Dilarang Beli Game Controller, Anak 11 Tahun Ini Justru Bikin Sendiri!

- Anak 11 tahun bikin game controller sendiri dari kardus dan keyboard
- Belajar coding dari AI ChatGPT, Grok, dan YouTube untuk menciptakan alatnya
- Controller buatan tangan Able berfungsi dengan baik dan bisa digunakan untuk main game balapan sungguhan
Kreativitas anak memang nggak ada batasnya. Bukti nyatanya datang dari seorang bocah 11 tahun bernama Able, yang viral di media sosial karena berhasil membuat game controller-nya sendiri dari bahan kardus.
Semua berawal ketika orangtuanya tidak mengizinkan membeli game controller baru untuk bermain game mobil-mobilan online. Tapi alih-alih marah atau merengek, Able justru memutar otak dan berinovasi membuat alatnya sendiri dengan bantuan teknologi dan imajinasi.
Berikut Popmama.com bagikan sederet hal menarik dan inspiratif dari kisah dilarang beli game controller, anak 11 tahun ini justru bikin sendiri!
Awalnya Dilarang Beli Controller, Malah Jadi Karya Hebat
Dalam video yang beredar, Mama Able bercerita bahwa mereka (orangtua Able) tidak mengiyakan keinginan Able untuk membeli game controller seharga Rp900,000,-.
Bukan kecewa, justru hal itu jadi semangat bagi Able untuk menciptakan versinya sendiri.
Dengan bahan sederhana seperti kardus dan keyboard yang ia miliki, Able mulai merancang kemudi, pedal gas, rem, dan persneling buatannya sendiri.
Hasilnya? Controller buatan tangan itu berfungsi dengan baik dan bisa digunakan untuk main game balapan sungguhan!
Belajar Membuat Coding dari AI ChatGPT, Grok, dan YouTube
Dalam video lainnya, tante dari Able nampak terkagum-kagum akan kreativitas ponakannya itu. Ia kerap kali bertanya bagaimana Able membuatnya dan terus memuji Able.
"I am proud. This is your own creation." Puji tante Able.
Lalu, Able menambahkan, "Iya sih, aku pake ChatGPT." Mendengar itu, tante Able tercengang, Ia bak tak percaya, untuk membuat kreasi yang sekompleks ini dapat dirakit hanya dengan ChatGPT.
"Aku kan nggak tau cara buatnya, jadi aku tanya ChatGPT bagaimana (membuat) coding-nya," tambah Able.
Able percaya, bahwa AI dapat membuat segala hal dengan prompt yang tepat. Dengan beberapa kali percobaan, akhirnya Able merubah imajinasi menjadi kreasi.
Able belajar secara otodidak. Ia memanfaatkan ChatGPT, Grok, dan video tutorial YouTube untuk mempelajari cara kerja rangkaian kabel dan sistem input pada komputer.
Proyek ini tidak sepenuhnya gratis ia menggunakan tabungannya sendiri dan tambahan Rp175 ribu dari orangtuanya untuk membeli beberapa kabel dan alat sederhana. Dari situ, Able belajar bahwa teknologi bisa jadi guru terbaik kalau digunakan dengan bijak.
Hasilnya Bisa Ngedrift di Game!

Controller buatan Able bukan hanya sekadar hiasan. Saat dipasangkan ke komputer, alat itu berfungsi layaknya controller asli mulai dari setir, gas, hingga rem.
Dalam videonya, ia bahkan menunjukkan kemampuan “ngedrift” di lintasan virtual, lengkap dengan reaksi bangga dan tawa puas.
Tak heran, banyak netizen yang menyebutnya “engineer masa depan” karena ketekunan dan kreativitasnya.
Orangtua yang Terus Mendukung

Awalnya orangtua Able tidak setuju karena khawatir pembelian controller hanya untuk bermain game. Tapi setelah melihat hasil kerja keras anaknya, mereka justru kagum dan bangga.
Dukungan kecil seperti memberi subsidi dan ruang untuk mencoba ternyata menjadi pemicu utama semangat anak. Dari larangan sederhana, akhirnya lahir karya luar biasa. Ini bisa jadi pengingat bahwa dukungan dan kepercayaan orangtua adalah bahan bakar terbaik untuk kreativitas anak.
Keterbatasan Seringkali Memicu Problem-Solving Mindset

Ketika anak menghadapi keterbatasan, entah mainannya rusak, alatnya kurang, atau keinginannya tidak bisa dipenuhi, maka otaknya secara alami mencari cara lain untuk mencapai tujuan.
Itu artinya, mereka belajar berpikir kreatif, mencari alternatif, dan mengasah kemampuan memecahkan masalah (problem-solving skills).
Menurut penelitian di Journal of Experimental Child Psychology, anak-anak yang sering menghadapi situasi terbatas justru lebih fleksibel dalam berpikir dan berinovasi dibanding anak yang selalu diberi solusi siap pakai.
Mainan yang serba canggih sering kali membuat anak hanya jadi pengguna pasif. Tapi saat alatnya sederhana atau terbatas, anak harus membayangkan, mengubah fungsi benda, dan berimprovisasi. Itulah yang melatih imajinasi dan daya cipta.
Menarik, ya! Awalnya dilarang beli game controller, anak 11 tahun ini justru bikin sendiri! Yuk, beri anak ruang untuk berkreativitas.



















