Wisata Edukasi ke Museum Balaputeradewa di Palembang, Sumatra Selatan

Berikut barang-barang bersejarah untuk menambah pengetahuan si Kecil biar makin berwawasan

4 Juli 2023

Wisata Edukasi ke Museum Balaputeradewa Palembang, Sumatra Selatan
Popmama.com/Novy Agrina

Museum Balaputradewa merupakan museum etnografi yang terletak di Kota Palembang, Sumatera Selatan. Tempat ini juga dikenal sebagai Museum Negeri Sumatera Selatan. Nama “Balaputradewa” diambil dari salah seorang Raja Sriwijaya yang memerintah pada abad ke-19 Masehi.

Di sini terdapat berbagai koleksi benda-benda, artefak, prasasti, sampai kerajinan yang mempunyai nilai sejarah yang tinggi. Bahkan kamu juga bisa lho melihat secara langsung Rumah Limas ikonik yang terdapat pada pecahan uang sepuluh ribu rupiah.

Cocok ini bagi kamu untuk menghabiskan masa liburan. Museum kebanggaan warga Palembang ini diresmikan pada 5 November 1984. Nah, berikut ulasan Popmama.com mengenai koleksi di Museum Balaputradewa.

1. Fosil Kayu Sungkai

1. Fosil Kayu Sungkai
Popmama.com/Novy Agrina

Pohon Sungkai jadi salah satu jenis tanaman yang tumbuh subur di Sumatera. Pohon Sungkai ini ternyata sudah tumbuh sejak ribuan tahun lalu di pulau ini lho. Kayu Sungkai mempunyai permukaan yang kasar. Motif yang muncul dari serat-serat kayu ini kian mempercantik tampilan permukaan Kayu Sungkai.

Banyak digunakan sebagai furniture bergaya minimalis nan natural. Walaupun masih bisa temui, kenyataannya Kayu Sungkai sudah tergolong langka.

Nah, di museum ini kita bisa melihat Kayu Sungkai yang usianya sudah sangat lama lho.

2. Fosil Tulang Gajah Zaman Prasejarah

2. Fosil Tulang Gajah Zaman Prasejarah
Popmama.com/Novy Agrina

Di Museum Balaputradewa ini kita juga bisa melihat fosil tulang gajah yang masih tersimpan dengan rapi di dalam etalase kaca. Gajah merupakan salah satu hewan yang hidup sejak ribuan tahun yang lalu dan menjadi bagian dari lingkungan alam prasejarah. Hewan mamalia terbesar ini masih hidup dan masih bisa kita lihat sampai sekarang.

Pulau Sumatera jadi salah satu habitat asli gajah. Tak heran jika ditemukan kerangka atau tulang belulang hewan besar ini yang mengalami proses fosilisasi. Fosil tulang gajah ini ditemukan di daerah Bangka. Umur fosil ini diperkirakan telah mencapai sepuluh ribu tahun lho. Koleksi ini termasuk jenis fosil asli karena tidak termineralisasi.

3. Fosil Kerang Berusia Ribuan Tahun

3. Fosil Kerang Berusia Ribuan Tahun
Popmama.com/Novy Agrina

Selanjutnya, ada koleksi fosil kerang yang tempatnya berjejer dengan fosil Kayu Sungkai dan fosil tulang gajah. Sama seperti gajah, kerang juga sudah hidup sejak puluhan ribu tahun lalu dan eksis sampai saat ini.

Kerang-kerang yang disimpan di Museum Sumatera Selatan in adalah sisa-sisa binatang di masa lampau yang telah membatu menjadi fosil. Proses fosilisasi ini diperkirakan terjadi selama ribuan tahun. Dengan begitu, kerang-kerang ini turut menjadi bagian dari lingkungan alam prasejarah yang ada di Pulau Sumatera.

