10 Kondisi Ini Membuat Anak dan Remaja Tak Bisa Suntik Vaksin Covid-19

Penting sekali melakukan konsultasi pada dokter sebelum vaksin

20 Agustus 2021

10 Kondisi Ini Membuat Anak Remaja Tak Bisa Suntik Vaksin Covid-19
Freepik

Vaksinasi Covid-19 kini sedang gencar dilaksanakan. Mulai dari anak usia 12 tahun hingga lansia dapat mengikuti vaksinasi. Namun, tidak bisa asal vaksin, harus memperhatikan kondisi tubuh terlebih dahulu. 

Ada beberapa kondisi yang membuat seseorang tidak bisa melakukan vaksin Covid-19. Termasuk anak-anak.

Berikut ini, Popmama.com telah merangkum informasi mengenai beberapa kondisi anak dan remaja yang tak dapat disuntik vaksin. Simak, yuk!

1. Dalam kondisi demam dengan suhu tubuh 37 derajat celcius atau bahkan lebih

1. Dalam kondisi demam suhu tubuh 37 derajat celcius atau bahkan lebih
Freepik/peoplecreations

Anak Mama tak akan bisa mendapat suntikan vaksin jika sedang dalam kondisi demam dengan suhu 37 derajat celcius ke atas. 

Jika anak memiliki suhu tubuh setinggi itu, maka suntikan vaksin harus ditunda terlebih dahulu hingga dirinya sehat dan suhu badan kembali normal. 

Pemberian vaksin setelah demam dianjurkan setelah satu minggu mengalami demam. Hal tersebut guna memulihkan kondisi tubuh terlebih dahulu sehingga ketika anak akan vaksin, tubuhnya benar-benar dalam keadaan bugar. 

2. Sedang tidak dalam keadaan batuk dan pilek 

2. Sedang tidak dalam keadaan batuk pilek 
Freepik

Kondisi sedang batuk dan pilek pun membuat anak mama tidak dapat mengikuti vaksinasi Covid-19. 

Dikutip dari Prevention, Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat (CDC) tidak menyarankan untuk divaksinasi Covid-19 di saat sedang mengalami gejala seperti flu. 

Salah satu alasannya yakni karena khawatir sedang terinfeksi virus Corona. Selain itu, kondisi ini pun membuat butuh tidak seutuhnya dalam keadaan fit. Jadi tunggu sampai batuk dan pilek sembuh baru ikut vaksinasi. 

3. Penyintas Covid-19 dalam kurun waktu kurang dari tiga bulan sebelum vaksinasi

3. Penyintas Covid-19 dalam kurun waktu kurang dari tiga bulan sebelum vaksinasi
Freepik/Pvproduction

Anak penyintas Covid-19 dapat menerima vaksin dalam kurun waktu tiga bulan dari dinyatakan sembuh Covid-19. 

Sebab, ketika baru sembuh dari Covid-19, dalam diri seseorang sudah terdapat antibodi baru. Namun jumlahnya tidak diketahui berapa banyak. Saat sudah melewati tiga bulan, kemungkinan antibodinya sudah kembali menurun dan  anak perlu diberi vaksin kembali. 

4. Melakukan imunisasi lain dalam kurun waktu satu bulan sebelum vaksinasi

4. Melakukan imunisasi lain dalam kurun waktu satu bulan sebelum vaksinasi
Pixabay/whitesession

Jika anak mama baru melakukan vaksinasi lain dalam kurun waktu satu bulan kebelakang dari tanggal mengajukan vaksinasi Covid-19, maka si Anak tidak bisa mendapatkan vaksin. 

Dikhawatirkan vaksin sebelumnya dengan vaksin Covid-19 saling bertabrakan sehingga keduanya saling bertabrakan dan tidak dapat bekerja dengan baik di dalam tubuh.

Editors' Pick

5. Hamil

5. Hamil
Pexels/Pavel Danilyuk

Kondisi sedang hamil pun tak bisa membuat seseorang mendapatkan vaksin. Hal tersebut sesuai dalam Petunjuk Teknis Pelaksanaan Vaksinasi yang dikeluarkan oleh Kementerian Kesehatan, ibu hamil dan ibu menyusui termasuk dalam daftar kelompok orang yang tidak diberikan vaksin Covid-19.

