TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA

KPAI: 129.937 Orangtua Tidak Setuju Sekolah Kembali Dibuka 13 Juli

Inilah hasil survey harapan para orangtua terkait sekolah dibuka atau tidak pada tahun ajaran baru

Dok. Retno Listyarti KPAI

Pada bulan Mei 2020 lalu, KPAI berinisiatif mengadakan survei yang dibagikan secara umum melalui cara online kepada para orangtua, untuk mengetahui pendapat orangtua terkait kegiatan sekolah tahun pelajaran 2020/2021.

Di dalamnya membahas mekanisme sekolah seperti apa yang diharapkan dan kapan mulainya sekolah dibuka pada tahun ajaran baru, sesuai pendapat para orangtua.

Polling pendapat tersebut awalnya disebarkan melalui laman facebook pribadi Komisioner KPAI bidang pendidikan, Retno Listyarti, dan ini merupakan langkah advokasi yang nyata.

“Namun, atas nama hak publik untuk tahu hasilnya, terutama penghargaan saya secara pribadi kepada ratusan ribu orangtua, siswa dan guru yang sudah berpartisipasi, maka saya memutuskan membuka hasil angket ini,” ungkap Retno.

Berikut laporan secara rinci berdasarkan data resmi KPAI yang telah diterima oleh Popmama.com.

1. Target survey adalah siswa, guru dan orangtua

Dok. Retno Listyarti KPAI

Sasaran kuisioner adalah siswa, guru dan orangtua. Survey atau angket ini bertujuan untuk memberikan ruang partisipasi kepada siswa, orangtua dan guru secara langsung kepada kebijakan Negara yang terkait anak. 

Angket ini juga merupakan advokasi kebijakan dan masukan kepada pemerintah terkait kapan idealnya sekolah di buka menurut persepsi anak, guru dan orangtua siswa. 

Angket yang disusun kemudian diujicoba dengan cara mengunggah angket di aplikasi facebook pribadi, namun kemudian menjadi viral dengan berbagai pengantar yang ditambahkan netizen.   

Kombid Pendidikan mengapresiasi semangat dan antusias masyarakat mengisi dan menshare angket tersebut. 

2. Survei berakhir pada 28 Mei 2020

Pexels/Andrea Piacquadio

Ketika pengisian angket ditutup pada Kamis (28/5/2020) pukul 7.30 WIB, ada ratusan whatsApp dan inbox Facebook yang masuk ke nomor pribadi Kombid Pendidikan dan media social KPAI official  dari masyarakat yang sangat berminat mengisi angket tersebut.

Link form survey memang sudah tidak bisa diakses lagi pada malam itu sekitar pukul 7.40 WIB.

3. Jumlah partisipan dalam 32 jam

Freepik/pressfoto

Ketika ujicoba angket dilakukan ternyata tidak diduga animo masyarakat untuk berpartisipasi sangat tinggi. 

Hanya dalam hitungan 32 jam hingga ujicoba angket ditutup, ternyata  diperoleh partisipasi sebagai berikut:

  • siswa sebanyak 9.643 orang,
  • guru sebanyak 18.111 orang, 
  • orangtua mencapai 196.559 orang.  

Jumlah ini diluar dugaan. Orangtua yang paling antusias mengikuti pengisian angket ini. 

Bahkan sampai 2 Juni 2020 masih ada permintaan masyarakat agar angket dibuka kembali karena para orangua ini ingin menyampaikan pendapatnya.   

Orangtua yang mengisi mencapai ratusan ribu dalam waktu singkat menggambarkan bahwa masyarakat khawatir melepas anaknya bersekolah di saat pandemi.

4. Tujuan dibuatnya survey KPAI

Popmama.com/Novy Agrina

Tujuan Penyebaran angket kepada orangtua, guru dan siswa adalah untuk:

  • Mengetahui persepsi orangtua, guru dan siswa terkait kebijakan membuka kembali sekolah di masa pandemic covid 19 pada tahun ajaran baru 2020/2021 pada 13 Juli 2020.
  • Memberikan ruang partisipasi kepada siswa, orangtua dan guru secara langsung kepada kebijakan Negara terkait pembukaan sekolah di masa pendemi Covid-19
  • Memberikan masukan kepada pihak terkait tentang sikap orangtua, guru dan siswa ketika pemerintah akan membuka sekolah pada masa pandemic Covid-19.

5. Wilayah domisili responden  orangtua

Freepik/tirachardz

Penyebaran Survey jelas dilakukan di dunia maya dengan menggunakan aplikasi whasApp, Facebook dan email. Karena dilakukan penyebarannya melalui media sosial, maka daya jangkau angket ini meliputi wilayah se-Indonesia. 