Editors' Pick

4. Prasasti-Prasasti Peninggalan Kerajaan Sriwijaya

4. Prasasti-Prasasti Peninggalan Kerajaan Sriwijaya
Popmama.com/Novy Agrina

Sriwijaya merupakan kerajaan maritim terbesar di nusantara yang berpengaruh dari abad ke-7 sampai ke-13 Masehi. Pada masa kejayaannya wilayah Sriwijaya meliputi Sumatera Semenanjung Melayu Jawa bagian barat dan Kalimantan bagian barat.

Sriwijaya dengan kekuatan armadanya mampu menguasai perdagangan di daerah Selat Malaka yang saat itu menjadi jalur penghubung antara Cina dan India.

Fakta sejarah tentang keberadaan Sriwijaya dibuktikan dengan temuan arkeologis di berbagai wilayah kekuasaan Sriwijaya. Hingga saat ini, tinggalan arkeologis dari masa Sriwijaya sebagian besar ditemukan di wilayah Sumatera. 

Peninggalan yang ditemukan di wilayah Asia Tenggara Daratan atau Semenanjung Melayu merupakan petunjuk bahwa pengaruh budaya Sriwijaya tidak hanya berkembang di wilayah Indonesia bagian barat tetapi juga di Asia Tenggara Daratan.

Temuan tersebut berupa prasasti Wiang Sa yang berangka 697 Saka atau 755 Masehi. Prasasti ini menyebutkan pendirian tiga buah caitya bagi Buddha dan Bodhisattwa oleh Raja Sriwijaya.

Tinggalan arkeologis masa Sriwijaya yang dapat dijadikan kajian untuk mempelajari sistem politik dan pemerintahan Sriwijaya adalah berupa prasasti-prasasti Sriwijaya tersebar luas di wilayah Sumatera seperti Palembang, Lampung, Bangka dan Jambi.

Prasasti Sriwijaya yang ditemukan di wilayah Palembang, yaitu Kedukan Bukit (686 M), prasasti Talang Tuo (686 M), prasasti Telaga batu dan Boom Baru (tidak berangka tahun) serta sekitar 50 prasasti pendek.

Di wilayah Lampung ditemukan prasasti Palas Pasemah dan prasasti Bungkuk yang tidak menunjukkan angka tahun. Namun, dari segi isinya diperkirakan dari abad ke-7 Masehi. Sementara di Kota Bangka, ditemukan prasasti Kota Kapur yang berangka 686 Masehi.

Lalu di Jambi, ditemukan prasasti Karang Berahi yang tidak berangka tahun. Ditinjau dari segi paleografi, prasasti ini berasal dari abad ke-7 Masehi.

5. Kemudi Kapal Zaman Kedatuan Sriwijaya

5. Kemudi Kapal Zaman Kedatuan Sriwijaya
Popmama.com/Novy Agrina

Koleksi bersejarah selanjutnya adalah kemudi kapal yang mempunyai panjang 500 cm dan lebar 52 cm. Kemudi kapal ini terbuat dari unglen yang ditemukan di dasar Sungai Musi. Dilihat dari teknik sambungan dan bentuknya, kemudi beserta kapalnya dapat diperkirakan berasal dari masa Kedatuan Sriwijaya.

Hal ini karena kapal dengan kemudi serupa umumnya memiliki lebih dari satu bilah kemudi yang dipasang pada bagian ujung belakang lambung (buritan) guna mengatur arah lajunya kapal.

Museum Negeri Sumatera Selatan sendiri mendapatkan koleksi kemudi kapal zaman dulu ini dari Andi pada 27 Juli 2022.

6. Rumah Limas Asli yang Jadi Ikon di Uang Pecahan Rp 10 ribu

6. Rumah Limas Asli Jadi Ikon Uang Pecahan Rp 10 ribu
Popmama.com/Novy Agrina

Di Museum Balaputera Dewa juga terdapat Rumah Limas asli yang terdapat di pecahan uang Rp10.000. Rumah Limas merupakan rumah tradisional masyarakat Sumatera Selatan. Rumah khas yang ada di museum ini ternyata didirikan tahun 1830 lho.