Sebab, uji klinis atau riset mengenai efektivitas dan keamanan vaksin Covid-19 pada ibu hamil dan ibu menyusui masih sangat terbatas. 

6. Hipertensi 

6. Hipertensi 
pixabay/stevepb

Jika anak mama memiliki hipertensi (tekanan darah tinggi) maka ia tak dapat mendapatkan vaksin Covid-19. 

Sebab, jika tetap dipaksakan untuk vaksin, maka akan menyebabka komplikasi kesehatan yang parah serta meningkatkan risiko penyakit jantung, stroke dan terkadang kematian.

Ketentuang larangan vaksin untuk penderita hipertensi tertuang dalam Surat Keputusan Dirjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Nomor HK.02.02/4/1/2021 tentang Teknis Pelaksanaan Vaksinasi dalam Rangka Penanggulangan Pandemi Covid-19.

Surat tersebut menyatakan bahwa seseorang tak boleh menerima vaksin apabila memiliki tekanan darah 140/90 atau lebih.

7. Diabetes 

7. Diabetes 
Freepik

Merujuk pada Surat Edaran Nomor HK.02.02/I/368/2021 tentang Pelaksanaan Vaksinasi Covid-19 pada Kelompok Sasaran Lansia, Komorbid dan Penyintas Covid-19, serta Sasaran Tunda, seseorang penderita diabetes juga dapat menerima vaksin. 

Namun, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan. Penderita diabetes dapat menerima vaksi jika ia tidak memiliki komplikasi akut dan sedang minum obat teratur. 

Sebaliknya, jika penderita diabetes memiliki komplikasi yang parah, maka vaksinasi Covid-19 tidak dapat diberikan. 

8. Sedang menjalani pengobatan imunosupresan

8. Sedang menjalani pengobatan imunosupresan
Pixabay/Stevepb

Imunosupresan adalah golongan obat yang digunakan untuk menekan atau menurunkan sistem kekebalan tubuh. 

Obat ini diberikan pada pasien yang menjalani transplantasi organ, misalnya pada transplantasi ginjal atau hati.

9. Mengidap penyakit kronis

9. Mengidap penyakit kronis
Pexels/Anna Shvets

Tak semua orang yang menderita penyakit kronik bisa mendapatkan vaksinasi Covid-19. Perlu konsultasi terlebih dahulu kepada dokter. 

Contohnya, jika seseorang menderita kanker. Sebelum vaksin, dokter akan mempertimbangkan terlebih dahulu jenis kanker yang diderita, kondisi kesehatan secara keseluruhan, dan pengobatan kanker yang sedang dijalani.

Pengecekan tersebut guna mengetahui kekebalan tubuh pada penderita kanker. Sebab dibutuhkan kekebalan tubuh yang baik jika ingin melakukan vaksin Covid-19. Sedangkan, beberapa jenis pengobatan kanker dapat mengganggu kerja sistem kekebalan tubuh.

10. Memiliki penyakit Sindrom Gullian Barre, myelitis transversa, acute demyelinating encephalomyelitis

10. Memiliki penyakit Sindrom Gullian Barre, myelitis transversa, acute demyelinating encephalomyelitis
Pixabay/StockSnap

Seseorang yang terkena Sindrom Guillain Barre, myelitis transversa, acute demyelinating encephalomyelitis tak dapat mengikuti vaksin Covid-19. 

Namun, untuk Sindrom Guillain Barre sebenarnya tetap dapat dilakukan asalkan dengan gejala sisa ringan/ tidak bergejala sisa. Namun semua itu harus dikonsultasikan kembali dengan dokter spesialis saraf.

Itulah beberapa kondisi yang membuat anak mama tidak dapat disuntuikkan vaksin. Semua itu demi kebaikan kesehatan tubuh si Anak pasca vaksin. 

Agar lebih aman, Mama dapat mengecek kondisi anak ke dokter sebelum melakukan vaksin. Agar vaksin dapat diterima tubuh dengan sempurnah dan anak mama hidup sehat. 

Baca juga:

The Latest