- Privasi, keamanan fisik, kesehatan mental, dan kesejahteraan anak serta remaja membutuhkan perlindungan khusus di dunia online.
- Orang tua dan pengasuh memegang peran penting dalam menetapkan aturan penggunaan internet dalam keluarga, terutama bagi anak usia lebih kecil.
- Setiap anak dan remaja berhak mendapatkan akses bebas terhadap konten berkualitas tinggi yang sesuai usia, minat, dan kebutuhan perkembangan mereka.
- Kebutuhan perkembangan anak berbeda secara signifikan dari remaja, sehingga pengalaman digital yang diberikan juga harus disesuaikan.
- Dengan penerapan pengamanan yang tepat, teknologi inovatif dapat memberikan manfaat besar bagi tumbuh kembang anak dan remaja.
Screen Time Lebih Aman, YouTube Perketat Fitur-fitur Proteksi Anak!

- Komitmen untuk bertanggung jawab terhadap konsumen anak dan remaja
- Platform yang menyediakan tiga jenis pengalaman menonton yang aman bagi keluarga
- Fitur "Safer by Default" dan fitur lainnya untuk perlindungan kesehatan mental anak dan remaja
Perilaku digital anak dan remaja Indonesia memasuki fase baru. Konsumsi video bukan lagi sekadar hiburan untuk mengisi waktu luang, tetapi telah menjadi rujukan utama untuk belajar, mencari panutan, memahami teman sebaya, hingga membangun identitas diri. Di sisi lain, peningkatan durasi layar membuat pertanyaan penting muncul, bisakah anak tetap menikmati video tanpa membahayakan kesehatan mentalnya?
Bergandengan tangan dengan tiga lembaga kesehatan mental Indonesia, beriku Popmama.com bagikan selengkapnya agar screen time lebih aman, YouTube perketat fitur-fitur proteksi anak!
1. Komitmen untuk bertanggung jawab terhadap konsumen anak dan remaja

"Hampir 46 juta remaja tumbuh di antara dunia online dan offline termasuk platform kami. Realitas digital ini membuat kami berkomitmen untuk bertanggung jawab atas apa yang kami lakukan dan bagaimana memastikan keamanan mereka," tegas Garth Graham, M.D., M.P.H., FACP, FACC, Global Head of Health di YouTube pada Kamis (20/11/2025).
Pengembangan fitur ini, berdasar pada prinsip menciptakan lingkungan digital yang lebih aman serta bermanfaat bagi anak dan remaja:
Garth mengatakan, platform ini sangat berupaya mengusahakan kesejahteraan mental dan fisik anak dan remaja karena mereka lah yang akan menjadi pemimpin dunia. Hal ini dibangun dari konten-konten yang berwawasan dan menjadi ruang aman bagi mereka belajar.
Dengan ini, lahir Beranda Jiwa yakni sebuah gerakan inisiasi dari YouTube dan Senyawa+ yang hadir sebagai komitmen dan jawaban atas minimnya konten kesehatan mental yang kredibel dan mudah diakses di Indonesia. Tujuannya membangun ekosistem digital yang suportif, inklusif dan berbasis ilmu agar masyarakat lebih mudah belajar
2. Platform untuk keluarga

Untuk mendukung akses tayangan yang aman bagi anak dan remaja, platform ini membangun tiga jenis pengalaman menonton yang bisa dipilih keluarga sesuai usia dan kebutuhan perkembangan:
1. YouTube Kids
Diluncurkan pada tahun 2015, dibuat khusus untuk anak di bawah usia 13 tahun. Orang tua dapat memilih kategori tontonan, membatasi akses, serta menentukan jenis konten yang sesuai usia anak.
2. Supervised Experiences (Pengalaman Diawasi)
Ditujukan untuk anak di bawah 13 tahun maupun keluarga yang ingin tetap menggunakan aplikasi utama, tetapi dengan pengawasan strikt. Orang tua bisa memilih level akses konten sesuai tahap perkembangan anak, misalnya untuk belajar, hiburan, atau eksplorasi terbatas.
3. Voluntary Supervised Experiences for Teens (Pengawasan Sukarela untuk Remaja)
Ditujukan untuk remaja usia 13–17 tahun. Sistemnya memberi akses lebih luas sesuai minat remaja, namun tetap dilindungi fitur keamanan bawaan (safe by default) dan alat kendali orang tua. Fitur ini membantu keluarga mendampingi remaja tanpa menghilangkan rasa kemandiriannya dalam bereksplorasi.
3. Fitur "Safer by Default"