Sebaran wilayah responden orangtua dan guru:

  • 63% responden berasal dari pulau Jawa, 
  • 18% dari Pulau Sumatera
  • 19% dari berbagai pulau  

Adapun rincian wilayahnya  antara lain sebagai berikut: 

Pulau Sumatera

  • Aceh Tamiang, Kuala Simpang, dan Banda Aceh (Nangroe Aceh Darussalam),
  • Kota Palembang, kab. Musi Banyuasin, Ogan Ilir, dan kab. Muara Enim (Sumatera Selatan),
  • Kota Batam, Tanjung Pinang dan Lingga (Kepulauan Riau), 
  • Lubuk Linggau,  kota Bengkulu, Bengkulu Tengah, kab. Rejang Lebong dan kab. Lebong (Bengkulu), 
  • Kota Jambi, kota Merangin, dan kab. Bungo (Jambi), 
  • Tanah Datar,  kota Padang, Solok, dan Bukit Tinggi (Sumatera Barat), 
  • kota Medan, kab. Tapanuli Utara, Toba-Samosir, Deli Serdang, Sidikalang  (Dairi) dan Padang Sidempuan (Sumatera Utara), 
  • Lampung Utara dan Pringsewu (Lampung).

Pulau Jawa

  • Kota Bogor, kabupaten Bogor, kota Bandung, kabupaten Bandung, kota Bekasi, kab. Bekasi, Depok, Garut, Indramayu, Cianjur, Sukabumi  dan Tasikmalaya (Jawa Barat), 
  • Kota Semarang, kota  Salatiga, kota Solo, kab. Boyolali, kab.Purbalingga dan kab. Brebes (Jawa Tengah), 
  • Kabupaten Magetan, kota Surabaya, kab. Jember, kab. Probolinggo, kab. Lamongan, kab. Gresik, dan kab. Lumajang (Jawa Timur),  
  • Kota Jogjakarta, Kulon Progro Gunung Kidul dan Sleman (D.I Yogjakarta),
  • Kab. Tangerang, kota Tangerang, Cilegon, Tangerang Selatan, Serang dan Rangkas Bitung (Banten), 
  • Jakarta Utara, Jakarta Timur, Jakarta Barat, Jakarta Selatan dan Kepulauan Seribu (DKI Jakarta).

Pulau Bali dan Nusa Tenggara

Kota Denpasar (Bali); Kupang (NTT); kab. Bima, kota Bima, kota Mataram, Lombok Tengah, Lombok Barat (NTB).

Pulau Kalimantan

Singkawang, Ketapang, dan Pontianak (Kalimantan Barat); Balikpapan (Kalim antan Timur). 

Pulau Sulawesi

Kab. Bone, kota Makassar dan kab. Maros (Sulawesi Selatan); kota Manado dan Bolmok Utara (Sulawesi Utara);  Mamuju (Sulawesi Barat);  

Pulau Maluku 

Ternate, kab. Namlea  dan kota Ambon

Pulau Papua

  • Wamena (Papua) 
  • Sorong (Papua Barat) 

6. Jenjang sekolah siswa yang menjadi responden

Unsplash/Christian Erfurt

Responden siswa yang berpartisipasi dalam mengisi angket ini sebanyak 9.643 orang.  

Dari jumlah tersebut, sebagian besar merupakan siswa yang saat ini berada di jenjang: 

  • SMA/sederajata (42%), 
  • SMP/sederajat (34%),
  • SD/sederjat (23,1%). 

Berdasarkan rentang usia responden siswa, mayoritas berada pada usia 16-18 tahun (39,3%); usia 13-15 tahun  (37,6%) dan usia 10-12 tahun (23,1%). 

7. Keterangan responden guru

Unsplash/Taylor Wilcox

Responden guru yang berpartisipasi dalam mengisi angket ini sebanyak 18.111 orang. 

Dari jumlah tersebut 27,8% merupakan guru yang mengajar pada jenjang pendidikan SMP/sederajat;  26,3%  mengajar pada jenjang SD/sederajat;  23% mengajar pada jenjang SMA/sederajat; 12,7% mengajar pada jenjang SMK/sederajat; 9% mengajar di Sekolah Luar Biasa (SLB) dan sisanya 1,2% guru yang mengajar pada jenjang TK/RA/sederajat.

Berdasarkan pendidikan terakhir sebagian besar responden guru berpendidikan Strata 1 (S1) sebanyak 80,7%, Strata 2 (S2) sebanyak 14,6% dan 4,7% responden berpendidikan S3 dan  sebagian lagi Diploma (Non gelar). 

Sedangkan rentang usia responden guru, sebagian besar berusia antara 25-35 tahun (39,1%); usia 36-45 tahun (29,5%), usia 46-55 tahun sebanyak 23,6% dan sisanya berusia diatas 55 tahun sebanyak 7,9%.  

Rentang usia 25-45 tahun ini adalah usia yang disarankan komsisi new normal bisa menjalankan aktivitas di luar rumah, jumlah ini pula yang sebagian besar juga menyetujui sekolah di buka Juli 2020. 