Rumah tradisional ini dibuat dengan gaya panggung dengan struktur bertingkat. Bagi masyarakat setempat, tingkatan-tingkatan ini disebut sebagai Bengkalis Biasanya bahan utama pembuatan Rumah Limas adalah kayu.

Jenis kayu yang digunakan bukan sembarang, lho. Harus berkualitas unggulan serta hanya dapat ditemukan di daerah Palembang saja.

7. Arca Megalit Seorang Perempuan Menggendong Anak

7. Arca Megalit Seorang Perempuan Menggendong Anak
Popmama.com/Novy Agrina

Ketika kamu berkunjung ke museum ini akan melihat Arca Megalit Perempuan Mendukung Anak atau The Woman is Carrying The Child. Arca seorang Mama yang sedang menggendong anaknya ini ditemukan di Desa Tanjung Ara, Pasemah, Kabupaten Lahat, Sumatera Selatan. Terbuat dari material diorit. Karena keunikannya, arca ini pernah dipamerkan di Belgia.

Dari keterangan tertulis bahwa arca ini menggambarkan seorang perempuan dalam posisi jongkok yang sedang mendukung (menggendong) anaknya di punggung.

Perwujudan pengarcaan pada bagian-bagian tubuh tertentu cukup menarik, yakni serba besar seperti pemahatan bentuk payudara yang menonjol erat kaitannya dengan upacara untuk kesuburan.

8. Penjelasan Lingkungan Alam dan Kehidupan Awal Manusia di Pulau Sumatera

8. Penjelasan Lingkungan Alam Kehidupan Awal Manusia Pulau Sumatera
Popmama.com/Novy Agrina

Selain melihat berbagai koleksi barang bersejarah, di museum ini juga tercatat secara gamblang bagaimana kehidupan dan lingkungan di Sumatera di awal keberadaan manusia. Tulisan-tulisan ini sangat bermanfaat bagi si Kecil untuk menambah wawasan dan pengetahuan mereka.

Lingkungan Alam Prasejarah di Sumatera

Dalam fisiografis kepulauan Nusantara, Pulau Sumatera menempati bagian paling barat dan berdekatan dengan Semenanjung Malaka sebagai bagian dari Asia Tenggara daratan. Konfigurasi bentang alam Sumatera yang merupakan bagian dari Pulau Sumatera akan berhubungan dengan periodisasi setelah 11 ribu tahun yang lalu.

Situs-situs yang ada selama terjadi zaman es, yaitu pada saat terbentuknya jembatan darat akibat penurunan permukaan muka laut pada saat itu tenggelam di bawah permukaan air laut.

Misalnya di lembah-lembah sungai purba pada jalur Selat Malaka ataupun Laut Cina Selatan antara Sumatera dan Kalimantan.

Situs-situs yang tenggelam ini kemungkinan lebih tua dibandingkan dengan situs-situs yang saat ini ditemukan di Sumatera. Karena daerah tersebut merupakan jalur utama dari proses migrasi yang berasal dari Asia Tenggara Daratan ke arah selatan sejak akhir Kala Pliosen dan selama Kala Pleistosen.

Migrasi ini dimungkinkan karena adanya jembatan darat yang terjadi pada setiap zaman glasial

Peta pola aliran sungai purba di Sumatera dan Kalimantan menunjukkan bahwa sungai-sungai besar di Sumatera dan Kalimantan saat ini, misalnya Sungai Musi dan Kapuas merupakan ujung dari suatu sistem drainase raksasa yang ada di Dasar Laut Cina Selatan saat ini. Kedua sungai yang berada di pulau yang berbeda ini saling berhubungan selama zaman glasial.

Terhubung dalam suatu lembah yang ditempati oleh drainase raksasa tersebut pulau Sumatera yang tampak saat ini sebenarnya hanyalah bagian paling tinggi dari Paparan Sahul di Indonesia bagian barat sebagai Dataran Tinggi Sumatera selama zaman glasial.

