Histeroskopi, Teknologi yang Bisa Melihat Penyebab Ketidaksuburan

Teknologi ini bisa melihat dan bantu diagnosis ketidaksuburan pada perempuan

6 Juli 2021

Histeroskopi, Teknologi Bisa Melihat Penyebab Ketidaksuburan
Pexels/mart-production

Saat ini banyak sekali teknologi yang bisa dimanfaat oleh dokter dan tenaga kesehatan untuk mendiagnosis gangguan atau penyakit. 

Bagi pejuang dua garis, ada satu teknologi canggih yang membantu mengenali dan melihat penyebab ketidaksuburan di perempuan lho, apa itu? Teknologi tersebut dinamakan histeroskopi.

Histeroskopi adalah prosedur pemeriksaan kondisi leher dan bagian dalam rahim. Prosedur ini dapat digunakan untuk mendiagnosis penyakit atau penyebab ketidaksuburan. Tak hanya itu, histeroskopi juga membantu pengobatan kelainan pada rahim dengan menggunakan teleskop kecil (histeroskop). Layanan prosedur ini makin banyak terdapat di klinik kesuburan di Indonesia.

Dikutip dari Instagram Klinik Bocah Indonesia, yuk mengenal lebih jauh teknologi histeroskopi.

Berikut Popmama.com rangkum informasi selengkapnya.

1. Manfaat menggunakan teknologi histeroskopi

1. Manfaat menggunakan teknologi histeroskopi
Freepik/pvproductions

Sudah dijelaskan secara umum kalau teknologi histeroskopi ini bisa membantu tenaga kesehatan mengetahui gangguan di dalam rahim perempuan. Indikasi menggunakan teknologi ini lebih lengkapnya untuk mencari tahu penyebab berbagai kasus.

Misalnya gangguan menstruasi yang berlangsung terus-menerus, menyelidiki penyebab keguguran berulang (2x berturut-turut), penyebab sulit hamil setelah 1 tahun program, mendeteksi jaringan rahim yang tidak normal (jaringan parut, miom dan polip rahim) serta bisa mendeteksi kelainan bentuk rahim atau tuba falopi.

Bagaimana histeroskopi bekerja?

Teknologi histeroskopi ini pertama akan melakukan pengambilan sampel jaringan yang dicurigai tidak normal (biopsi) untuk dianalisis di laboratorium.

Lalu, ketika sudah terdiagnosis dokter atau tim kesehatan akan mengangkat jaringan itu pada rahim yang berukuran kecil. Memperbaiki kelainan pada ujung tuba falopi.

2. Waktu yang tepat melakukan histeroskopi

2. Waktu tepat melakukan histeroskopi
Freepik/tirachardz

Waktu terbaik untuk histeroskopi rupanya setelah menstruasi (sebelum ovulasi), hal ini karena lapisan endometrium dalam kondisi tipis sehingga rongga dapat dilihat dengan baik. Selain itu, histeroskopi juga bisa dilakukan pada perempuan dengan pasca menopause.

Namun, histeroskopi tidak bisa dilakukan oleh semua orang. Ada beberapa ketentuan pasien tidak bisa menjalani histeroskopi yaitu:

  • Sedang menstruasi atau pendarahan per vaginam.
  • Sedang hamil, karena bisa memicu keguguran.
  • Penyakit radang panggul (PID).
  • Kanker serviks.
  • Infeksi herpes akut.
  • Keputihan yang berat.

3. Jenis dan risiko melakukan prosedur histeroskopi

3. Jenis risiko melakukan prosedur histeroskopi
Freepik/pressfoto

Ada dua jenis histeroskopi yang biasa dilakukan, yaitu histeroskopi diagnostik untuk membuat diagnostik pada suatu gejala. Lalu ada histeroskopi operatif yang digunakan untuk melakukan operasi.

Cukup direkomendasikan, sebab histeroskopi adalah prosedur yang aman dengan luka minimal. Namun, pada kasus tertentu komplikasi dapat terjadi meski angka kejadiannya rendah, yaitu:

  • Pendarahan.
  • Infeksi pada rahim.
  • Kerusakan rahim akibat tertusuk atau terobek.
  • Kerusakan pada organ di sekitar rahim, seperti kandung kemih.
  • Reaksi alergi terhadap cairan yang digunakan selama prosedur. 

Histeroskopi ini masuk ke dalam salah satu minimal invasive surgery atau pembedahan invasif minimal yang sering digunakan untuk pemeriksaan dan tindakan pada kasus-kasus infertilitas

Meski begitu, kita harus tetap menjalani konsultasi terlebih dahulu ya apakah perlu menggunakan metode ini atau tidak.

Baca juga:

The Latest