Preeklampsia saat Hamil: Diagnosa, Tes, dan Perawatannya

Jika ditangani dengan cepat, Mama bisa memiliki kehamilan yang sehat dengan preeklamsia

11 April 2022

Preeklampsia saat Hamil Diagnosa, Tes, Perawatannya
Pixabay/stevepb

Setiap ibu hamil berharap kehamilan dan janinnya selalu dalam kondisi sehat. Namun, perubahan selama kehamilan dapat meningkatkan beragam risiko. Salah satunya adalah preeklamsia.

Meski tidak pernah mengalami tekanan darah tinggi sebelumnya, Mama bisa mengalami preeklampsia selama kehamilan. Namun dengan diagnosa tepat waktu dan perawatan, Mama bisa memiliki kehamilan yang sehat.

Untuk menambah wawasan Mama, Popmama.com merangkum informasi tentang preeklampsia saat hamil, diagnosa, tes, dan perawatannya.

Diagnosa Preeklamsia

Diagnosa Preeklamsia
Freepik/jcomp

Berikut diagnosa komplikasi yang bisa terjadi jika Mama mengalami preeklamsia:

  • Protein dalam urine (proteinuria),
  • Jumlah trombosit yang rendah,
  • Gangguan fungsi hati,
  • Tanda-tanda masalah ginjal selain protein dalam urine,
  • Cairan di paru-paru (edema paru),
  • Sakit kepala baru atau gangguan penglihatan.

Sebelumnya, preeklamsia hanya didiagnosis jika ada tekanan darah tinggi dan protein dalam urine. Namun, para ahli sekarang tahu bahwa ada kemungkinan untuk mengalami preeklamsia, namun tidak pernah memiliki protein dalam urine.

Tekanan darah lebih dari 140/90 mm Hg tidak normal pada kehamilan. Namun, satu kali pemeriksaan tekanan darah tinggi tidak berarti Mama menderita preeklamsia. Namun dokter akan melakukan pengamatan dan pemeriksaan pada Mama.

Melakukan pemeriksaan tekanan darah abnormal kedua empat jam setelah yang pertama dapat mengonfirmasi kecurigaan dokter Anda tentang preeklamsia. Dokter mungkin meminta Mama untuk melakukan pemeriksaan tekanan darah tambahan dan tes darah dan urine.

Editors' Pick

Tes yang Dilakukan untuk Preeklamsia

Tes Dilakukan Preeklamsia
Freepik

Jika dokter mencurigai preeklamsia, berikut beberapa pemeriksaan yang dilakukan:

  • Tes darah. Dokter akan memesan tes fungsi hati, tes fungsi ginjal dan juga mengukur trombosit.
  • Analisa urine. Dokter akan meminta Mama untuk mengumpulkan urine selama 24 jam, untuk pengukuran jumlah protein dalam urine. Sampel urin tunggal yang mengukur rasio protein terhadap kreatinin - bahan kimia yang selalu ada dalam urine. Ini juga dapat digunakan untuk membuat diagnosis.
  • USG janin. Dokter mungkin juga merekomendasikan pemantauan ketat terhadap pertumbuhan janin, biasanya melalui USG. Pemindaian memungkinkan dokter memperkirakan berat janin dan jumlah cairan di dalam rahim (cairan ketuban).
  • Tes nonstress atau profil biofisik. Tes non-stres adalah prosedur sederhana yang memeriksa bagaimana detak jantung janin bereaksi ketika janin bergerak. Profil biofisik menggunakan USG untuk mengukur pernapasan janin, tonus otot, gerakan dan volume cairan ketuban di dalam rahim.

Perawatan Preeklamsia Ringan

Perawatan Preeklamsia Ringan
Freepik/valuavitaly

Preeklamsia ringan didiagnosis ketika seorang ibu hamil memiliki kondisi berikut ini:

  • Tekanan darah sistolik (angka atas) 140 mmHg atau lebih tinggi atau tekanan darah diastolik (angka bawah) 90 mmHg atau lebih tinggi dan keduanya,
  • Urine dengan 0,3 gram atau lebih protein dalam spesimen 24 jam atau rasio protein-kreatinin lebih besar dari 0,3,
  • Tes darah yang menunjukkan disfungsi ginjal atau hati,
  • Cairan di paru-paru dan kesulitan bernapas,
  • Gangguan penglihatan.