Apabila dilihat dari konfigurasi arus migrasi ke selatan selama kala Pleistosen tersebut maka akan tampak Pulau Sumatera saat ini terletak lebih ke barat dibandingkan dengan jalur migrasi yang terjadi sebelum Berakhirnya zaman glasial yang terakhir.

Selama zaman glasial jajaran Pegunungan Bukit Barisan yang memanjang dari utara ke selatan di bagian Barat Sumatera merupakan bagian paling kecil dari alam Sumatera.

Hal ini memiliki indikasi bahwa jalur ini bukanlah jalur yang nyaman untuk dilalui hingga akhirnya terjadi kenaikan muka laut akibat berakhirnya zaman glasial pada periode 11 ribu tahun yang lalu.

Jika dikaitkan dengan perubahan Bentang Sumatera akibat turun naik permukaan air tersebut maka ditafsirkan bahwa kehidupan yang tersisa pada gua-gua para pemukiman prasejarah di Pulau Sumatera ini seperti yang terjadi di beberapa gua-gua di gua prasejarah di Indonesia bagian barat. 

Proses hunian awal di gua-gua ini diperkirakan berkaitan dengan proses pengundian gua-gua di paruh pertama Kala Holosen. 

Situasi seperti ini mengisyaratkan bahwa berbagai hunian di Sumatera merupakan bagian dari hunian prasejarah awal kala Holosen yang mungkin tetap berlanjut hingga Kedatangan para penutur Austronesia yang pertama di kepulauan nusantara pada periode sekitar 4 ribu tahun silam.

Kehidupan Awal Manusia di Sumatera

Hunian manusia di Sumatera berdasarkan sisa-sisa manusia yang ditemukan menunjukkan hunian yang berasal dari akhir Zaman Esa sekitar 11 ribu tahun lalu. Migrasi pertama datang dari utara yang kemungkinan asalnya adalah di daratan Asia Tenggara.

Ini merupakan migrasi Ras Australomelanesid ke arah selatan hingga mereka menduduki bukit-bukit kerang di pantai timur Sumatera sekitar 10 ribu tahun silam. Pergerakan migrasi ras ini agaknya berakhir hanya sampai di situ.

Periode-periode berikutnya sekitar 3,5 ribu tahun lalu, sebuah populasi yang berbeda secara fisik menggantikan Ras Australomelanesid. Kelompok pendatang ini adalah Ras Mongoloid.

Pada mulanya logis ditafsirkan bahwa penduduk Sumatera oleh manusia berdasarkan temuan rangka ras mongoloid tersebut merupakan bagian dari teori “Out of Taiwan”, yakni dalam perjalanan migrasinya ke Madagaskar melalui Sulawesi, Kalimantan, Jawa dan Sumatera. 

Akan tetapi berdasarkan penanggalan radiometric terhadap bukti-bukti arkeologis di gua-gua maupun daratan tinggi di Jambi menunjukkan usia yang sama tuanya dengan budaya Austronesia di Sulawesi, yakni sekitar 3500 tahun yang lalu. 

Ditafsirkan bahwa hunian manusia di Sumatera mempunyai alur migrasi tersendiri di luar jalur “Out of Taiwan” mungkin pergerakan migrasi dari daratan Asia ke arah selatan melalui Sumatera.  Data terbaru seperti itu telah memberikan penafsiran baru pula bahwa persebaran Ras Mongoloid ini tidak hanya terjadi di bagian timur Indonesia (Taiwan-Filipina-Sulawesi) tetapi juga bagian barat Indonesia (Asia Tenggara dan Sumatera).

Itulah ulasan tentang koleksi di Museum Balaputera Dewa yang ada di Palembang, Sumatera Selatan.

Kamu bisa ajak sanak keluarga untuk bisa wisata edukasi ke museum ini bersama. Untuk informasi lebih lanjut atau reservasi kunjungan bisa menghubungi melalui WhatsApp dengan nomor 089636406305 ya.

Baca Juga:

 

The Latest