Sedangkan usia yang diatas 45 tahun sebagian besar menolak sekolah dibuka pada Juli 2020. 
   

8. Setuju atau Tidak Setuju Sekolah Dibuka 13 Juli 2020

Dok. Retno Listyarti KPAI

Dari 196.546 responden orangtua  tidak setuju (menolak) sekolah dibuka pada Juli 2020 mencapai 66% (129.937) dan yang setuju sekolah di buka pada tahun ajaran baru sebanyak 34% (66.609). 

Namun hasil polling anak malah sebaliknya dari polling orangtua. 

Dari 9.643 responden siswa sebanyak 63,7% setuju sekolah di buka pada Juli 2020, sedangkan 36,3% tidak setuju atau menolak sekolah dibuka pada tahun ajaran baru 2020. 

Tampaknya anak-anak sudah ingin segera sekolah, mereka mulai jenuh di rumah saja. Mereka rindu kebersamaan dengan teman-temannya.

Sedangkan responden guru sebanyak 18.111 orang menyatakan setuju membuka sekolah pada Juli 2020 sebanyak 54% dan sisanya 46% menolak sekolah dibuka. 

Guru yang setuju dan tidak setuju berbeda tipis, hanya sekitar 8%, tetapi tetap lebih banyak yang setuju. Kemungkinan para guru juga sudah rindu murid-muridnya. 

9. Alasan responden orangtua setuju sekolah dibuka pada 13 Juli 2020

Pexels/Gustavo Fring

Alasan orangtua sekolah setuju kembali dibuka di 13 Juli 2020 yaitu:

  • Sudah jenuh mendampingi anak belajar dari rumah  (3%)
  • PJJ tidak dapat maksimal dilaksanakan karena keterbatasan peralatan daring yang memadai dan siswa kesulitan membeli  kuota internet (16%)
  • Kesulitan membeli kuota internet untuk pembelajaran daring (6%)
  • Kasihan anak-anak terlalu berat mengerjakan tugas-tugas selama PJJ (13%)
  • Anak selama PJJ kelelahan matanya karena mengerjakan tugas melalui telepon genggm  (10%)

10. Alasan orangtua yang tidak setuju

Freepik/bristekjegor

Alasan responden orangtua tidak setuju sekolah kembali dibuka pada 13 Juli 2020 yaitu:
Kasus  yang terinfeksi covid 19  masih tinggi (60%)
Khawatir anak tertular covid 19 di perjalanan menuju dan pulang sekolah (47%)
Wastafel di sekolah minim jumlahnya (21%) 
Jarang ada sabun cuci tangan di toilet dan wastafel sekolah (19%)
Jarang ada tusi di toilet dan wastafel sekolah (18%)
Toilet sekolah tidak bersih (15%)
Toilet sekolah kadang airnya terbatas (15%).

11. Kapan idealnya sekolah dibuka kembali

Unsplash/Sharon McCutcheon

Jika tidak setuju, kapan idealnya sekolah dibuka menurut responden orangtua yaitu:

  • Sepetember 2020 (3%)
  • Januari 2021 (13%)
  • Juli 2021 (4%) 
  • Menunggu tidak ada kasus baru covid selama seminggu  (22%)
  • Sudah dinyatakan sebagai zona hijau  atas rekomendasi pakar epidemiologi (46% atau sebanyak 90.519 responden)
  • Perlu kajian mendalam dan direkomendasi oleh gugus tugas covid 19 di daerah yang bersangkutan (39% atau sebanyak 75.788).

12. Jika sekolah dibuka kembali, apa harapan responden orangtua? 

Pexels/August de Richelieu

Melalui survey yang diadakan KPAI, diketahui hasilnya sebagai berikut:

  • seluruh ruang kelas harus disteril dahulu dengan disinfektan (76%)
  • sekolah menambah jumlah wastafel, idealnya satu kelas satu wastafel (57%)
  • sekolah menyediakan sabun cuci tangan di toilet dan wastafel (67%)
  • sekolah menyediakan hand sanitizer (61%)
  • setiap siswa dan guru harus diukur suhu tubuhnya sebelum masuk kelas (66%)
  • jam belajar diperpendek, nanti secara bertahap menuju jam belajar normal (63%)
  • pemberlakuan shift belajar atau bergantian masuk agar dapat jaga jarak (57%)
  • wajib menggunakan masker di lingkungan sekolah 74%)
  • Pemerintah membuat protokol kesehatan dan kesalamatan selama anak berada di sekolah (75%)
  • protokol kesehatan dan keselamatan tersebut dilaksanakan secara ketat di sekolah (72%)
  • Pemerintah perlu menetapkan kurikulum dalam situasi darurat karena proses belajarnya juga dalam situasi darurat (68%) 

Itulah data hasil survey harapan orangtua terkait tahun pelajaran baru yang telah dikumpulkan KPAI dan dibagikan oleh Retno Listyarti, Komisioner KPAI.

Baca juga:

The Latest