endometriosis juga bisa meningkatkan kemungkinan persalinan prematur, yaitu ketika bayi lahir sebelum usia kehamilan 37 minggu.
    Walau tidak bisa benar-benar dicegah, dokter bisa membantu Mama memantau kondisi ini sejak awal, sehingga bayi bisa lahir lebih dekat ke waktu cukup bulan.

  • Preeklampsia, Beberapa studi terbaru menemukan bahwa endometriosis bisa membuat perempuan lebih rentan terhadap preeklampsia, yaitu kondisi tekanan darah tinggi saat hamil yang bisa berbahaya bagi Mama dan janin. Kabar baiknya, Ma, perawatan kehamilan yang rutin dan teratur sangat membantu mendeteksi preeklampsia lebih awal, sehingga dokter bisa memberikan penanganan terbaik sebelum kondisinya memburuk.

Memang tidak mudah menerima diagnosis endometriosis, apalagi saat Mama sedang merencanakan atau menjalani kehamilan. Tapi ingat, dengan pemantauan medis yang tepat, gaya hidup sehat, dan dukungan dari orang terdekat, Mama tetap bisa menjalani kehamilan yang sehat dan membesarkan bayi dengan penuh cinta.

Kalau Mama merasa memiliki riwayat endometriosis atau mengalami gejala mencurigakan saat hamil, jangan tunda untuk konsultasi ke dokter kandungan, ya. Deteksi dini adalah kunci!

Editorial Team