Sebagian besar mama dengan preeklamsia ringan setelah 37 minggu kehamilan tidak memiliki masalah kesehatan yang serius. Jika Mama mengalami preeklamsia ringan sebelum 37 minggu, berikut perawatannya:

  • Dokter memeriksa tekanan darah dan urine secara teratur. Jika diperlukan, Mama akan menginap selama beberapa saat di rumah sakit agar dokter dapat melakukan pemantauan.
  • Dokter akan meminta Mama melakukan hitungan tendangan untuk melacak seberapa sering janin bergerak.
  • Jika Mama hamil setidaknya 37 minggu dan kondisi stabil, dokter dapat menyarankan Mama untuk melahirkan lebih awal. Ini mungkin lebih aman untuk Mama dan janin daripada tetap hamil.

Perawatan Preeklamsia Berat

Perawatan Preeklamsia Berat
Pexels/RODNAEProductions

Preeklamsia berat terjadi ketika seorang ibu hamil mengalami salah satu kondisi berikut ini:

  • Tekanan darah sistolik 160 mmHg atau lebih tinggi atau tekanan darah diastolik 110 mmHg atau lebih tinggi pada dua kali pemeriksaan dengan jarak minimal 4 jam saat pasien tirah baring
  • Urine dengan 5 atau lebih gram protein dalam spesimen 24 jam atau 3 atau lebih gram protein pada 2 sampel urine acak yang dikumpulkan dengan jarak minimal 4 jam
  • Hasil tes yang menunjukkan kerusakan ginjal atau hati—misalnya, tes darah yang mengungkapkan jumlah trombosit yang rendah atau enzim hati yang tinggi
  • Sakit perut yang parah dan tidak dapat dijelaskan yang tidak menanggapi pengobatan
  • Gejala yang meliputi gangguan penglihatan, kesulitan bernapas, atau penumpukan cairan

Jika Mama menderita preeklamsia parah, kemungkinan besar Mama akan dirawat di rumah sakit sehingga dokter dapat memantau Mama dan janin dengan cermat.

Obat-obatan kortikosteroid antenatal bisa diberikan kepada Mama. Obat-obatan ini membantu mempercepat perkembangan paru-paru janin. Dokter juga akan memberikan obat untuk mengontrol tekanan darah dan untuk mencegah kejang (disebut magnesium sulfat).

Jika kondisi memburuk, mungkin lebih aman bagi Mama dan janin untuk melahirkan lebih awal. Sebagian besar bayi dari ibu dengan preeklamsia berat sebelum 34 minggu kehamilan lebih baik dirawat di rumah sakit daripada di dalam kandungan.

Jika Mama hamil setidaknya 34 minggu, dokter mungkin menyarankan agar Mama melahirkan setelah kondisi stabil. Dokter dapat menginduksi persalinan atau melakukan persalinan caesar.

Jika belum 24 minggu dan kondisi stabil, dokter akan meminta Mama untuk menunggu hingga saatnya melahirkan.

Jika Mama memiliki preeklamsia berat dan sindrom HELLP, kemungkinan besar Mama harus melahirkan lebih awal. Sindrom HELLP adalah kelainan hati yang langka namun mengancam jiwa. Sekitar 2 dari 10 perempuan (20 persen) dengan preeklamsia berat mengalami sindrom HELLP.

Mama memerlukan obat untuk mengontrol tekanan darah dan mencegah kejang. Sebagian ibu hamil juga membutuhkan transfusi darah jika mengalami kondisi tersebut.

Preeklamsia dialami oleh ibu hamil meski sebelumnya belum pernah mengalami tekanan darah tinggi. Jika didiagnosa dengan cepat dan mendapatkan perawatan segera, Mama bisa memiliki kehamilan yang sehat.

Itu penjelasan tentang preeklampsia saat hamil, diagnosa, tes, dan perawatannya. Semoga kehamilannya selalu sehat ya, Ma!

Baca juga:

The Latest