TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA

Waspada! Ketahui 5 Fakta Hematospermia atau Sperma Berdarah

Ketahui gejala, penyebab, hingga penanganannya

uproxx.com

Tak hanya perempuan yang mengeluarkan darah pada saat menstruasi, ternyata laki-laki pun mengalaminya.

Kondisi tersebut dinamakan hematospermia atau adanya darah dalam sperma ketika ejakulasi.

Kondisi ini tentunya akan membuat laki-laki yang mengalaminya cemas.

Meski begitu, sebetulnya hematospermia sendiri jarang terjadi dan biasanya tidak menunjukkan kondisi medis serius.

Bagi laki-laki berusia di bawah 40 tahun tanpa faktor risiko dan tanpa gejala terkait yang mendasari, hematospermia umumnya akan sembuh dengan sendirinya.

Namun, perlu diwaspadai jika hematospermia terjadi pada usia di atas 40 tahun.

Hal  tersebut dikarenakan bisa menjadi indikasi masalah medis tertentu, terlebih jika gejalanya persisten atau berulang, dan tes diagnostik menunjukkan penyebab yang mendasarinya.

Dilansir dari laman Cleveland Clinic, hematospermia bisa dialami oleh laki-laki di segala usia, namun lebih sering terjadi pada laki-laki berusia 30-40 tahun.

Nah, sebelum panik, berikut Popmama.com telah merangkum 5 fakta penting mengenai hematospermia yang perlu kamu ketahui.

1. Gejala yang timbul pada laki-laki yang mengalami hematospermia

Freepik/Sanborr

Hematospermia terkadang ditunjukkan dengan sensasi terbakar saat buang air kecil, nyeri di kandung kemih, dan adanya darah dalam urin atau hematuria.

Selain itu, ejakulasi yang terasa menyakitkan juga bisa dirasakan. Cairan seperti keputihan yang keluar dari penis atau tanda-tanda penyakit menular seksual merupakan gejala lain yang bisa muncul, jika penyebabnya adalah infeksi.

Tekanan darah tinggi, demam, dan detak jantung berdegup lebih cepat juga dapat dikaitkan dengan kondisi hematospermia.

2. Beberapa penyebab terjadinya hematospermia

Pixabay/Robert-Owen-Wahl

Dalam beberapa kasus, penyebab hematospermia, terutama pada laki-laki berusia 40 tahun atau lebih muda, belum dapat ditentukan secara pasti dan sebagian besar kasus tidak menunjukkan masalah serius.

Dilansir dari laman Healthline, beberapa kemungkinan berikut ini diduga dapat menjadi penyebabnya:

  • Peradangan

Peradangan, khususnya pada vesikula seminalis adalah penyebab umum pertama dari kondisi hematospermia.

Sementara itu, peradangan pada kelenjar, tabung, saluran, atau organ pada alat kelamin laki-laki juga bisa menyebabkan hematospermia seperti masalah medis prostatitis (radang prostat), uretritis (radang saluran uretra), dan epididimitis (radang epididimis).

Peradangan juga dapat disebabkan karena iritasi dari batu yang ada di prostat, kandung kemih, atau vesikula seminalis.

  • Infeksi pada kelenjar, tabung, saluran, atau organ di alat kelamin laki-laki

Infeksi juga diduga berkontribusi pada terjadinya hematospermia. Infeksi yang disebabkan oleh bakteri, jamur, atau virus tertentu termasuk penyakit menular seksual gonore, herpes, dan klamidia dapat menjadi penyebabnya.

  • Penyebab lainnya 

Selain penyebab di atas, penyebab lainnya juga meliputi penyumbatan saluran ejakulasi, tumor di area alat kelamin, kelainan pembuluh darah pada alat kelamin, prosedur medis seperti vasektomi, faktor lain seperti hipertensi, hemofilia, leukemia, dan penyakit hati kronis, serta trauma fisik yang memengaruhi alat kelamin.

Dilansir dari jurnal medis "Deutsches Ärzteblatt International" tahun 2017, disebutkan bahwa penyebab umum hematospermia adalah trauma iatrogenik (disebabkan secara tidak sengaja oleh praktisi kesehatan pada saat perawatan medis atau prosedur diagnosis).

Khususnya pada biopsi prostat USG transkretal untuk diagnosis kanker prostat. Infeksi urogenitalia dikatakan merupakan penyebab umum kedua.

Perubahan patologis pada prostat juga harus dipertimbangkan bersama dengan penyebab sistemik, misalnya hipertensi arteri atau berbagai kelainan hematologis.

3. Diagnosa hematospermia yang dilakukan oleh dokter

Freepik/free picture

Untuk diagnosis hematospermia, dokter biasanya akan mengawalinya dengan rekap riwayat medis lengkap pasien, termasuk riwayat aktivitas seksual.

Selain itu, pemeriksaan fisik juga dilakukan untuk mengetahui apakah ada pembengkakan atau benjolan di alat kelamin atau tidak. Bisa juga dilakukan pemeriksaan dubur untuk tahu apakah ada pembengkakan, nyeri tekan, dan kondisi lainnya.

Tes pendukung juga bisa dilakukan, seperti urinalisis atau kultur urine untuk mengidentifikasi infeksi atau kelainan lainnya.

Tes urologis seperti CT scan, MRI, sistoskopi, dan ultrasonografi, tes PSA dengan pengukuran suatu zat yang disebut antigen spesifik prostat dalam darah, serta tes penyakit menular seksual juga bisa dilakukan.

4. Cara mengatasi hematospermia berdasarkan penyebabnya

Freepik/xb100

Pada laki-laki dengan usia 40 tahun atau lebih muda, hematospermia yang terjadi tanpa gejala atau riwayat kondisi medis tertentu umumnya dapat hilang dengan sendirinya.

Namun, jika periode sperma berdarah terjadi bersamaan dengan gejala ejakulasi yang terasa menyakitkan, dokter mungkin memberi rujukan ke ahli urologi.

Jika dokter mencurigai adanya indikasi kanker prostat atau kanker lain, dokter dapat meminta pasien untuk melakukan prosedur medis sebagai evaluasi jaringan kanker, seperti biopsi prostat.

Sementara itu, antibiotik dapat diberikan bagi penderita hematospermia yang diduga penyebabnya berasal dari infeksi, beserta obat antiinflamasi dan obat-obatan untuk mengobati kondisi medis lain.

5. Alternatif perawatan hematospermia di rumah

Freepik/free picture

Jika kasus sperma berdarah terjadi akibat trauma, istirahat cukup bisa membantu mengatasinya. Bila terjadi pembengkakan di area pangkal paha, kompres dingin dengan es selama 10-20 menit juga bisa dilakukan.

Walaupun sebagian besar kasus hematospermia atau sperma berdarah akan sembuh dengan sendirinya, namun konsultasi dengan dokter adalah langkah yang bijak, khususnya bila kondisi tersebut terus berulang atau memburuk.

Nah, itulah kelima informasi penting seputar hematospermia atau sprema berdarah. Semoga bermanfaat dan tetap jaga kesehatan, ya!

Baca juga:

The Latest