Perlindungan untuk anak dan remaja tidak hanya diberikan lewat aturan penggunaan, tetapi juga melalui desain produk yang secara otomatis aman sejak pertama kali digunakan.
Maka dari itu, platform ini mengembangkan fitur Safer by Default, dan menjadi salah satu dari dua pilar utama strategi keamanan platform (bersama kemitraan dengan otoritas kesehatan lokal).
Konsepnya adalah bahwa perlindungan tidak menunggu orang tua mengaktifkannya, tetapi langsung berjalan otomatis, terutama untuk pengguna berusia di bawah 18 tahun. Sistem ini mengatur pengalaman menonton agar lebih personal, terkendali, dan sesuai perkembangan usia, tanpa perlu instal aplikasi tambahan atau pengaturan manual yang rumit.
Salah satu bentuk penerapan Safer by Default adalah fitur pengelolaan screen time yang dipasang otomatis, seperti:
- “Take a Break Reminder” — pengingat untuk berhenti menonton saat waktu layar terlalu lama.
- “Bedtime Reminder” — pengingat jam tidur yang muncul sebelum larut malam agar tidak mengganggu pola tidur remaja.
Keduanya sudah aktif secara otomatis untuk pengguna di bawah usia 18 tahun, memastikan bahwa kebiasaan menonton tidak membuat anak kelelahan, kurang tidur, atau terlalu tergantung pada layar.
Tujuannya bukan membatasi rasa ingin tahu remaja, melainkan mengatur ritme penggunaan perangkat agar sejalan dengan kesehatan mental, fisik, dan keseimbangan aktivitas mereka.
4. Peluncuran fitur "Shorts Daily Time Limit"

Ketika tayangan semakin mudah dikonsumsi, anak cenderung menonton pasif tanpa tujuan. Fitur ini memungkinkan anak dan remaja menetapkan batas waktu harian menonton video pendek guna meminimalisir brain rot.
"Kami meluncurkan fitur yang memungkinkan pengguna, termasuk remaja, untuk menetapkan batas durasi harian untuk scroll feed Shorts di perangkat mobile. Pengguna dapat mengatur dan menyesuaikan batas harian ini melalui menu ‘Settings’. Setelah batas waktu tercapai, pengguna akan menerima notifikasi yang menandakan bahwa feed Shorts telah dihentikan sementara untuk hari itu." Tutur Garth.
Fitur pembatasan ini dapat diakses melalui pengaturan, spesifiknya "Settings" > "Time Management" > dan "Short feed limit".
5. Fitur "Teen Mental Health Shelf"

Untuk mendukung kesejahteraan mental remaja, platform ini menghadirkan sistem rekomendasi yang lebih cermat. Fitur ini membantu remaja dan pra-remaja menemukan video yang sesuai minat mereka sekaligus tetap aman dan menyenangkan untuk ditonton.
Selain itu, perlindungan tambahan diterapkan pada urutan video, terutama untuk membatasi rekomendasi konten yang sekilas tampak aman jika ditonton sekali, tetapi berpotensi bermasalah jika dikonsumsi berulang kali. Langkah ini bertujuan mencegah terbentuknya persepsi atau kebiasaan negatif dari paparan konten yang tidak disadari.
“Fitur ini ditujukan khusus bagi remaja di Indonesia yang menggunakan platform kami untuk mencari topik-topik sensitif, seperti depresi, kecemasan, atau perundungan,” jelas Garth, salah satu perwakilan platform.
Dengan cara ini, remaja diarahkan ke konten yang edukatif, tepercaya, dan relevan dengan kebutuhan mereka.
6. Bersinergi dengan berbagai lembaga

Melindungi anak-anak di dunia digital merupakan tanggung jawab bersama yang membutuhkan kolaborasi erat antara teknologi dan para ahli lokal. Dalam upaya memperkuat dukungan terhadap kesehatan mental remaja, platform ini secara aktif memperluas sinergi dengan berbagai lembaga kesehatan terkemuka di Indonesia, seperti HIMPSI (Himpunan Psikologi Indonesia) dan PDSKJI (Perhimpunan Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa Indonesia).
Bersama para ahli, aplikasi ini menghadirkan rangkaian konten kesehatan mental yang kredibel, empatik, dan tetap relevan dengan kebutuhan remaja. Salah satu bukti nyata dari upaya ini adalah peluncuran Teen Mental Health Shelf.
Platform ini berkomitmen untuk terus menjadi mitra keluarga, tenaga kesehatan, dan pemerintah, dalam membangun generasi digital yang lebih sehat, tangguh, dan terlindungi, agar screen time lebih aman, YouTube perketat fitur-fitur proteksi anak!



















