Ulat sagu menjadi salah satu bahan makanan yang sering dikonsumsi oleh masyarakat yang tinggal di Indonesia Timur.
Mungkin bagi sebagian orang, ulat sagu tampak menjijikkan. Tapi ulat sagu kaya akan nutrisi, salah satunya adalah protein. Bagi saudara kita yang tinggal di Indonesia Timur, ulat sagu sangat mudah diperoleh.
Karena memiliki kandungan nutrisi yang baik untuk kesehatan, apakah ulat sagu boleh diolah jadi MPASI?
Sebuah penelitian tentang konsumsi ulat sagu dilakukan pada sekelompok anak berusia 12 bulan hingga 5 tahun dilakukan. Hasilnya adalah ulat sagu bisa diberikan kepada bayi berusia 12 bulan sebagai makanan alternatif yang kaya gizi dan terjangkau secara lokal.
Hasil penelitian tersebut juga mengungkapkan bahwa pemanfaatan sagu secara lokal menambah keterjangkauan dan keberlanjutan sistem pangan dan kesehatan dalam budaya konsumsi sagu, sehingga berkontribusi terhadap ketahanan pangan.
Penelitian lain soal kaitan konsumsi ulat sagu dan peningkatan berat badan, kadar albumin, dan hemoglobin pada bayi dan balita juga dilakukan. Penelitian ini dilakukan pada tikus. Dan hasilnya adalah tikus yang diberi makan tepung ulat sagu mengalami peningkatkan berat badan, kadar albumin, dan hemoglobin.
Hasil dari penelitian ini dipublikasikan di Jurnal Gizi dan Dietetik Indonesia tahun 2021. Meski masih memerlukan penelitian lanjutan, ini menunjukkan bahwa ulat sagu bisa menjadi sumber protein yang baik bagi bayi dan anak kecil.
Jadi, ulat sagu bisa diolah jadi MPASI, ya. Namun sebelum mengolahnya, diskusikan dulu dengan dokter yang mengetahui kondisi si Kecil.
Setelah bayi mengonsumsi ulat sagu, perhatikan reaksi alergi, ya, Ma.