TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA

Penyebab Sianonis pada Bayi dan Cara Mengatasinya

Ketahui lebih jauh untuk mencegah dampak buruk sianonis pada bayi

Pinterest.com/Newborns.stanford.edu

Setiap orangtua pasti mengharapkan bayinya lahir dalam keadaan yang sehat sempurna. Namun, ada beberapa gangguan pada bayi baru lahir yang nyatanya dapat terdeteksi setelah ia lahir ke dunia.

Penyakit jantung bawaan, misalnya. Ketika bayi yang baru lahir mengalami hal ini, umumnya kulit mereka akan nampak ungu kebiruan. Terutama pada area-area kulit yang tipis. 

Penyakit atau gangguan yang menyebabkan bayi mengalami kebiruan ini disebut sianosis. Secara ilmiah, para ahli menganggap hal ini adalah hal yang normal terjadi pada bayi yang baru lahir. 

Namun jika kondisi bayi tidak segera pulih dalam beberapa saat, dokter harus segera mengambil tindakan untuk mengatasinya.

Nah, berikut ini adalah beragam informasi mengenai penyebab sianonis pada bayi dan cara mengatasinya yang sudah Popmama.com rangkum dari berbagai sumber untuk Mama.

Mengenal Sianosis Lebih Jauh

Pixabay/Pexels

Dilansir dari Cincinnati Children's, sianosis merupakan kondisi yang mengacu pada rona ungu kebiruan pada kulit bayi. Hal ini biasanya lebih mudah terlihat pada bagian tubuh yang memiliki kulit tipis, seperti di bagian bibir, mulut, daun telinga dan kuku.

Sianosis merujuk pada sebuah kemungkinan adanya penurunan oksigen yang menempel pada sel darah merah dalam aliran darah. Saat kekurangan oksigen, kulit pun cenderung berubah menjadi kebiruan atau keunguan karena jaringan yang berdekatan dengan permukaan kulit memiliki kadar oksigen yang rendah.

Ini juga dapat menjadi indikasi yang menunjukkan adanya masalah dengan paru-paru atau jantung. Sianosis adalah temuan berdasarkan apa yang terlihat, bukan dengan tes laboratorium.

Apakah Sianosis Normal Terjadi pada Bayi?

Freepik/freepic.diller

Bayi yang baru lahir biasanya mengalami sianosis sentral selama 5 hingga 10 menit setelah lahir, karena saturasi oksigen meningkat 85 hingga 95 persen pada usia 10 menit. Dilansir dari Up To Date, sianosis merupakan sebuah temuan klinis yang umum ditemukan pada bayi yang baru lahir.

Tetapi sianosis neonatus, khususnya sianosis sentral, dapat dikaitkan dengan penyakit yang signifikan dan berpotensi mengancam jiwa seperti gangguan jantung, metabolisme, neurologis, infeksi, dan parenkim dan non-parenkim paru.

Terdapat tiga kondisi sianosis pada bayi, yaitu:

  • Sianosis perifer: Sianosis perifer adalah perubahan warna biru keunguan di ujung jari tangan dan kaki. Biasanya tungkai kaki juga akan terasa dingin karena sianosis perifer. Sianosis perifer berhubungan dengan vasokonstriksi perifer atau banyak penyebab yang berhubungan dengan sianosis sentral. Pada neonatus dengan sianosis perifer, selaput lendir tetap berwarna merah muda, yang membedakannya dari sianosis sentral. 
     
  • Acrocyanosis: Ini merupakan gangguan yang mempengaruhi arteri penyuplai darah ke kulit tangan dan kaki. Arteri kecil ini membawa oksigen dan nutrisi dari darah. Pada penderita kondisi ini, terdapat kejang di arteri yang menyumbat aliran darah ke kulit, sehingga kulit kekurangan oksigen dan berubah warna menjadi biru atau ungu. Ini adalah temuan umum dan dapat bertahan selama 24 hingga 48 jam.
     
  • Sianosis sentral: Sianosis sentral disebabkan oleh penurunan saturasi oksigen arteri akibat gangguan jantung dan sistem pernapasan. Bayi baru lahir biasanya mengalami sianosis sentral hingga 5 hingga 10 menit setelah lahir, karena saturasi oksigen meningkat hingga 85 hingga 95 persen pada usia 10 menit. 

Penyebab Terjadinya Sianosis pada Bayi yang Baru Lahir

Freepik/Pvproduction

Sianosis biasanya disebabkan oleh kelainan pada jantung, paru-paru, atau darah. Dalam kondisi normal, setelah menerima oksigen dari paru-paru, darah merah yang kaya oksigen dikirim dari jantung ke seluruh tubuh.

Ketika kembali ke jantung, darah yang kurang oksigen dikirim ke paru-paru untuk mengumpulkan lebih banyak oksigen. Dilansir dari Children's Hospital, terdapat beberapa kondisi jantung yang dapat menyebabkan anak mengalami sianosis adalah:

  • Truncus arteriosus, yaitu cacat lahir yang langka di mana hanya 1 arteri besar yang meninggalkan jantung.
  • Total anomalous pulmonary venous return, yaitu kondisi kelainan jantung dimana tidak satu pun dari empat vena yang membawa darah dari paru-paru ke jantung melekat ke atrium kiri.
  • Transposisi arteri besar, yaitu kelainan jantung kompleks. 
  • Atresia trikuspid, yaitu tidak adanya katup tricuspid sehingga tidak ada hubungan antara atrium kanan dan ventrikel kanan.
  • Atresia paru, yaitu gangguan pada katup antara bilik kanan dan paru-paru, sehingga darah tidak dapat mengalir ke paru-paru.
  • Defek kanal atrioventrikular, yaitu kondisi di mana pusat jantung tidak sepenuhnya terbentuk saat lahir.
  • Hipertensi pulmonal, yaitu tekanan darah tinggi yang secara spesifik terjadi pada pembuluh darah arteri di paru-paru dan sisi kanan jantung. 
  • Hypoplastic left heart syndrome (HLHS), yaitu kelainan bawaan sejak lahir yang berdampak pada aliran darah ke jantung.

Ciri-Ciri Sianosis pada Bayi

Pexels/LauraGarcia

Saat bayi mengalami sianosis, tanda yang paling mudah terlihat adalah kulit yang membiru pada area kulit yang tipis, seperti:

  • hidung,
  • bibir,
  • mulut,
  • daun telinga,
  • tangan dan kaki,
  • ujung jari tangan dan kaki.

Dilansir dari About Kids Health, beberapa tanda lainnya yang juga bisa dikenali misalnya seperti rasa tidak nyaman, rewel, napas lebih cepat dan lebih dalam, tubuh yang membiru terutama di sekitar mulut dan wajah, atau pingsan.

Cara Mengatasi Sianosis pada Bayi

Pexels/j g

Bagi kebanyakan anak, perubahan warna pada kulitnya disebabkan oleh akrosianosis (suhu dingin atau tekanan oksigen rendah) dan tidak perlu diobati. Biasanya ini akan hilang dengan sendirinya.

Namun, beberapa anak membutuhkan oksigen lebih banyak dari mesin oksigen untuk membantu mereka bernapas. Mereka mungkin juga memerlukan pengobatan atau pembedahan untuk mengobati kondisi yang menyebabkan terjadinya sianosis.

Untuk itu konsultasikan kembali dengan dokter seperti apa kondisi si Kecil agar mendapat penanganan dan perawatan yang tepat.

Nah, itulah tadi beragam informasi tentang sianonis pada bayi dan cara mengatasinya. Semoga bermanfaat!

Baca juga:

The Latest